Reporter : Nabila Khusna & Nafa’ Kamaliyah
Editor : Lailatul Arifah
(FORMA 5/5) – Seminar bedah buku Menalar Keislaman dan Keilmuan yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Prodi Aqidah dan Filsafat Islam (HMP AFI) UIN Sunan Ampel Surabaya pada Senin, 5 Mei 2025 di Student Activity Center (SAC), berjalan lancar meski menghadapi sejumlah kendala teknis, terutama pada aspek fasilitas.
Acara ini menghadirkan Fahruddin Faiz sebagai pembicara utama, seorang tokoh yang dikenal luas di kalangan mahasiswa, khususnya filsafat. Seminar ini juga merupakan bentuk kolaborasi antara HMP AFI dan penerbit Gramedia, yang telah terjalin sejak tahun lalu.
Septia Pingki Karina Putri, Ketua Umum HMP AFI, menyebut bahwa kerja sama dengan Gramedia telah dimulai sejak tahun sebelumnya melalui program bedah buku tahunan.
“HMP setiap tahunnya ada bedah buku dan kebetulan AFI sudah bekerjasama sama Gramedia dari tahun lalu. Jadi kita bekerjasama, apa nih buku terbaru yang sekiranya itu cocok dengan filsafat gitu. Ternyata ketemulah Pak Faiz dengan bukunya yakni Menalar Keislaman dan Keilmuan, kan itu cocok dengan AFI,” jelasnya.
Namun, jalannya seminar tidak sepenuhnya mulus. Panitia mengungkapkan bahwa AC di gedung SAC tidak berfungsi, sehingga mereka terpaksa menyewa kipas tambahan untuk menjaga kenyamanan peserta.
“Untuk fasilitas, yang pertama itu sebenarnya mau di Audit tapi ternyata sudah dipakai sama PUSBIS. Kita mencari-cari tahu terkait amphitheater yang di Twin Tower tapi ternyata tidak ada dosen yang bisa membantu kita menembusi, alhasil kita cuma dapat SAC inilah,” terang Septia.
Achmad Ridwan, selaku Ketua Pelaksana, menambahkan bahwa kendala fasilitas menyebabkan panitia harus bekerja ekstra keras.
“Mic kurang, fasilitas kurang. Kan itu kayak AC di sini mati semua sehingga panitia harus mengeluarkan banyak uang buat nyewa kipas. Sebenarnya direkomendasikan Pak Andi di B3, cuma kan kuotanya mungkin sangat terbatas bahkan mahasiswa AFI sendiri ga cukup,” ungkap Ridwan.
Peserta seminar, Vivin Nur Faidah, mahasiswa Ilmu Hadis, turut mengeluhkan kondisi ruangan yang panas.
“Terkait fasilitas mungkin kipasnya, kurang fresh, dan juga waktunya, harusnya tadi jam 12 itu sudah dimulai tapi masih ada molor 15 menit. Waktu itu karena penting juga ya, untuk lebih disiplinkan lagi,” ujarnya.
Selain karena keterbatasan fasilitas, panitia juga memilih untuk tidak mengundang organisasi mahasiswa lain agar tetap adil bagi peserta yang sudah membayar biaya masuk sebesar Rp15.000.
“Kalau kita mengundang ormawa lain otomatis ormawa itu tidak akan membayar HTM, karena kita undang. Kita tidak akan adil dengan anak-anak yang sudah membayar, karena pada saat pertimbangan undangan ormawa, jumlah peserta yang sudah daftar itu sekitar 80 sekian. Jadi kayak ga adil aja buat peserta yang sudah bayar,” terang Septia.
HTM yang dikenakan juga dipertimbangkan secara matang. Dana operasional kegiatan masih sangat bergantung pada pemasukan langsung karena Dana Pengembangan Pendidikan (DPP) dari fakultas sangat kecil dan baru turun setelah acara selesai.
Kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan minat mahasiswa dalam berorganisasi.
“Semoga acara ini bisa menambah minat mahasiswa AFI untuk berorganisasi. Karena minat mahasiswa terhadap organisasi itu minim. Nah dengan mengundang tokoh yang terkenal, membuat anak-anak yang bukan HMP ini tertarik untuk join HMP,” tutupnya.
