Penulis: Luluk Farida

Editor: Habib Muzaki

Sumber: Pristya

 

 

Dalam keluarga, teman, ataupun orang yang kita kenali, mereka memiliki rasa sayang masing-masing. Bukan untuk dicari, namun untuk diberikan kepada orang yang tepat. Perpecahan sebuah hubungan bisa jadi dari sebuah sifat atau sikap seseorang yang sudah menyakitinya.

Rasa kecewa, sakit hati ataupun pengingkaran sudah pasti menjadi makanan sehari-hari untuk seseorang melewati proses pendewasaan. Terkadang tanpa kita sadari, orang menyakiti kita hanya untuk ujian untuk kita sendiri dari sang Ilahi.

Sayang adalah sebuah ungkapan dari seseorang terdekat kita bisa saja dari keluarga, teman dan orang sekitar kita lainnya. Terkadadang individu susah membedakan mana sayang, mana kagum, dan mana cinta. Persepsi mereka tentang ketiga hal itu terkadang membuat seseorang yang membutuhkan sebuah kasih sayang orang lain namun malah menjadi sebuah sifat dan sikap yang egois bagi orang lain.

Self love sangat penting bagi semua orang. karena sebelum mengenal orang lain harus mengenal diri sendiri serta batasan yang ia miliki. Namun, masih banyak sebagian besar remaja yang kurang tau apa itu self love? didefinisikan sebagai “cinta pada diri sendiri” atau “menghargai kebahagiaan atau keuntungan diri sendiri”.

Keduanya telah dikonseptualisasikan sebagai kebutuhan dasar manusia maupun sebagai cacat moral, yang mirip dengan kesombongan dan keegoisan, memiliki kesamaan arti dengan cinta pada diri sendiri, kesombongan, egoisme, dan lain-lain.

Terkadang kita mendapatkan kasih sayang bukan hanya didalam sebuah keluarga saja, namun di luar rumah juga kita dapatkan. Jika seseorang tidak mendapatkan kasih sayang di rumahnya sendiri, maka ia akan mencarinya d iluar rumah. Mencari rumah keduanya untuk berkeluh kesah, yang bisa menghargai dia dengan segala kekurangannya.

Saya pernah memiliki seorang teman yang broken home namun dia tetap menutupi kesedihannya sendiri di depan teman-temannya, dan berakhir dia tidak tahu harus mengikuti ayahnya ataupun ibunya.  Dia mencari kenyamanan di luar rumah dengan berteman dengan banyak orang.

Mencari perhatian dengan orang lain dan menjadi pribadi yang posesif juga. Apa yang ia dapatkan, bisa menjadi penyebab dari sikapnya saat ini. Trauma yang dimiliki seseorang terhadap suatu keadaan yang tidak bisa dihindari, dan berakhir dengan menyakiti diri sendiri.

Atau bahkan ada seseorang yang pernah saya kenal, keluarganya sangat harmonis sekali namun dia tetap mencari kebahagiaan di luar rumahnya. Bahkan menginginkan semua orang menjadi sayang dan berempati padanya. Sikap yang sedari kecil kurang mandiri menjadi susah.

Ketika dia sendiri tidak bisa mengontrol dirinya sendiri dengan keadaan saat ini yang berbeda jauh dari rumahnya. Emosi kurang stabil dan bersikap se-naknya bila tidak ditangani, maka efeknya akan berdampak jangka panjang dengan tanggung jawab yang akan ia miliki.

Membantu orang memang baik namun tidak semua pertolongan harus diiyakan, adakalanya seseorang juga harus istirahat tanpa harus diganggu oleh orang lain. Kita sendiri pun juga harus selalu berintropeksi diri bila melakukan sesuatu, namun tidak membuat beban dalam pikiran kita dan menjadi negative thinking dengan diri sendiri, mulai meragukan dengan kemampuan diri sendiri.

“Menjadi laki-laki harus bertanggung jawab atas ucapan serta perbuatannya, begitu pula dengan seorang perempuan yang menjunjung tinggi harga dirinya dan martabat keluarganya. “

Pada masa seperti ini, kebanyakan dari remaja ataupun seseorang yang beranjak dewasa sudah enggan membahas sebuah ucapan seperti d iatas. Banyak dari mereka yang mencari pelampiasan emosi dengan melakukan hal yang tidak baik dan berakhir sex bebas. Tekanan dari berbagai arah bisa menjadi acuan dari sebuah penyebabnya kita melakukan sebuah hal yang salah.

“Aku itu gak mau anakku itu cari kebahagiaan dil uar rumah,” sebuah ucapan dari orang tua yang terlambat menyadari bahwa sikap anaknya selama ini menjadi pelarian dari rumahnya sendiri.

Tidak diperhatikan, tidak dihargai, selalu disalahkan, dituntut untuk selalu bisa dan tidak mempermalukan orang tuanya di depan tetangganya saya rasa itu cukup menyakitkan untuk seorang anak. Remaja saat ini sangat berbeda dengan generasi milenial, mereka memiliki ciri khas tersendiri dan dengan tuntutan digital pula mereka berkembang.

Bagi sebagian orang, memilih seseorang untuk menjadi teman mungkin mudah. Tapi bagi beberapa orang yang introvert, akan sangat sulit untuk memilih temannya. Bagi saya sendiri yang memiliki sebuah teman seperti itu sangat sulit keluar dari zona nyamannya. Hanya orang yang mudah bersosial yang bisa mengajak dia keluar dari zona nyamannya.

 

Pedulikan dirimu dulu baru orang lain, jika kamu tidak dihargai!