Doc. Forma

FORMA (15/08) – Kamis 15 Agustus 2019 merupakan hari kedua diselenggarakannya PBAK (Pengenalan Budaya Akademik Kemahasiswaan). Namun hari kedua PBAK ini diwarnai aksi unjuk rasa dari sebagian mahasiswa baru UINSA (Universitas Islam Negeri Sunan Ampel) Surabaya. Berbeda dengan tahun lalu, unjuk rasa tahun ini diikuti oleh mahasiswa baru dari Fakultas Ushuluddin dan Filsafat.

Hazem salah satu panitia PBAK Fakultas Ushuluddin dan Filsafat memaparkan bahwasanya aksi ini terjadi secara dadakan tanpa perencanaan, akan tetapi hal ini terjadi juga karena adanya komunikasi dari teman-teman yang bersimpati.

“Aksi ini didasari karena tidak transparannya dana dari pihak rektorat, selain itu partisipasi dari MenWa (Resimen Mahasiswa) dan Pramuka yang tidak terbaca.” ujar Hazem.

Dari pihak Dema Fakultas Ushuluddin dan Filsafat sendiri mengaku tidak merencanakan terjadinya aksi ini. Ghozali selaku Dema Fakultas Ushuluddin dan Filsafat menjelaskan bahwasanya hal ini terjadi secara spontan, hanya saja dari pihak Dema tetap mengawasi dari belakang, karena ditakutkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Ia juga menjelaskan hal ini berbeda dengan tahun lalu yang mana mahasiswa baru Fakultas Ushuluddin dan Filsafat lebih memilih diam, akan tetapi sekarang ikut meramaikan aksi unjuk rasa tersebut.

“Aksi ini terjadi akibat dari pihak kampus yang memang sudah terlalu dzalim, banyak regulasi yang dikeluarkan oleh pihak kampus yang mana hal itu malah memberatkan mahasiswa.” Papar Ghozali. “Sebenarnya ada rencana mengkritik pihak kampus dengan tulisan berupa koreografi.” tambahnya.

Ghozali juga mengatakan bahwa harusnya akan diadakan koreo bertuliskan “Selamat datang di kampus diabolik” yang mana kampus menjadikan mahasiswa sebagai alat yang menghasilkan sesuatu dan dinikmati hasilnya oleh penguasa kampus. Akan tetapi aksi unjuk rasa tersebut sudah dilakukan, sehingga tidak sesuai dengan konsep yang ingin dibuat dengan koreo tersebut.

“Harapan dari beberapa pihak mengenai aksi tersebut semoga segera ditindak lanjuti. Hal seperti ini segera ditindaklanjuti supaya tidak terjadi lagi pada tahun depan, kasihan mahasiswa baru yang selalu dibohongi.” ujar Hazem. Ghozali dari pihak Dema juga memiliki harapan supaya hal ini dapat mengurangi regulasi yang malah memberatkan mahasiswa tersebut. (Afi/ Rohmah)

 

Penyunting: Fadlilatul Laili Riza Rahmawati