Reporter: Nabila Khusna dan Auliya Rahmad Dani

Editor: Akmelia Rabbani

Forma (24/02) – Himpunan Mahasiswa Program Studi Agama-Agama (HMP SAA) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya sukses menggelar acara puncak Pekan Lintas Agama, berupa Talk Show bertema “Eksistensi dan Interaksi Agama Lokal dengan Agama-Agama Dunia” di Gedung Auditorium UIN Sunan Ampel Surabaya pada Senin, 24 Februari 2025. Acara ini dihadiri oleh mahasiswa Studi Agama-Agama serta mahasiswa dari berbagai program studi lainnya dan juga tamu undangan dari lintas agama guna untuk mempererat hubungan dan memperluas wawasan dalam dialog lintas agama, sekaligus menandai kembalinya Pekan Lintas Agama yang sempat vakum.

Taufiqurrahman, selaku Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Program Studi Agama-Agama, menjelaskan bahwa acara puncak ini sekaligus menjadi penutup dari rangkaian kegiatan sebelumnya. Ia menegaskan bahwa tujuan utama dari acara ini adalah untuk mempererat tali persaudaraan antar umat beragama serta meningkatkan pengetahuan mahasiswa sesuai dengan kajian Studi Agama-Agama. 

“Acara puncak ini diselenggarakan agar mahasiswa dapat memahami lebih luas tentang interaksi antar agama dan tidak hanya terpaku pada satu perspektif. Sebagai mahasiswa Studi Agama-Agama, kita harus menjadi agen perubahan dan perdamaian,” ujar Taufiqurrahman.

Desianti Kurniasari, selaku ketua pelaksana, menambahkan bahwa terselenggaranya acara ini menjadi bukti bahwa program kerja yang sempat terhenti akibat pandemi kini bisa kembali berjalan.

“Kami ingin memberikan lebih banyak ruang bagi mahasiswa untuk berdialog dan mengenal lebih dalam tentang keberagaman agama. Harapannya, acara ini dapat membuka wawasan dan memperkaya perspektif kita semua,” ungkapnya.

 Abigail Soesana, salah satu tamu undangan, memberikan tanggapan positif terhadap acara ini. Menurutnya,  narasumber yang dihadirkan sangat berkualitas dan berkompeten dalam membahas topik yang diangkat.

“Saya rasa mahasiswa sudah mendapatkan banyak hal secara kognitif tinggal bagaimana mahasiswa yang sudah banyak menerima input harus direfleksikan dan bagaimana mahasiswa itu keluar untuk bergaul dengan mahasiswa yang berbeda supaya bisa mengenal toleransi dan tidak bersifat secara pasif,” ujarnya.

Salah satu peserta seminar, Muhammad Ali Mahrus, delegasi HMP Ilmu Hadits juga mengungkapkan apresiasinya terhadap acara tersebut.

“Acara ini sangat langka menurut saya, karena tidak hanya menambah rasa toleransi antar umat beragama, tetapi juga memberikan pemahaman tentang perbedaan pendapat antar umat seagama. Hal ini sangat penting untuk meningkatkan toleransi di kalangan kita”, ungkapnya.

Terakhir, Desianti juga menyampaikan harapannya untuk acara serupa di masa mendatang.

“Jika diadakan lagi, semoga bisa lebih baik, dan untuk narasumbernya mungkin bisa menghadirkan sosok yang lebih aktif di media sosial agar lebih dekat dengan mahasiswa,” pungkasnya.