Reporter: Azilatul Husna

Editor: Sabitha Ayu Nuryani

Sumber: doc. Forma.

FORMA (29/06) – Program studi Ilmu Hadis (ILHA) Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FUF) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya selenggarakan seminar dengan tema “Peran Muhaddis Perempuan dalam Perkembangan Hadis dan Ilmu Hadis”. Acara ini menghadirkan dua narasumber sekaligus, yang dilaksanakan pada Selasa, 29 Juni 2021 mulai pukul 09.00 WIB hingga 13.00 WIB secara online melalui Zoom Meeting dan dihadiri oleh 155 peserta.

Seminar dibuka oleh Kunawi Basyir selaku Dekan FUF dan diikuti juga oleh Atho’ilah Umar selaku ketua prodi (Kaprodi) ILHA sekaligus ketua pelaksana acara ini. Kunawi mengatakan bahwa tema yang merujuk kepada muhaddis perempuan sangat penting kita ketahui, terutama untuk semua mahasiswa ILHA yang memang spesifik pembelajarannya mengarah kepada Ulumul Hadis.

Dr. Najah Nadiah Amran, pengajar di Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) yang merupakan narasumber pertama memberikan penjelasan yang berfokus pada peranan wanita dalam periwayatan hadis. Menurutnya, wanita juga termasuk tonggak perkembangan hadis yang patut dan harus dipelajari.

“Dahulu pada masa Nabi, semua wanita meminta agar hak mereka juga sama seperti laki-laki dalam mendapatkan sebuah pelajaran dari Nabi. Sehingga pada saat itu, Nabi mengkhususkan pembelajaran untuk  para wanita. Selain itu, selepas nabi wafat, ummahatul mu’minin atau semua istri Nabi dijadikan rujukan utama tempat bertanya oleh para shahabat dan shahabiyat,” papar pen-syarah kanan kajian Al-Qur’an dan sunah dari Malaysia ini.

Selanjutnya, narasumber kedua adalah Dwi Sukmanila Sayska, pengajar Islam di Aceh Tenggara. Sukmanila menjelaskan materi yang tak jauh berbeda dari materi pertama yaitu pembahasan tentang peranan muhaddis dalam perkembangan hadis.

“Sebagai wanita yang hidup di masa sekarang, kita patut mencontoh kehidupan para wanita di zaman Nabi. Sebab mereka dalam mendapatkan ilmu dari Nabi harus belajar dan berusaha mengingat apa yang telah Nabi sampaikan sebagai pedoman untuk mereka sendiri. Dan kita semua juga seperti itu, harus belajar yang giat dalam mendapatkan ilmu.” tambah pengajar Islam dari Aceh Tenggara ini.

Sebagai closing statement, Atho’illah memberikan pesan kepada semua mahasiswa agar bisa terus berpartisipasi dan selalu giat dalam menuntut ilmu serta bisa mengikuti contoh teladan  para muhaddis wanita dari segi akhlak sampai segi ilmunya.

Devita, salah satu peserta dan juga calon mahasiswa ILHA merasa sangat puas dengan pembahasan yang dikeluarkan oleh para narasumber. “Seminar ini sangat bermanfaat, apalagi bagi saya yang mengambil jurusan Ilmu Hadis. Saya berharap ada seminar lain seperti ini lagi di kemudian hari,” ujarnya.