Doc: Forma

Forma (11/09) – Kamis, 10 September 2020 Program Studi (Prodi) Tasawuf dan Psikoterapi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FUF) mengadakan seminar secara daring (webinar) dengan tema, “Tasawuf dan Tarekat Nusantara: Kontekstualisasi Pemikiran, Ajaran, dan Gerakan.” Seminar ini merupakan acara tahunan sebagai proses pengayaan dan pendalaman keilmuan serta skill keprodian. Acara ditujukan untuk umum dan berlangsung selama dua setengah jam yakni dari pukul 09.45-12.15 WIB. Dihadiri oleh Dekan FUF, Kunawi Basyir; Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Oman Fathur Rahman sebagai narasumber 1; Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA), Abdul Kadir Riyadi sebagai narasumber 2; Dosen Tasawuf dan Psikoterapi UINSA,  Hodri Arif sebagai moderator; beberapa dosen dan mahasiswa UINSA; dan peserta umum.

Ghozi selaku Ketua Prodi Tasawuf dan Psikoterapi juga selaku ketua panitia seminar mengungkapkan jika tema  tersebut diangkat dengan memertimbangkan situasi dan kondisi sekarang. Yang mana pandemi corona virus tidak memungkinkan diadakan seminar dengan tema praktek keterampilan psikoterapi. Dengan demikian, tema tersebut sesuai dengan situasi saat ini, karena hanya sebatas pendalaman teori tanpa perlu mengadakan praktik selama seminar berlangsung.

“Tahun kemarin kegiatan yang dilaksanakan mengangkat tema aspek skill psikoterapi. Maka tahun ini, kegiatannya teoretis aspek tasawuf dan tarekat Nusantara. Prodi ini memiliki dua komponen yakni tasawuf yang bercorak Nusantara dan psikoterapi, yang keduanya diintegrasikan. Alasan lain, kebetulan saat ini musim pandemi sehingga sulit mengadakan kegiatan yang bersifat praktis seperti terapi, karena kurang maksimal jika dilaksanakan dengan daring” imbuhnya.

Hodri Arif menuturkan bahwa tema tersebut penting untuk dibicarakan. Karena, sebagai usaha untuk kembali menjadikan tasawuf bukan hanya sebagai latihan diri yang sangat personal, melainkan dengan harapan juga bisa menjadi aktivitas yang mampu memberikan jalan keluar dari berbagai permasalahan lokal maupun global. “Dalam sejarah kita ketahui bahwa tasawuf dan tarekat terbukti mampu memberikan sumbangsih yang luar biasa dalam menyelesaikan berbagai masalah kemanusiaan, bisa menawarkan resolusi konflik-konflik berdarah, dan memberikan ketenangan hidup baik secara individual maupun sosial” tambahnya.

Salah satu peserta yang hadir, Sulthon mahasiswa Tasawuf dan Psikoterapi semester 5 memberikan pernyataan jika seminar tahun ini memiliki manfaat yang dapat berguna bagi kalangan mahasiswa. “Dosen pun banyak yang mengikuti, bahkan ada dari Sumenep yang lulus S2, Mataram, dan Aceh, yang juga bangga dengan mengatakan webinar ini sangat bermanfaat. Terimakasih atas ilmunya” tuturnya.

(Sibghoo/A’yun)