
Reporter : Dennia Shinenauky Niza, Lubna Ya’Ni Auqotan Vi
Editor : Moh. Faiqul Waffa
Forma (28/02) Senat Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (SEMA FUF) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya sukses menggelar Sekolah Kepemimpinan bagi pemimpin baru Organisasi Mahasiswa (Ormawa) FUF. Acara ini mengangkat tema “Membangun Karakter Kepemimpinan melalui Akuntabilitas Persisten” dan berlangsung selama dua hari, Kamis (27/2) hingga Jumat (28/2) 2025, di Aula B3 FUF UINSA.
Ketua SEMA FUF, Abdul Halimul Husni, menjelaskan bahwa tema ini diangkat karena kepemimpinan tidak hanya soal keterampilan, tetapi juga karakter. Salah satu karakter utama yang ditekankan adalah akuntabilitas yang bersifat persisten, bukan sementara.
Acara ini menghadirkan empat pemateri, dua di antaranya berasal dari luar kampus, yakni dari Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dan Sekretaris KPNI. Halim menyebutkan bahwa pemilihan pemateri dari DPR RI didasarkan pada keterjangkauan narasumber yang memiliki latar belakang di bidang politik.
“Kami mengundang pemateri dari DPR RI karena yang bisa kami jangkau itu senior FUF yang memang terjun di dunia politik, yaitu Pak Anwar dan Pak Barok,” ujarnya.
Meski acara berjalan lancar, Ketua Pelaksana Muhammad Nuril Barqul Fuadi mengakui adanya beberapa kendala, terutama dalam komunikasi dan koordinasi.
“Banyak anggota angkatan 2022 yang sedang magang di lokasi yang cukup jauh, seperti di Bangkalan dan Surabaya Barat,” jelasnya. Meskipun demikian, tim tetap berhasil menjalankan acara dengan baik.
Salah seorang peserta, Septia Pingki Karina Putri, mengungkapkan bahwa materi yang disampaikan sangat membantu mereka dalam memahami peran kepemimpinan.
“Acara ini sangat bermanfaat dalam mempersiapkan kami melanjutkan kepengurusan, sehingga tahap-tahap selanjutnya bisa berjalan lebih lancar,” ujarnya.
Wakil Dekan III FUF, Andi Suwarko, berharap melalui Sekolah Kepemimpinan ini, peserta dapat memahami posisi mereka sebagai pemimpin ( leader ), bukan lagi sekadar pengikut ( follower ).
“Setidaknya mereka harus memerankan empat hal: peran kepeloporan atau perintis sebagai inisiator, peran sebagai penyelaras, peran sebagai pemberdaya ( empowering ), serta peran sebagai role model atau sebagai teladan bagi mahasiswa lainnya,” tutupnya.