Mewabahnya virus COVID-19 atau lebih dikenal dengan virus Corona, yaitu suatu kelompok virus yang menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan manusia. Mulai dari gejala ringan seperti demam, batuk, pilek hingga gejala paling serius sampai kepada Middle East respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) bahkan sampai menyebabkan kematian. Virus ini penyebarannya melalui kontak fisik manusia, yakni lewat percikan saluran pernapasan, (Sumber: WHO).

Fenomena penyebaran virus tersebut di Indonesia sudah mencapai kepada tingkat kewaspadaan yang tinggi. Di mana pada 18 Maret 2020 tercatat sudah 172 orang dinyatakan positif virus Corona (Sumber: CNN Indonesia). Dampak dari mewabahnya virus tersebut menjadi perhatian besar pemerintah, maka untuk memutus tali rantai penyebarannya di Indonesia, salah satu upaya pemerintah di dalam dunia pendidikan mislanya, yang di dalamnya juga menyangkut pembelajaran di perguruan tinggi, kebijakannya yaitu dengan kegiatan belajar mengajar dilaksanakan melalui tanpa tatap muka, agar menghindari adanya kontak fisik secara langsung dan adanya kelompok keramaian, dengan itu digantikan dengan belajar via media sosial. “Membuat kebijakan tentang proses belajar dari rumah bagi pelajar dan mahasiswa,” kata Presiden Jokowi di Istana Bogor, (disiarkan akun YouTube resmi Sekretariat Presiden, Minggu (15/03/2020).

Kebijakan tersebut kemudian diteruskan oleh pemerintah daerah dan dilanjutkan oleh adanya surat edaran di masing-masing instansi pendidikan. Terutama  di perguruan tinggi, dalam hal ini Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA), sebagai salah satu perguruan tinggi negeri mengikuti himbauan tersebut dengan diedarkannya surat himbauan oleh Rektor UINSA Prof. Masdar Hilmy, pada tanggal 16 Maret 2020. Di antaranya berisikan himbauan untuk meningkatkan kewaspadaan dan sikap tanggap dari penyebaran virus Corona, terutama di lingkungan civitas Akademika UINSA dengan meniadakan perkuliahan di dalam ruang kelas dan diganti dengan sistem daring atau melalui media sosial.

Lantas dalam penulisan ini, penulis ingin memberikan beberapa kiat apa yang harus dilakukan mahasiswa ketika di rumah agar tidak sia-sia, di lain sisi tetap melaksanakan perkuliahan di rumah. Sebagai mahasiswa, pastinya dituntut untuk menjadi seseorang yang dapat memberikan dampak dan dapat merubah suatu keadaan menjadi lebih baik. Dalam hal tersebut harus melalui berbagai penerpaan diri agar dapat mencapainya. Berikut kiat yang penulis ingin bagikan:

Menambah Durasi Membaca
Membaca merupakan aktivitas yang sudah seharusnya dilakukan oleh kebanyakan mahasiswa. Namun, dalam waktu yang relatif lama di rumah tanpa adanya aktivitas di dalam kampus akibat dampak virus Corona, maka durasi membaca harus menjadi bagian yang diprioritaskan. Fungsi menigkatkan durasi membaca ini menjadi salah satu solusi agar mahasiswa terhindar dari yang namanya bermalas-malasan di rumah. Selain itu, manfaat dari membaca di antaranya dapat menambah kosa kata dalam otak manusia, sekaligus melatih nalar kritis mahasiswa dalam proses mengalisa suatu peristiwa, yang nantinya mahasiswa akan dituntut untuk tugas akhir dalam mancapai wisuda.

Melatih Keterampilan dalam Kepenulisan
Dunia pergururan tinggi tidak terlepas dari yang namanya keterampilan dalam kepenulisan. Mahasiswa dituntut dapat menulis agar dapat menyelesaikan tahapan dalam perkuliahan. Keterampilan tersebut harus senantiasa diasah dengan baik, ketercukupan waktu di rumah menjadi kesempatan untuk para mahasiswa melebarkan sayapnya dalam dunia kepenulisan di berbagai tema kehidupan dan menjawab permasalahan yang ada sesuai dengan basic keahlian keilmuan yang dimiliki mahasiswa. Banyak event lomba kepenulisan yang bisa menjadi bahan pijakan mahasiwa dalam menyalurkan keterampilan menulisnya, mulai dari karya tulis ilmiah, essay, opini, cerpen, dan lainnya.

Bijak dalam Bermedia
Tidak dapat dipungkiri lagi, ketergantungan akan media sosial sudah menjiwa dalam diri mahasiswa. Kebiasaan candu akan media sosial setidaknya memotong waktu berharga mahasiswa dalam berbagai hal, memang tidak semua berdampak negatif, ada juga sebagian lewat media sosial mereka mendapatkan manfaat dengan dimanfaatkan sebagai sarana berjualan maupun menawarkan jasa. Namun, fakta yang ditemui penulis menemukan tidak jarang melihat mahasiswa tidak bijak dalam bermedia. Contohnya, mengenai masalah virus Corona ini, banyak unggahan meme (konten lucu-lucuan) yang tidak seharusnya dijadikan bahan bercanda di balik suatu musibah yang seharusnya ditanggapi dengan serius, seharusnya sikap bijak melihat permasalahan ini menjadi simpati mahasiswa. Mahasiswa seharusnya turut terlibat dalam permasalahan mewabahnya virus Corona di Indonesia, dengan memberikan pemahaman kepada orang-orang di sekeliling lewat media mengenai bagaimana pencegahannya, menjaga pola hidup sehat, dan menetralkan suasana agar tidak terjadi kepanikan.

Penulis mencoba memberikan pertanyaan kepada kontak WhatsApp lewat Story Whatsapp dengan jumlah kontak number kurang lebih 180 orang, dan dengan pertanyaan, “Kegiatan positif dan bermanfaat apa yang dapat dilakukan pada saat ada kebijakan di rumah selama periode 14 hari?” dari sekian kontak yang membalas Story tersebut, mayoritas jawaban yang diberikan terdapat 5 point, yakni sebagai berikut: 1). Membantu orang tua; 2). Membaca buku; 3). Rebahan atau tidur; 4). Bisnis Online; 5). Menghabiskan waktu dengan Handphone dan menonton film Drakor (Drama korea).

Dari jawaban di atas tidak ada yang menyoroti bahwa pentingnya menjaga kebersihan diri dan olahraga dengan teratur sebagai kiat menjaga ketahanan diri dari terjangkitnya penyakit. Meskipun tidak sampai terkontaminasi oleh virus Corona, namun hal tersebut sangat penting dilakukan agar daya tahan tubuh tetap stabil dan tidak mengundang penyakit lain datang.

Tentunya masih banyak hal lain yang bermanfaat dan berdampak positif yang bisa dilakukan di rumah. Penulis di sini hanya sebatas berbagi bagaimana prilaku mahasiswa ketika berada di rumah selama periode isolasi ini. Setidaknya kegiatan mahasiswa tidak menjadi beban negara dan masih dalam koridor etika yang baik. Semoga bermanfaat.

*Jauharul Habibi
Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam, UIN Sunan Ampel Surabaya