FORMA- Tanggal 17 oktober 2018 lalu, HIMATRI (Himpunan Mahasiswa Tasawuf Psikoterapi) mengadakan seminar pengenalan praktik terapis holistik kepada seluruh mahasiswa tasawuf dan psikoterapi sekaligus pelantikan pengurus HIMATRI tahun 2018/2019 yang bertempat di Gedung SAC lantai 3, mulai dari jam 08:00 hingga 12:00 WIB.
Jefri, selaku wakil ketua HIMATRI semester 3 mengatakan bahwa ketua umum angkatan tahun 2018-2019 yang mengusulkan acara tersebut. “Acara ini bertujuan untuk menghimpun mahasiswa tasawuf” tambahnya. “Sebenarnya, acara seminar yang dirangkap dengan acara pelantikan semacam ini baru diadakan tahun ini. Alhamndulillah, tahun ini lebih baik daripada tahun – tahun sebelumnya, sebab masih kurang efektif” tuturnya.
Proses pemilihan pengurus HIMATRI dilakukan melalui voting khusus angkatan 2016 dan 2017. Mahasiswa baru belum diperkenankan ikut memilih karena sudah ada ketentuannya. Sedangkan uang yang digunakan untuk konsumsi peserta seminar, didapat dari anggaran yang diperoleh dari rektorat setiap tahun pada bulan Januari. Namun, untuk biaya konsumsi seminar kali ini diambil dari anggaran tahun lalu dikarenakan anggaran tahun ini belum keluar.
Acara Seminar dan Pelantikan dengan tema “Pengenalan Praktik Terapis Holistik” ini diwajibkan untuk seluruh mahasiswa baru serta mahasiswa senior prodi Tasawuf dan Psikoterapi. Acara yang dimulai dengan pengenalan tentang apa itu terapi bekam, alat alat yang digunakan, sampai cara melakukan bekam dijelaskan dengan runtut dan gamblang, termasuk juga pengetahuan mengenai obat – obatan serta tanaman herbal, dan tak ketinggalan teknik memijat tradisional yang dipaparkan oleh Haris, selaku pemateri. Acara ini berlangsung dengan lancar dan diwarnai guyonan, meskipun terlihat beberapa mahasiswa yang mengantuk bahkan hingga tertidur.
“Bagus, bisa lebih mengetahui teknik ilmu bekam” komentar Winarti, salah satu mahasiswa Tapsitera semester 3 yang hadir pada acara itu. Ia mengaku sudah pernah mendengar teknik pengobatan tersebut, namun belum pernah mencobanya secara langsung. Hal serupa diutarakan oleh Hadziq (19) mahasiswa semester 1, ia sudah pernah mendengar namun belum pernah mencobanya. “Dulu saya sudah pernah melakukan bekam, namun masih abal abal dengan menggunakan alat alat seadanya seperti silet dll” guraunya saat ditemui wartawan Forma pasca acara. Ia sudah tertarik pada bekam sejak dulu, namun belum bisa merealisasikannya hingga kini. “Sangat penting bagi mahasiswa Tapsitera, terutama agar bisa mendapatkan output yang baik ketika lulus nanti” komentar mahasiswa asal Babat itu mengenai seminar yang baru saja diikutinya. Mahasiswa alumni pondok suci itu juga berharap bisa terjun langsung dalam praktek bekam sehingga mahasiswa tidak hanya mempelajari teori namun juga bisa praktek dalam kehidupan nyata nantinya. Sementara itu, pendapat berbeda diutarakan oleh Dicky (18) mahasiswa Tapsitera yang juga di semester 1, “Saya tidak mau mencoba bekam. Saya takut jarum suntik”, namun mahasiswa asal Sidoarjo yang saat ini menjabat sebagai kosma kelas A tersebut, berharap bisa belajar bekam dalam waktu dekat.
(nisa/asy/sib/nee/hil/lal/qur/sayyida)
Cihuyy wkwk