Reporter: Adi Swandana Erlangga Putra dan Siti Miftakuz Zaqiyah

Editor: Titik Damayanti

Sumber: Instagram @uinsa.official

FORMA (17/12) – Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya mendapatkan penghargaan juara 1 PTKI sebagai Duta UNESCO. Anugerah tersebut diberikan kepada UINSA dalam acara Apresiasi Prestasi Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (ADIKTIS) 2021 yang diselenggarakan di Mercure Hotel Ancol, Jakarta (10/12). Kemenangan ini berhasil didapatkan karena UINSA memiliki keterkaitan dengan The United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) melalui salah satu divisinya, yaitu The Knowledge For Change (K4C).

Wahidah Siregar selaku Wakil Rektor (Warek) 1 UINSA menjelaskan bahwa UNESCO sendiri telah menjadikan UINSA sebagai brandis di Indonesia. Hal ini dikarenakan pemerintah Kanada yang pernah menghibahkan dalam proyek Supporting Islamic Leadership in Indonesia (SILE)/Local Leadership for Development (LLD) kepada UINSA dan UIN Alaudin Makassar. Tidak ingin proyek yang sudah bagus tersebut hilang begitu saja dan berakhir pada tahun 2017, pemerintah Kanada pun mendukung dan meng-email kan proyek tersebut ke unesco chair. Maka sejak saat itu, UINSA menjadi satu-satunya universitas yang memiliki keterkaitan dan bergabung dengan UNESCO serta meninggalkan UIN Alauddin Makassar yang tidak ikut melanjutkan proyek tersebut.

Adapun harapan dari UNESCO terhadap UINSA adalah dengan ilmu-ilmu yang diperoleh dari SILE/LLD dapat memberikan manfaat terhadap perkembangan divisi K4C.  Melalui K4C ini, UNESCO ingin merancang dan melaksanakan program pendidikan dalam rangka mengembangkan kapasitas penelitian untuk menciptakan pengetahuan bersama. Melalui tindakan kolektif oleh praktisi, peneliti berbasis masyarakat, kelompok masyarakat dan akademisi.

“K4C ini bertujuan untuk menciptakan perubahan ke arah yang baik bagi masyarakat. Maksudnya bahwa di masyarakat itu banyak ilmu. tapi perguruan tinggi itu kadang sombong, kiranya masyarakat itu nggak pinter. Cuma dia aja yg pinter. padahal di masyarakat itu kan banyak ilmu pengetahuan yang belum tergali. Jadi K4C itu menguatkan UCE (University Community Engagement), kebersamaan jalinan kasih sayang antara kampus dan masyarakat. Jadi UINSA dengan ilmu-ilmu yang diperoleh dari SILE/LLD yang training ikut pelatihan di Kanada itu bisa menjalin kerjasama yang baik dengan masyarakat. Dengan berbagai pendekatan yang baik juga,” ujar Wahidah.

Wahidah juga menjelaskan bahwa tidak ada batas masa untuk menjadi duta UNESCO dikarenakan UINSA menjadi satu-satunya kampus yang mendapat gelar tersebut. Oleh karena itu, selama K4C masih berperan aktif di UNESCO maka UINSA akan tetap menjadi anggota nya.

“UINSA adalah kampus satu-satunya yang menjadi duta dari UNESCO Chair. Tidak ada masa berapa tahun untuk duta ini. Selama K4C ini eksis di UNESCO, ya UINSA akan tetap menjadi member-nya, ” ujarnya.