FORMA (29/11) – Kamis, 28 November 2019 Senat Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (Sema FUF) mengadakan Sidang Evaluasi Kerja dan Rapimwa (Rapat Pimpinan Mahasisawa) untuk pertama kalinya. Bertempat di ruang sidang rektorat lama Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya.

Sidang ini mengundang beberapa pimpinan di fakultas, mulai dari jajaran dekan dan Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) untuk mengawasi jalannya sidang, Ketua Himpunan Mahasiswa (Kahima) masing-masing Program Studi (Prodi) dan ketua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) untuk mempresentasikan hasil dari kinerja setiap kepengurusan Himpunan Mahasiswa Prodi (HMP) dan setiap UKM.

Bachtiar Lutfianto (23 tahun) selaku ketua Sema memaparkan bahwa sidang dan rapat ini untuk memenuhi salah satu kewajiban Sema sebagai pengawas HMP, “Kita ingin setiap HMP itu memiliki kinerja yang optimal, dan kita juga memberi apresiasi kepada dua HMP terbaik”, ujarnya. Bachtiar juga berharap setiap HMP dapat terus melakukan kegiatan tanpa bergantung kepada anggaran dana fakultas, “Dengan atau tanpa dana fakultas kita harus tetap jalan, semangat ini yang saya harapkan untuk bisa dimiliki oleh teman-teman HMP dan UKM”, jelasnya.

Terdapat empat Point penting yang dihasilkan dalam sidang ini. Yakni, yang pertama, mengenai pengajuan ruang kesekretariatan Himpunan Mahasiswa Pemikiran Politik Islam (Hima PPI). Yang kedua, adalah tentang kegiatan di fakultas yang masih sangat sedikit. Yang ketiga, tentang rencana pengadaan Kongres Besar Mahasiswa Fakultas (KBMF) dan Kongres Besar Mahasiswa Universitas (KBMU) yang akan diadakan serentak, namun pembahasan di Point ini masih ditangguhkan. Dan, pembahasan terakhir yaitu mengenai anggaran dana fakultas yang kurang transparan.

Namun, semenjak dimulainya acara pada pukul 09.00 WIB hingga berakhir pada pukul 16.00 WIB, tidak terdapat satupun perwakilan dekan atau Dema yang menghadiri sidang. Sema beserta seluruh peserta Rapimwa mengaku sangat kecewa dengan ketidakhadiran dekan dan Dema. Menurut Dimas salah satu peserta perwakilan dari UKM  Musik Pualam, fakultas perlu mengadakan event yang melibatkan seluruh komponen, dan hal tersebut akan sulit terwujud apabila dekan dan Dema tidak pernah hadir, “Kenapa Ushuluddin tidak pernah memiliki event yang serius? Meskipun agama saya musik, saya masih respect”, komentar Dimas dengan nada bercanda. (Lukman/Alfi)