Doc. Google

Forma (05/09) – 05 September 2019, HMP (Himpunan Mahasiswa Prodi) AFI (Aqidah dan Filsafat Islam) menyelenggarakan Seminar Nasional dengan tema “Memahami Makna ‘Kiri’ dalam Ruam Epistemologi” dengan mendatangkan Bapak Listiyono Santoso -penulis buku “Epistemologi Kiri”- sebagai narasumber utama dalam acara seminar tersebut.

Acara seminar diadakan di Gedung Auditorium UINSA (Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya), dimulai pada pukul 08.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB.

Seminar Nasional ini cukup menarik minat dari beberapa mahasiswa, terdapat kurang lebih sekitar 250 peserta yang terdaftar. Tidak hanya mahasiswa UINSA, dalam daftar hadir tercatat mahasiswa-mahasiswa dari luar lingkungan UINSA, seperti Universitas Hang Tuah, UNESA (Universitas Negeri Surabaya), UPN (Universitas Pembangunan Nasional) Veteran, Universitas Muhammadiyah Surabaya, hingga UMM (Universitas Muhammadiyah Malang).

Acara seminar ini menjadi pendamping acara pelantikan pengurus HMP AFI periode 2019-2020. Dini (19), selaku ketua panitia menjelaskan bahwasannya persiapan dan pembentukan kepanitiaan acara pelantikan ini sudah semenjak bulan Juni yang lalu, namun dipilihnya seminar sebagai pendamping acara pelantikan baru ditentukan sekitar dua minggu yang lalu. “Kami menampung banyak usulan dari Kaprodi (Ketua Prodi) seperti Stadium General, seminar, bedah buku, dan lain-lain. Dengan banyak pertimbangan, kami memilih seminar” jelasnya.

Selain mempertimbangkan pemilihan acara, pemilihan tanggal dan tempat juga tak luput dari beberapa pertimbangan. Sebelum dipilihnya auditorium sebagai venue acara, terdapat pilihan seperti gedung SAC (Self Acces Center) UINSA dan Amphi Theatre di Gedung Twin Tower UINSA. Sedangkan untuk penentuan tanggal, Dini menuturkan bahwa acara ini sempat diundur untuk beberapa hari. “Rencananya tanggal 2” papar Dini. Alasan dari banyaknya pertimbangan ini tidak lain untuk meminimalisir pengeluaran, “Karena menurut saya dana adalah kendala terbesar kita” tambahnya.

Sementara itu untuk pemilihan tema yang diusung dalam seminar ditentukan langsung oleh mahasiswa AFI angkatan 2017 sendiri. Farid (20) memaparkan bahwa dipilihnya tema ini karena ingin mengajak mahasiswa untuk berpikir lebih kritis dalam menyikapi segala sesuatu, terutama dalam menentukan mana yang benar dan mana yang kurang benar. Tidak hanya Farid, Listiyono selaku pemateri juga berkomentar dengan diusungnya tema ini, “Tema ini ‘Seksis’, juga Sensitif” tuturnya.

Farid berharap kepada pengurus yang baru dilantik agar mempererat tali kekeluargaan baik dalam internal maupun eksternal. Listiyono juga berpesan kepada seluruh mahasiswa, khususnya panitia, untuk lebih sering mengadakan acara-acara seperti ini karena menurutnya seminar dalam ruang publik lebih memberi kesempatan mahasiswa untuk berargumen karena semua orang setara tanpa ada dominasi. (Lukman/Siti)