Gugup gusar aku menatapmu
Malu-malu ku curi pandang lewat sela bebatuan candi
Menjulang tinggi tubuhmu, menutup duka ku sebagai bandung bondowoso
Aku mencintaimu roro jongrang
Dengan peluh ku persembahkan 999 candi semalam
Ku kerahkan bala tentara tak kasat mata
Kutahan ufuk diujung timur
Ku angkat beban batu merapi
Semuanya hanya untuk mengikatmu roro yang telah terpatri
Aku tau, kesalahanku telah membunuh ayahmu
Tapi aku gelap karna cintaku padamu
Kusajikan cawan perdamaian namun ia memilih perang karena mempertahankan si perawan
Roro, mengapa kau kumpulkan warga kampung itu?
Tak tahu kah cintaku padamu membiru pilu
Kau pukul lesung agar tanganku melepas ufuk
Kau bakar jerami agar terang api menyinari.
Aku tau Roro, itu adalah caramu membalas rasa
Kau berikan irama kasih bersama merah bakaran jerami
Agar aku tahu rasa ini akan bersemi sewajarnya
Tepat setelah fajar tiba, aku luluh dihadapan mu
Aku tak kuasa, lantas mengutukmu menjadi batu sebagai penggenapan rasaku
Setelah semua itu, aku memandangi buah cinta ku
Aku terperanjat saat lesung pipimu beku bersama batu yang telah kudirikan
Aku baru paham, maksudmu mengutusku untuk membangun seribu candi, kau tidak sedang mengujiku roro.
Kau mengetahui bahwa aku jelas dengan mudah akan menyelesaikan ribuan hingga jutaan candi jikalau kau minta.
Kau adalah penggenapan dari rasaku yang tak terelakkan
Kau menghindari pertemuan
karena cinta adalah soal perpisahan
Maka biar kau memilih untuk membuatku buta mata
Hingga sumpah kutukan ku menggenapi cintamu padaku.
Biar Prambanan ini menjadi kisah antara aku, dan kau Roro
Sebagai perwujudan cinta utuh yang tak sempat bersatu
*Akary