Al-Qur’an, Lembaran Dongeng-Dongeng Suci Planet Kripton
*Alfarizi Uchiha, Mahasiswa Prodi Aqidah dan Filsafat Islam
Beberapa tahun silam bahkan mungkin sampai hari ini para konsumer dunia intertainment, terutama Hollywood tidak sedikit yang menyukai film Superman. Superman merupakan makhluk super hero yang sejak lahir dianugerahi kekuatan super melebihi manusia biasa. Di antaranya ia bisa terbang, memiliki daya ketahanan dan kekebalan tubuh, dapat mengangkat beban seberat apapun, kemampuan indranya melebihi kekuatan indra supersonik dan mata laser yang apabila memandang objek, dalam kurun waktu sekejap dapat membakar hingga memusnahkannya.
Tidak terlalu berlebihan jika ia dikenal manusia setengah dewa. Terlebih lagi Superman bukanlah manusia pada umumnya. Dia merupakan alien berasal dari planet Kripton, sebuah planet yang sangat mirip dengan bumi. Penghuninya pun tak jauh berbeda dengan manusia baik dari segi lahiriah maupun dlohiriah.
Konon, berpindahnya Superman dari planet Kripton menuju planet Bumi, sebab kelimpahan cahaya matahari inilah membuat dia memiliki kekuatan super menjadi super hero dan manusia setengah dewa. Hal ini pulalah yang sekaligus membuat dia dipuja dan dipuji oleh banyak orang. Dia dipercaya sebagai makhluk yang dikirim oleh Tuhan sebagai rahmat, pelindung dan penyelamat kehidupan manusia di muka Bumi.
Tidak hanya berhenti sampai di sana, berapa banyak orang yang bergantung keselamatan hidup kepadanya. Mereka berkeyakinan bahwa dialah penyelamat dan pelindung manusia. Sehingga hal ini berdampak banyak manusia yang lalai dikarenakan banyak bergantung kepada sesuatu di luar dirinya. Mereka tidak lagi percaya akan potensi serta kekuatan pada dirinya sebagai persiapan mana kala ia dalam bahaya. Mereka menjadi pemalas dan lebih memilih menggantungkan keselamatan hidupnya kepada super hero bernama Superman, makhluk alien dari planet Kripton. Seorang alien yang dikaruniai kekuatan super ketika tinggal di bumi.
Narasi di atas merupakan perumpamaan yang pantas untuk menggambarkan potret realita kehidupan ummat Islam masa kini. Yakni, banyak yang menempatkan al-Quran sebagai keselamatan. Namun, di sisi lain sangat sedikit yang menjadikannya sebagai motivasi dan inspirasi kehidupan. Dalam artian, mereka berkeyakinan bahwa siapa saja membaca al-Quran, maka dia akan selamat dunia dan akhirat. Di sisi lain, mereka melupakan mengamalkan dan melaksanakan pesan-pesan baik yang tersurat maupun tersirat dalam al-Quran.
Fenomena inilah yang dimaksud sebagai dongeng-dongeng suci. Mereka meyakini akan adanya janji dan ancaman di hari kemudian. Mereka juga meyakini siapa saja yang menjadikan al-Quran sebagai imam, ia akan selamat dunia dan akhirat. Sayangnya keyakinan itu hanyalah sebatas keyakinan. Tidak sampai kepada penghayatan, pengamalan dan pelaksanaan. Demikian, apa lagi al-Quran bagi manusia zaman kini jika tak lebih dari sebatas lembaran dongeng-dongeng suci. Layaknya cerita-cerita dongeng, ia hanya diyakini tapi tidak diamalkan pesan yang terkandung di dalamnya.
Adapun planet Kripton merupakan analogi dari tempat al-Quran berasal. Seperti halnya Superman, ia menjadi juru selamat dan pelindung bagi manusia ketika ia diturunkan ke bumi melalui perantara Jibril dan Rasulullah s.a.w.. Namun, lagi-lagi karena sebab ketergantungan yang berlebihan kepada al-Quran, misal juru penyelamat dan pelindung, membunuh amanah Tuhan kepada manusia sebagai kholifah fi al-ardl. Mereka terlalu berlebihan memaknai al-Quran sebagai penyelamat dan pelindung. Sementara pemaknaan al-Quran sebagai sumber ideologi, metodologi, motivasi, aspirasi dan inspirasi kosong.
Maka, jangan heran ketika sering kali terjadi suatu fenomena orang yang tidak mengamalkan al-Quran kebanyakan adalah mereka yang paling sering membacanya. Sebut saja kesadaran berliterasi (membaca dan menulis). Dalam hal ini, al-Quran sangat jelas mengatakan pada Surat al-‘Alaq ayat 1 dan 4, yang artinya, “bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu. Yang mengajarkanmu dengan perantara tulisan.”
Lebih-lebih, surat ini merupakan surat pertama yang diturunkan Tuhan. Bukan tanpa alasan kenapa Ia menurunkan ayat pertama tentang membaca. Melainkan, agar manusia terutama ummat Islam sadar akan pentingnya membaca. Tuhan ingin mengambarkan kepada manusia betapa signifikannya membaca itu. Apa lagi membaca mashur dikenal upaya mengetahui dunia. Yang menjadi pertanyaan sekarang, sudahkah ummat Islam mengamalkan ayat tersebut. Berapa banyak perbandingan antara yang mengamalkan dan yang tidak mengamalkan ayat tersebut. Jawabnya, pertama, belum. Kedua, sangat jauh lebih banyak tidak membaca dari pada yang membaca.
Adalah ummat Yahudi yang memiliki kesadaran tinggi berliterasi. Tidak seperti ummat Islam, salah satu kebiasaan mereka yang sampai mendarah daging secara turun temurun adalah membaca. Tidak heran kenapa mereka menjadi orang yang tergolong pintar, jenius, serta ummat yang menguasai dunia. Tentu hal itu bukanlah barang bawaan sejak lahir. Karena sejatinya, pintar bukanlah takdir. Pintar merupakan pilihan untuk menjadi. “Tidak ada satu manusia pun yang terlahir pintar. Hanya saja, pintar dapat diperoleh dengan belajar.” Begitulah pepatah Arab berkata.
Membedai antara ummat Islam masa lalu dengan sekarang, pada masa lalu ummat Islam berhasil mencapai masa kejayaan dan keemasannya hampir di setiap lini. Mulai dari politik, ekonomi, militer bahkan yang tak kalah penting, filsafat dan ilmu pengetahuan. Hal itu dikarenakan mereka tak hanya sekedar membaca al-Quran. Lebih jauh, mereka juga sangat suka mengamalkan pesan-pesan yang terkandung di dalam al-Quran. Termasuk di antaranya ialah membaca.
Demikian apa yang pernah Allah janjikan dalam al-Quran. Bahwa, Allah akan meninggikan derajat orang yang bertaqwa dan berilmu. Diceritakan pula di ayat yang lain, suatu ketika Nabi Sulaiman a.s. diberi cobaan berupa pilihan hendak memilih antara harta, takhta, wanita atau ilmu. Karena Nabi Sulaiman adalah orang yang berilmu, beliau kemudian menunjuk ilmu sebagai pilihannya. Adapun hasil, ternyata harta, takhta dan wanita pun dengan sendiri mengikutinya.
Namun, realita hari ini berkata lain. Ummat Islam kini lebih mementingkan harta dan takhta. Berapa banyak orang zaman sekarang mencari ilmu untuk bekerja. Sehingga ilmu yang awalnya cahaya bagi pemiliknya, menjelma menjadi api yang dapat membakar pemiliknya. Sebabnya adalah banyak dari kalangan ummat Islam terutama masyarakat Indonesia yang merupakan mayoritas beragama Islam tidak mengamalkan ayat tersebut dan membacanya berkali-kali berlalu-hilang. Demikian, cukup bermimpi sajalah Indonesia akan sejahtera. Ummat Islam cukup bernostalgia sembari menghayal akan masa keemasan di masa lalunya. Jika menginginkan kesejahteraan dan kemajuan, janganlah bangun, terus-meneruslah tidur dan menghayal.
Di atas merupakan salah satu dari rentetan problematika yang terjadi pada internal ummat Islam kini. Selain masalah di atas, masih banyak lagi problematika sejenis yang merupakan, masih dalam bingkai permasalahan al-Quran tak lebih sebatas lembaran berisi dongeng-dongeng suci dari planet Kripton.
Terakhir, sebagai penutup, tidak ada salahnya jika tulisan ini ditutup dengan menukil sepatah dua kata dari Dr. Syakib Arsalan, dalam salah bukunya berjudul limadza taakhorona al-muslimun wa taqaddama ghairuhum, “alasan kenapa ummat Islam terbelakang, karena ia kini meninggalkan ajaran dan nilai-nilai agamanya. Kenapa yang lain (Barat) maju, karena ia kini juga meninggalkan ajaran dan nilai-nilai agamanya.”