Reporter : Irvan Romadoni
Editor : Lailatul Arifah
Forma (11/08) – Welcoming Day Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FUF) UIN Sunan Ampel Surabaya, yang semestinya menjadi pembukaan meriah sebelum rangkaian Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK), justru diwarnai keluhan dari sejumlah mahasiswa baru. Jadwal kegiatan yang molor hingga tiga jam membuat sebagian peserta mengeluhkan rasa lelah, lapar, dan lamanya antrean pembagian jas almamater.
Menurut rundown awal, acara ini seharusnya selesai pada pukul 13.10 WIB. Namun, kegiatan baru benar-benar berakhir sekitar pukul 16.00 WIB. Salah satu penyebabnya adalah perubahan teknis pembagian almamater yang memakan waktu lebih lama dari perkiraan.
Bagi mahasiswa baru seperti Farhan Fadhly Al-fainsyah (Prodi Aqidah dan Filsafat Islam), keterlambatan tersebut paling terasa pada waktu makan siang yang mundur jauh dari jadwal ideal.
“Kejanggalan menurut saya hari ini itu jam makan. Kita makan pas mau ashar. Menurut saya, seharusnya antara jam 11 dan 12, soalnya maba-maba tadi sarapannya jam 5 atau setengah 6 sebelum berangkat. Jam 11 itu kan sudah pertengahan hari, perutnya sudah mulai keroncongan. Jadi jaraknya ke makan siang terlalu jauh,” keluh Farhan.
Keluhan serupa datang dari Moh Jefri Ijany AS (Prodi Ilmu Hadis), yang merasa durasi jeda antaracara terlalu panjang dan informasi dari panitia kurang jelas.
“Kalau soal PBAK, informasinya minim. Kadang panitianya kurang gercep menyampaikan hal-hal penting, misalnya apa yang wajib disiapkan. Kalau hari ini, ya minusnya itu terlalu lama, jadwal makan lambat, sampai jam pulangnya kelamaan. Di fakultas lain sudah pulang, tapi kita masih di sini. Durasi acara terlalu banyak wacana yang disampaikan tapi bertele-tele. Kritiknya, panitia ke depan harus sesuaikan durasi supaya tidak molor,” ujarnya.
Selain masalah waktu makan, mahasiswa juga mengeluhkan proses pembagian jas almamater yang memerlukan antrean panjang di gedung akademik. Sistem ini dinilai kurang efisien karena mahasiswa baru dipanggil bergiliran per prodi, lalu hanya dua orang yang diizinkan mengambil almamater dalam satu waktu.
Menanggapi keluhan tersebut, Koordinator Divisi Acara, Maftuch Fuadi, mengakui bahwa keterlambatan terjadi akibat perubahan mendadak dalam mekanisme pembagian almamater.
Fuadi menjelaskan bahwa rencana awal panitia adalah membagikan almamater langsung di lokasi acara (lapangan futsal) dengan cara mengelompokkan mahasiswa sesuai program studi dan membagikan secara serentak. Namun, pihak fakultas memutuskan agar pembagian dilakukan di gedung akademik.
“Di akademik, setiap prodi dibagikan satu per satu. Jadi mahasiswa harus antre. Ini yang bikin molor. Ada misskom antara panitia, ormawa, dan pihak kampus,” jelas Fuadi.
Ia juga menambahkan bahwa secara umum acara berjalan lancar, meskipun sebelumnya sempat terjadi masalah teknis pada meet up panitia sehari sebelumnya. Rencana awal meet up akan digelar di pelataran gedung B4, namun dialihkan ke belakang gedung setelah lokasi awal digunakan fakultas lain.
“Ke depan, komunikasi antara panitia dan pihak fakultas harus lebih terbuka supaya acara berjalan sesuai rencana dan tidak terjadi molor seperti tadi,” tutupnya
