Penulis : Moh. Asrori Ahmad
Editor : Muhammad Chaidar
Seiring berkembangnya teknologi yang bertambah pesat di era modern, tentu memiliki dampak yang bernilai positif serta negatif. Salah satunya yakni segala informasi akan semakin mudah untuk kita akses, misalnya informasi-informasi mengenai hal-hal yang diluar kontrol diri kita seperti halnya pencapaian-pencapaian orang lain yang menghimpit rasa kita yang secara realita baik-baik saja menjadi ajang insecure ataupun merasa tertinggal dari orang lain. Hal ini terungkap dalam artikel yang berjudul “Teknologi, Tekanan, dan Mental: Perjuangan Gen-Z Melawan Depresi” bahwa faktor yang menjadikan kebanyakan Gen-Z memiliki cenderung melawan stress, depresi dan anxiety serta beberapa problem kesehatan mental lainnya yakni informasi yang luas untuk diakses dan kurangnya penyaringan di dalam dirinya sendiri sehingga menimbulkan kecemasan dan beberapa problematika kesehatan pada mental Gen-Z. Akibatnya beberapa insiden telah terjadi pada era belakangan ini berupa hal-hal yang tidak selayaknya dilakukan seperti halnya menyiksa dirinya sendiri ataupun bahkan sampai bunuh diri. Maka dari itu eksistensi kebahagiaan didalam jiwa manusia sangatlah penting untuk menumbuhkan kesadaran didalam jiwa manusia agar memiliki standarisasi bersyukur kepada anugerah yang diberikan Allah Swt kepada setiap hambanya.
Istilah kebahagiaan atau bahagia merupakan suatu hal yang sangat didambakan oleh setiap individu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya. Definisi dari kebahagiaan sendiri di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keadaan atau perasaan senang dan tentram (bebas dari segala hal yang menyusahkan). Beberapa definisi kebahagiaan sangatlah kompleks dimiliki oleh berbagai perspektif masing-masing, artinya setiap manusia memiliki wujud dari makna kebahagiaan yang sangatlah beragam, akan tetapi untuk mencapai puncak dari kebahagiaan yang sejati yakni bisa melalui pendekatan-pendekatan mengkaji berbagai perspektif bisa melalui teman sekitar, pengalaman, orang tua, guru, ataupun ulama’-ulama’ yang menjadi sumber patokan didalam kehidupan kita. Di dalam buku Filsafat Kebahagiaan karya Fahrudin Faiz, kebahagiaan dalam kacamata lensa filsafat dari berbagai perspektif tokoh dari Yunani hingga filsuf Islam tertulis secara eksplisit, bisa jadi dari sumber tersebut kita bisa memaknai kebahagiaan secara ideal ataupun secara hakiki. Secara eksplisit perspektif dari plato mengatakan bahwa manifestasi dari wujud manusia yakni berada didalam jiwanya. Rumus kebahagiaan yang digambarkan plato sangatlah objektif yang disebutnya dengan kata “Daimon” yakniiIntelektual bersifat murni dan bercorak pada pendekatan-pendekatan terhadap Tuhan. Ia menyebutkan bahwa teori kebahagiaan plato banyak terpengaruh pada spiritualitas bahwa manusia yang bahagia di dunia juga akan bahagia di akhirat, berbeda dengan kenikmatan ia bisa jadi bersifat di dunia saja belum tentu nikmat di akhirat nantinya.
Konteks kebahagiaan selanjutnya juga disampaikan oleh tokoh filsuf islam yang bernama Abu Nashr al-Farabi. Tidak jauh berbeda dengan Plato, ia mengatakan bahwa kenikmatan belum tentu wujud dari kebahagiaan, Kenikmatan bersifat sementara sedangkan kebahagiaan bersifat abadi. Karena kebahagiaan adalah wujud dari kebajikan yang puncak atau biasa disebutnya Ultimate Good. Ciri khas dari perspektif kebahagiaan menurut al-Farabi yakni terletak pada kebahagiaan individual tidak akan sempurna jika kebahagiaan sosial tidak tercapai, artinya selain kebahagiaan individu kita pikirkan, kita juga harus bahagia secara berkelompok dengan cara saling kerja sama agar tercapai kebahagiaan didalam sosial misalnya kesejahteraan bersama dan lain-lain. Selanjutnya kita membahas filosofis kebahagiaan menurut tokoh hujjatul islam yang pengaruhnya melebihi dari al-Farabi yakni Imam al-Ghazali. Teori yang dikatakan beliau yang berbunyi “Man ‘arafa Nafsahu Faqad “arafa rabbahu” (Barang siapa yang mengenali jiwanya, dia akan mengenali Tuhannya”. Jadi kunci dari teori beliau yakni kenali dirimu. Jika kita bertanya mengapa demikian? jawabannya yakni dengan kita mengenal diri kita siapa dan sebenarnya apa yang kita inginkan maka kebahagiaan akan mudah untuk kita temukan. Jika kita bertanya kembali “kok bisa ya dengan mengenal diri kita dapat mengenal Tuhan?” ya jawabannya adalah jika kita berpikir kembali, sejatinya diri kita adalah manusia yang pada dasarnya ruh yang ditiupkan dari Allah Swt, “wa nafakhtu fihi min ruhi” (QS 15:29) dan lanjutan dari ayat tersebut menjelaskan bahwa perintah Allah Swt. kepada manusia untuk bersujud artinya kita sebagai manusia yang selalu ingat bahwa sejatinya diri kita adalah menghamba kepada-Nya. Teori selanjutnya yakni jalan menuju kebahagiaan versi imam al-Ghazali yakni menguasai amarah dan syahwat melalui ilmu. Idealnya orang yang memiliki ilmu atau pandai ia akan memiliki kualitas didalam hidupnya sehingga akal berfungsi untuk mengontrol syahwat sekaligus amarah didalam dirinya.
Dan yang terakhir yakni perspektif dari filsuf spiritual jawa abad ke-19, beliau bernama Ki Ageng Suryomentaram, menurut beliau konsep bahagianya yakni dengan “Kawruh Begja” yang dimana “Begja” memiliki makna “Bahagia” yang berlandaskan 6 kata kunci “sakbutuhe, sakperlune, secukupe, sakbenere, sakmestine, saknyamane” jika kita baca 6 kata kunci tersebut sangatlah ringkas, akan tetapi problematikanya kembali pada diri kita sendiri, apakah sudah memberikan takaran 6 kata tersebut didalam diri kita. Dari hal tersebut yang menjadi sulit, akan tetapi menjadi mudah jika kita sudah memiliki simpulan dari 6 dasar kata tersebut. Selanjutnya konsep yang dipaparkan beliau yakni kebahagiaan terletak pada kondisi internal atau didalam jiwa manusia dan tidak bergantung kondisi eksternal yang berada diluar kendali kita. Jadi dapat kita simpulkan bahwa kebahagiaan didalam jiwa bersifat kompleks dan setiap orang berhak memaknai kebahagiaan dan tujuan dihidupnya masing-masing tanpa terkecuali, Akan tetapi jika kita memaknai ulang. Kebahagiaan yang sejati tidak merusak diri sendiri baik di hari ini atau hari esok, karena sejatinya kebahagiaan bersifat hakiki sedangkan kesenangan ataupun kenikmatan merupakan perasaan manusia yang sifatnya sementara.