Reporter: Dwi Rachma Aulia dan Ainun Nabilah
Editor: Adi Swandana E.P.
Strategi Bidang Kaistrat dari kajian intelektual sampai seminar nasional
Bidang Kaistrat (Kajian Islam Strategis) Himpunan Mahasiswa Prodi (HMP) Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT) periode ini telah memulai pergerakan perdananya melalui pelaksanaan kajian Teras Tafsir, Rabu sore di Minggu kemarin (14/06). Program kerja tersebut merupakan langkah awal menuju goal yang diharapkan oleh Bidang Kaistrat, yaitu Seminar Nasional.
FORMA (21/06) – Di gedung B2 sore itu, nampak sekumpulan mahasiswa IAT yang duduk melingkar yang akan mengadakan kajian Teras Tafsir untuk pertama kalinya. Kajian dengan nuansa seperti forum diskusi santai itu berlangsung di lantai satu gedung yang dulunya merupakan salah satu bangunan untuk aktivitas perkuliahan di FUF. Sebanyak 15 mahasiswa begitu menikmati kajian yang mengusung tema “Problematika Israiliyat dan Pengaruhnya Terhadap Penafsiran Al-Qur’an” tersebut hingga selesai saat azan Magrib telah dikumandangkan.
Muhammad Royhan Izzul Fiq selaku Ketua HMP IAT mengatakan bahwa sebenarnya sasaran dari kajian ini nantinya adalah mahasiswa baru. “Karena mahasiswa baru belum masuk ke UIN, maka tadi diadakan kajian tentang problematika israiliyat yang ditujukan pada khalayak umum, khususnya anak-anak IAT,” ucapnya ketika diwawancarai kru LPM Forma di gazebo fakultas setelah selesainya Teras Tafsir kemarin.
Mahasiswa yang akrab disapa Roy tersebut juga menjelaskan bahwa kajian Teras Tafsir ini rencananya akan diadakan satu bulan sekali. Ia juga mengimbuhi perihal waktu pelaksanaannya sendiri bersifat fleksibel. “Pokoknya itu, kalau tidak minggu pertama, minggu kedua,” tambahnya.
Mengenai pembicara yang akan mengisi sekaligus memimpin diskusi di Teras Tafsir, Roy mengatakan kalau pemateri nantinya berasal dari Bidang Kaistrat sendiri dan juga sesekali akan mengundang pihak dosen. Namun, Roy sendiri memberikan kesempatan kepada mahasiswa lainnya yang ingin untuk mengisi kajian tersebut. “Kalau semisal ada mahasiswa yang berkompeten bisa langsung menghubungi pihak Kaistrat untuk menyampaikan ‘saya mau jadi pemateri’,” katanya.
Selain itu, Roy juga menanggapi tentang jumlah kehadiran mahasiswa di Teras Tafsir yang dirasa masih belum maksimal. Menurutnya, kajian tersebut masih dapat berjalan dengan produktif, terlepas dari sedikitnya mahasiswa yang dapat hadir. Baginya, hal tersebut dapat dimaklumi mengingat agenda ini masih perdana, meskipun ia tetap memberikan evaluasi kepada Bidang Kaistrat yang dirasa perlu untuk memaksimalkan kembali komunikasi dengan tiap kosma per kelas maupun tiap angkatan.
“Maunya saya itu nanti, per kelas atau kosma per kelas itu dihubungi sama Bidang Kaistrat untuk mewajibkan anak-anak kelasnya itu mengikuti kajian tersebut, entah itu dua orang ataupun tiga orang yang penting itu ada perwakilan dari per kelas,” ujar Roy sekaligus sarannya untuk kajian Teras Tafsir selanjutnya.
Selaras dengan persoalan sedikitnya jumlah mahasiswa di Teras Tafsir kemarin, Hilman Musthafa sebagai salah satu anggota Bidang Kaistrat pun merasa heran. Hilman menganggap dengan adanya kajian Teras Tafsir sebagai wadah keilmuan yang diselenggarakan oleh HMP IAT ini seharusnya dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa lainnya. “Jadi, sangat disayangkan jika wadah ini kurang diminati oleh mahasiswa Ushuluddin (FUF), yang mana memiliki fokus pada pemikiran-pemikiran Islam,” keluhnya.
Sementara itu, kru LPM Forma mencoba untuk mewawancarai beberapa mahasiswa yang tidak mengikuti kajian Teras Tafsir kemarin, sebab diketahui hanya ada empat mahasiswa di luar HMP IAT yang hadir kala itu. Beberapa alasan mulai dari jadwal kuliah, kerja, sampai dengan mengajar ngaji menjadi dalih ketidakhadiran mereka. Namun, kebanyakan mahasiswa yang tidak hadir itu mengakui bahwa mereka memang malas dan kurang tertarik dengan kajian tersebut. Hal ini tentu menjadi tamparan sekaligus tantangan bagi pihak HMP IAT dalam menjalankan fungsinya selama satu periode ke depan.
Teras Tafsir sendiri pada awalnya terinspirasi dari perkumpulan santri-santri pondok yang sudah mempunyai basic IAT dan tercipta dari referensi program kerja tahun lalu dari Divisi Intelektual (kini berganti menjadi Bidang Kaistrat) yang bernama “Makiswa” (Majelis Kitab Mahasiswa). Proker tahun lalu itu dinilai terlalu monoton, hingga kemudian diganti dengan kajian Teras Tafsir. Dalam kajian tersebut berusaha untuk menciptakan sebuah forum diskusi santai dengan tema yang menarik, serta adu argumentasi sangat diperbolehkan di dalamnya dan kemudian dilanjutkan ke proker HMP IAT selanjutnya, yaitu “Ushuluddin Debat Club” yang akan diadakan perdana pada Kamis besok.
Ketua Bidang Kaistrat, Safrizal Bangkit Maulana Achmad menjelaskan tentang perbedaan antara Teras Tafsir dan UDC terdapat pada konsepnya. Menurut Bangkit, konsep Teras Tafsir sendiri berupa kajian santai yang terdapat pemateri dengan moderator dan para audien diperbolehkan untuk menginterupsi ketika terdapat sanggahan atau persoalan musykil yang nanti akan berlanjut di dalam UDC. Bangkit juga mengatakan akan ada benefit berupa sertifikat dan mystery gift bagi mahasiswa yang mengikuti UDC.
Menurut mahasiswa yang identik dengan kumisnya ini, Teras Tafsir merupakan sebuah batu loncatan sebelum mengikuti UDC. Sedangkan, UDC sendiri lebih bersifat formal dan lebih serius dengan adanya moderator, pemantik, dan juga mushohih. Persoalan musykil yang terdapat pada Teras Tafsir kemudian dibawa untuk dibahas kembali pada UDC dan nantinya akan ditulis dalam bentuk artikel serta dimuat dalam website HMP IAT.
Berdasarkan penjelasan pria berkulit eksotis itu, Bidang Kaistrat tahun ini mengusung empat proker; Teras Tafsir, UDC, Seminar Nasional, dan kajian Nashor (Nahwu Shorof). Pembahasan paling menarik dalam Teras Tafsir, UDC, dan beberapa artikel di website HMP IAT nantinya akan menjadi referensi tema yang akan diangkat pada Seminar Nasional mendatang. Serangkaian proker tersebut merupakan representasi dari visi misi dari Bidang Kaistrat itu sendiri. “Hal ini sesuai dengan visi dan misi kami yakni ingin menyalurkan mereka yang mempunyai minat dan bakat, serta butuh wadah untuk berdiskusi dan berdebat yang dapat menambah wawasan intelektual sebagai mahasiswa idealis dan kritis,” terang Bangkit ketika diwawancarai oleh kru LPM Forma melalui Google Meet, Sabtu sore (17/06).
Dalam akhir sesi wawancara tersebut, Bangkit pun memberikan quotes untuk seluruh mahasiswa agar tetap terus berdinamika. “Jangan berhenti dengan menggunakan motivasi tanpa aksi, tapi teruslah berjalan menggunakan motivasi dengan aksi. Pergerakan adalah sebuah wadah untuk mendapatkan ilmu baru tentang pengalaman,” pungkasnya dengan senyum simpul di wajahnya.