Oleh: Aldi
Tepat pada hari Rabu tanggal 23 Oktober 2019, ada sebuah pemandangan tak asing yang dapat mengejutkan mata masyarakat Indonesia. Bagaimana tidak, beberapa waktu lalu terjadi sebuah rivalitas dalam pemilihan Presiden Indonesia antara Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Yang kemudian menjadi pemenang adalah Joko Widodo sebagai pemegang suara terbanyak dari rakyat dan selanjutnya dilantik menjadi Presiden Negara Republik Indonesia.
Waktu demi waktu berjalan, setelah pelantikan secara resmi beliau pun mengumumkan struktur kabinet Indonesia Maju yang akan membantu program kerja dari pemerintahan Jokowi sendiri. Namun, ketika pengumuman berlangsung terdapat sebuah nama yang sebelumnya menjadi rival beliau malah masuk dalam struktur kabinet Indonesia Maju. Yakni, Prabowo Subianto yang secara mengejutkan menjadi menteri di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Beliau masuk dalam program kerja Presiden Jokowi sebagai Menteri Pertahanan dan tugas beliau pun selaras dengan profil sebagai mantan panglima jendral TNI (Tentara Nasional Indonesia) yang sangat antusias dalam menjaga kedaulatan serta keutuhan NKRI.
Hal ini memang sudah seharusnya terjadi dalam sebuah bangsa, khususnya Bangsa Indonesia untuk saling bahu-membahu mewujudkan kedamaian dan kenyamanan dalam tanah air dari seluruh ancaman yang datang ke Indonesia. Pengangkatan Prabowo sebagai Menteri Pertahanan bisa menjadi sebuah cerminan dalam kehidupan yang berarti tak selamanya sebuah rivalitas menimbulkan perpecahan dalam sebuah persaingan dan kualitas.
Memang dalam persaingan untuk mendapatkan hal yang diinginkan, sudah sepatutnya memiliki pikiran-pikiran baru yang dapat membuat sebuah korelasi jitu untuk membangun Indonesia lebih maju. Di mana program tersebut bisa membuat sebuah perubahan dan kemajuan seiring dengan tuntutan akhir zaman.
Akan tetapi, sebuah ide dari Jokowi dengan memasukkan Prabowo di bagian kelompok kerjanya seolah telah membangun sebuah kombinasi untuk menghasilkan suatu hasil yang patut diacungi jempol. Mengapa? Karena beliau tidak memandang siapakah Prabowo sebelumnya yang secara fakta beliau sebagai rivalitas dalam memperebutkan kursi kepemimpinan. Memang sudah seharusnya dan juga merupakan sebuah kewajiban yang harus terjadi dalam sebuah kehidupan di mana munculnya sebuah simbol persatuan dan kesatuan.
Seseorang yang sebelumnya menjadi rival biasanya enggan untuk mengajak sama-sama bekerja dalam satu tujuan. Sedangkan di satu sisi, yang diajak pun bisa jadi merasa direndahkan karena beda pemikiran dalam hal kemajuan. Semua statement tersebut dapat dipatahkan oleh Jokowi dan Prabowo yang sama-sama memunyai hati tulus untuk mengabdi pada bumi pertiwi. Seolah-olah mereka sudah lupa akan adanya sebuah persaingan yang mendalam.
Begitupun juga dalam sebuah permainan sepak bola di manapun berada seperti klub Barcelona dan Real Madrid yang memiliki pemain bintang setiap tahunnya. Bahkan, tak jarang juga terjadi pergesekan antara sesama demi mewujudkan impian yang nyata. Mereka seolah saling berlomba di setiap pertandingan untuk bisa merasakan manisnya kemenangan. Lebih parahnya lagi, mereka dengan sadar rela baku hantam untuk mendapatkan poin yang diinginkan yang mana di setiap klub para pemainnya berbeda tanah kelahiran. Mereka yang berbeda ras dan suku bersatu padu layaknya dalam membela suatu kehormatan untuk dipertahankan secara mati-matian. Akan tetapi, jika mereka para pemain bintang tersebut disatukan untuk mencapai sebuah tujuan dan impian, maka akan menghasilkan permainan indah untuk dipandang dan hasil yang memuaskan.
Mereka akan saling melengkapi dalam hal pemikiran dan juga perbuatan, seakan-akan mereka lah penentu sebuah kemenangan serta kejayaan. Bisa dikatakan mereka akan menjadi sebuah klub yang tidak bisa dirobohkan hanya dengan keegoisan dan kerakusan yang bertujuan untuk mendapatkan kemenangan.
Hal inilah yang terjadi pada Bangsa Indonesia saat ini. Para putra terbaik bangsa yang memunyai sejuta rancangan program kerja nyata bergabung dalam satu tujuan untuk mendapatkan hal yang diinginkan, yakni sebuah kejayaan. Dengan Jokowi sebagai Kepala Pimpinan, Prabowo sebagai Menteri Pertahanan, Tito Karnavian sebagai Menteri Dalam Negeri dan beberapa nama baru yang muncul di dalam komposisi kabinet baru Indonesia Maju. Dari nama-nama tersebut mereka telah menunggu-nunggu kesempatan untuk bisa mengabdikan diri kepada pertiwi dengan jiwa yang tulus ikhlas pada negeri. Seolah-olah Jokowi ingin menurunkan formasi terbaiknya untuk 5 tahun ke depan. Ini merupakan langkah awal untuk memunculkan sebuah persatuan yang dapat memajukan sebuah pemerintahan. Tak lupa juga merupakan langkah awal dalam menentukan masa depan. Para putra bangsa yang tergabung dalam kabinet itulah yang akan berusaha mewujudkan cita-cita para pejuang yang beberapa tahun ini malah terjadi sebuah peperangan. Semoga dengan turunnya para pemain baru terbaik bangsa dalam strategi yang digunakan jokowi dapat membawa perubahan dan menimbulkan suatu hasil memuaskan. Bukan malah memperkeruh keadaan yang penuh dengan kemirisan serta keprihatianan.