Penulis: Zamzam Qodri

Editor: Sabitha Ayu Nuryani

Sumber: https://medium.com/@Fuketteditor/so-your-dating-a-fuckboy-i-m-sorry-bcd65178a295.

Apa yang bisa Anda lukis di kepala Anda tentang fuckboy? Ya, mungkin hampir sama dengan apa yang saya pikirkan. Sok lugu, sok estetik, pokoknya sok-sok lainnya deh untuk membuat wanita incarannya menjadi santapan manis bagi cintanya yang buas.  Namanya juga fuckboy, ya kan? Hehehe…

Tapi bagaimana jika si fuckboy yang kata kebanyakan kita, terutama wanita adalah lelaki bermata keranjang yang senang mengobral cinta pada setiap wanita, bisa menjadi setia? Ya, gak gimana-gimana sih.

Sebagian mungkin merasionalkan bahwa fuckboy bisa setia karena ada perempuan yang membuat dia luluh dan tak mudah berpaling. Ya… Sebenarnya bukan berasal dari rasio murni kita sih kalo seperti ini, hanya saja kita mempunyai kecerdasan semiotika yang merekam beribu kali alur drama percintaan di televisi di otak kita. Benar kan? Hehehe…

Dengan opini tanpa data yang valid, hanya menggunakan rasa yang sudah menggila, kausebut aku gila juga tak masalah dan tolong jangan kaupermasalahkan kegilaanku. Aku tak menuntutmu untuk percaya padaku, karena percaya atau tidak, bukan urusanku. Menurutku, fuckboy juga memiliki kualitas yang bertingkat, antara lain:

– Kualitas tingkat bawah: pada tingkat ini, dihuni para fuckboy yang murni niatnya hanya mengobral cinta dan mempermainkan wanita.

– Kualitas tingkat tengah: pada tingkat ini, dihuni para fuckboy yang labil. Biasanya ia akan bingung memilih salah satu dari mereka, karena ia takut dibilang fuckboy.

– Kualitas tingkat atas: pada tingkat ini, dihuni para fuckboy yang tak takut dihina sebagai fuckboy. Ia tetap menebar cinta dengan ikhlas dan berusaha setia.

Soal sampai di mana para lelaki mencapai tingkatan ke-fuckboy-annya, hanyalah Tuhan yang dapat mengerti dan menilai. Namun, kembali lagi dengan fuckboy yang setia. ‘Setia pada siapa?’ Pertanyaan inilah yang menentukan kualitas para fuckboy.

Kita kaji kembali terkait 3 macam tingkatan fuckboy di atas.

  1. Tingkatan pertama (bawah): yang menjadi misi mereka adalah mengobral cinta dan mempermainkan wanita. Kita tahu kata obral-mengobral banyak mengacu pada dagangan tak laku entah karena faktor terlalu mahal, yang kemudian dijual dengan harga murah dengan tujuan lakunya barang yang dijual. Jika memakai analogi tersebut, bisa berarti tingkatan kualitas fuckboy ini rela menjual murah cintanya demi mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari setiap wanita incarannya. Dan jika kembali pada pertanyaan di atas soal ‘setia pada siapa?’, maka fuckboy di tingkat ini menjawab bahwa mereka setia pada perhatian dan belaian banyak wanita alias nafsu mereka.
  2. Tingkatan kedua (tengah): seperti yang disebutkan di atas bahwa fuckboy yang ada di tingkatan ini adalah orang yang bingung memilih salah satu di antara wanita incarannya. Sebenarnya mereka mau memilih semua wanita, tapi mereka tak mau dibilang fuckboy. Jelas kan di sini jawabannya? Mereka setia pada omongan orang tentang mereka. Dan inilah yang membuat para fuckboy di tingkatan ini biasanya labil dan kehilangan eksistensi sebagai fuckboy.
  3. Tingkatan terakhir (atas): inilah tingkatan seseorang untuk menjadi fuckboy yang sebenarnya. Tak pernah terganggu oleh omongan siapa pun. Biar orang bilang fuckboy, mereka tetap menebar cinta. Siapa pun wanita yang mereka incar, mereka akan memberikan cintanya tanpa pamrih. Tidak dengan mengobral seperti tingkatan fuckboy yang pertama. Tidak labil dengan omongan orang seperti tingkatan fuckboy yang kedua. Mereka tetap memperoleh eksistensi sebagai fuckboy yang memiliki kualitas tinggi. Seperti yang disinggung di awal bahwa kualitas fuckboy dipengaruhi oleh ‘kepada siapa ia setia?’. Dan jawaban dari fuckboy tingkatan ini adalah: mereka setia pada cinta.

Kajian yang rumit bukan? Dengan data kosong, pikiran blong dan hati yang tak bisa berbohong. Terlanjur sudah tertulis sebuah tulisan. Dari tangan insan yang kacau balau hati dan pikiran. Tak perlu dikaji terlalu dalam. Kasihanilah pikiran! Sedikit-sedikit dipikirkan. Ingatlah, pemikir yang baik adalah dia yang juga memikirkan apa yang dia pikirkan. Terkadang hanya butuh perasaan peka untuk membuat kita paham.

Paham tidak paham bukan urusan. Tapi, terima kasih sudah membaca sampai bagian ini. Selalu kubukakan dada yang lapang bagi kalian yang ingin mengkritik dan memberi saran. Sekian…