doc.forma

 

Dalam permainan sepak bola, sebuah tim mempunyai susunan atau kerangka tim yang digunakan untuk mengarungi kompetisi liga. Line up pemain sepak bola juga digunakan untuk membaca taktik lawan lalu memberikan sebuah strategy respon. Dalam line up pemain, pelatih sebagai seseorang yang mutlak menentukan siapa saja yang harus turun dalam sebuah game sepak bola. Berapa banyak kisah penuh sensasi ditorehkan oleh pelatih-pelatih sepak bola dalam menjalani kompetisi liga. Sebut saja Pep Guardiola (Barcelona), Jose Mourinho (Inter Milan), Alex Ferguson (Manchaster United) hingga Jaksen F. Tiago (Persipura). Kesuksesan sepak bola memang tidak terpaku pada banyaknya pemain bintang yang mengisi line upnya. Peranan pelatih jauh lebih krusial dalam dunia sepak bola. Bisa dikatakan pelatih bak tuah bagi timnya. Tapi penulis tidak akan membahas tentang dunia sepak bola secara mendalam. Karena ada yang lebih penting lagi untuk dibahas dari pada gaya selebrasi Muorinho saat timnya mencetak gol.

Ya, liga demokrasi yang berawal sejak 17 April 2019 dengan pemilihan presiden dan anggota legislatif serentak telah terselenggarakan. Dari kontestasi tersebut, munculah jawara  yakni Jokowi-Ma’ruf yang unggul dari pasangan Prabowo-Sandi. Presiden pertahanan yang berpawakan kurus tersebut akhirnya melanjutkan masa khidmatnya sebagai pengarah roda kenegaraan. Kontraknya ditandatangani pada 14 Oktokber 2019, melalui prosesi pelantikan. Saat hal itu terjadi, maka kontraknya diperbarui dengan menambah masa pengabdian selama lima tahun ke depan. Sebagai pelatih dan manajer tim Jokowi akan melakukan perumusan bentuk timnya ke depan. Berkas-berkas yang disodorkan di mejanya oleh agen pemain, mulai dibukanya satu persatu.

Joko Widodo yang notabene sebagai pelatih baru, langsung dihadapkan pada polemik tentang pekerjaan rumah yang belum selesai saat masa kepemimpinannya lima tahun yang lalu. Di masa akhir kepemimpinannya, ia bahkan berani  bersumbar yang terbilang cukup vital sekali, yakni pemindahan Ibu Kota negara dan perumusan RKUHP baru. Hal tersebut menjadikan dirinya sebagai satu-satunya pelatih paling sensational dalam sejarah. Melebihi keputusan PSSI yang memecat Luis Millaatau keputusan Loew memasukan Mario Gotze di akhir pertandingan Argentina vs Jerman, di putaran Final Piala dunia 2014.

Praktis tugas Jokowi di masa kepelatihannya lima tahun ke depan akan menyelesaikan dua gagasan besar yang telah ia pilih saat akhir jabatannya. Tentu saja jika kita berbicara tentang sebuah institusi negara, kita tidak bisa semena-mena membebankan tugas ini hanya kepada seorang kepala negara. Kepala negara akan dibantu oleh para menterinya dalam melakukan kinerja kenegaraannya. Dalam hal ini seperti yang telah diungkapkan oleh Jokowi, saat setelah pelantikannya ia akan mengumumkan siapa-siapa saja yang menjadi kepanjangan tangan dari dirinya untuk mengurus negara.

Maka nama-nama line up terbaik kabinet pun diungkapkan. Nama-nama lama yang ada dalam struktur kabinet baru pun menghiasi line up ala Jokowi tersebut. Diantara nama-nama baru tersebut, yakni Nadiem Makarim (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan), Prabowo Subianto (Menteri Pertahanan), Erick Thohir (Menteri BUMN), Mahfud MD (Menko Polhulkam), Tito Karnavian (Menteri Dalam Negeri), Arifin Tasrif (Menteri Energi dan SDM), dan lain-lain. Tim bentukan Jokowi ini rencananya akan launching pada hari Rabu, 23 Oktokber 2019.

Terlepas dari line up baru yang berisikan putra-putra terbaik bangsa ini, Jokowi sedang diambang pada pekerjaan rumah besar yang belum selesai. Bagaimana ke depannya tim ini saling bersinergi dalam menciptakan Indonesia yang adil dan makmur. Hal ini untuk menjawab pertanyaan publik terkait polemik yang muncul tentang RKUHP dan pemindahan ibu kota.

Apakah Jokowi bisa menjadi pelatih dengan sentuhan dingin bak Claudio Ranieri yang berhasil membawa Leicester City Finish sebagai juara liga Inggris, atau malah menjadikan bangsa ini seperti Manchaster United yang kehilangan taji karena kehilangan sosok Alex Ferguson. Terlepas dari semua hal itu Jokowi sebagai pelatih harus menciptakan gaya permainan seperti Persebaya,  Diera Bejo Sugiantoro. Saat itu alih-alih tim Persebaya memiliki tim yang mapan, Persebaya yang notabene tim promosi berhasil menjadi kampiun. Berbekal  ciri khas permainan Ngeyel persebaya akhirnya bisa meraih hasil yang maksimal. Lantas bagaimanakah langkah juru taktik bangsa ini? Semoga saja beliau tidak salah pilih pemain, karena buaian manis agen-agen pemain. Tidak hanya itu, harapan disematkan pula agar tidak terlalu lempeng dalam memberikan gaya permainan tim asuhnya.

*Akary