Penulis: Mohammad Balyan Rofiqi
Editor: Adi Swandana E. P.
Tuhan, Aku di Sini
Tuhan, di sini aku sendiri
Sepi menyepi tepi tiada arti
Berdiam diri seperti sari pati
Memikirkan Engkau tak kenal henti
Peluh bercucuran bagaikan peluru memburu seru
Rasa itu seperti tahu
Lembek, tetapi memiliki makna aku tak tau
Bingung, resah, gelisah jadi satu menghampiriku
Mungkin ini karena dosa yang kupikul selalu
Hanya hati inilah yang dapat memberikan jawaban
Arti yang tidak dapat dimengerti
Tak tau sampai kapan ini
Mungkin sampai datangnya mati
Rindu Akan Kawan Seperjuangan
Tanpamu, kawan hidupku terasa hampa
Di sini aku sekarang duduk tanpa ada suara
Bergumam sambil berpikir panjang
Dimana kawanku ?
Sudah lama aku mencarinya
Hei kawan dimana engkau ?
Sudah kutunggu engkau di malam ini
Sambil menemani langit sepi tak berbintang
Lelah rasanya aku terus berharap
Akan kedatanganmu
Sambil memandang langit
Potret senyummu yang kulihat
Selalu terlintas bayanganmu
Selalu kuingat akan perjuangan kita
Di masa lalu
Namun apalah daya
Tak ada kata yang bisa kusebut
Rasa itu masih ada
Untaian rasa itu begitu indah
Aku rindu kawanku
Kepada yang Patah
Kepada yang pernah patah
Jangan ragu untuk melangkah
Biar kamu temukan arah
Meski hati ini dirasa lelah
Patah…
Salah satu anugerah
Yang membuatmu lebih kuat melangkah
Tabah, hadapi segala masalah
Patah…
Adalah sakit tak berdarah
Yang membuatmu lemah
Tak bercelah
Kelak, bila luka membuatmu lemah
Adukanlah di atas sajadah
Sambil meminta kemudahan
Kepada yang Maha Pemurah
Marcapada Kecil
Padamu tersimpan potongan masa lalu
Yang pada setiap jengkal aku rindu
Air mata yang sempat jatuh diawali hari
Kini mengantarku ke tempat yang lebih tinggi
Terima kasih telah menjadi rumah kedua
Untuk setiap malam yang penuh tawa
Maaf karena aku belum membanggakan
Maaf bila aku masih tidak bisa melupakan
Bunga yang Berduri
Di kebun hatiku, ada bunga yang berduri,
Menarik perhatiannya dengan keanggunan dan cahaya.
Kecantikan yang menyilaukan, namun penuh dengan tantangan,
Menjaga jarak dengan hati yang berani mencoba mendekat.
Setiap sentuhan yang tidak hati-hati,
Menyisakan bekas luka dan kepedihan yang tak terduga.
Namun, dalam duri-duri itu, ada pesan yang tersirat,
Bahwa kekuatan dan keindahan seringkali datang dengan harga.
Bunga yang berduri mengajarkan kesabaran,
Untuk tidak terburu-buru dalam mendekatinya dengan kasih.
Menghargai setiap jeda, menyentuh dengan hati yang bijaksana,
Menemukan kecantikan di balik duri yang memancarkan kekuatan.
Meski menyakitkan, bunga itu tetap memancarkan harumnya,
Melambangkan ketabahan, keberanian, dan keindahan sejati.
Mengajarkan kita untuk melihat melampaui penampilan luar,
Dan menemukan kebaikan yang tersembunyi di balik rintangan.
Di kebun hatiku, bunga yang berduri itu tumbuh,
Sebagai pengingat bahwa kehidupan penuh dengan kontras.
Dalam kesulitan dan keindahan yang tercipta dalam sejuta warna,
Kita belajar untuk menghargai kehidupan dan menjalani perjalanan dengan penuh keberanian.