
Sumber Google
Syawal merupakan bulan yang paling dinantikan umat islam setelah melaksanakan ibadah shaum. Penetapan penanggalan awal bulan ini selalu menjadi sorotan utama untuk merayakan perayaan idul fitri. Hari raya Idul fitri bisa disebut juga dengan hari kemenangan, sebab pada hari itu umat Islam telah berhasil menahan hawa nafsu selama satu bulan penuh. Setelah melewati ujian selama satu bulan, umat Islam diharapkan dapat mempertahankan nilai-nilai amaliyah yang telah dilakukan pada Ramadhan hingga datang Ramadhan seterusnya. Syawal bermakna sebagai bulan eskalasi ibadah dan amal saleh.
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah RA)
Menurut KBBI, syawal adalah bulan ke -10 tahun Hijriyah yang berjumlah 29 hari dalam penanggalan Hijriyah dan penanggalan Jawa. Secara bahasa arab, Syawal berasal dari kata Syala yang berarti naik atau meninggi (irtafa’a). Pada bulan ini, kedudukan dan derajat umat Muslim meningkat di mata Allah SWT, karena telah menyelesaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan.
Ibnul ‘Allan asy Syafii mengatakan, “Penamaan bulan Syawal itu diambil dari kalimat Sya-lat al Ibil yang artinya unta itu mengangkat atau menegakkan ekornya. Syawal diartikan demikian, karena dahulu orang-orang Arab menggantungkan alat-alat perang mereka, disebabkan sudah dekat dengan bulan-bulan haram, yaitu bulan larangan untuk berperang.”(Dalil al Falihin li Syarh Riyadh al Shalihin).
Ada juga yang mengatakan bahwa bulan syawal berasal dari kata syalat an-Naqah bi Dzanabiha [arab: شالت الناقةُ بذنَبِها], artinya unta betina menaikkan ekornya. (Lisan Al-Arab, 11/374). Bulan syawal adalah masa di mana unta betina tidak mau dikawini para pejantan. Ketika didekati pejantan, unta betina mengangkat ekornya. Peristiwa ini menyebabkan munculnya keyakinan sial di tengah masyarakat jahiliyah terhadap bulan syawal. kemudian mereka menjadikan bulan syawal sebagai bulan pantangan untuk menikah. Ketika islam datang, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam justru menikahi Aisyah di bulan syawal. Untuk membantah anggapan sial masyarakat jahiliyah.
“Rasulullah Saw menikahi aku pada bulan Syawal dan menggauliku pada bulan Syawal. Lalu menikahi istri-istri beliau SAW yang lebih beruntung dan dekat di yang mendukungku?” ( Muttafaq ‘Alaih ).
Dalam Al-Minhaj Syarhu Shahihi Muslim bin Al-Hajjaj, Syekh Muhyiddin Syaraf An-Nawawi sesuai dengan hadis ini yang menyangkal kepercayaan masyarakat Jahiliyah tentang ketabuan yang diterima, menikahkan, atau dianggap sebagai pemberi makan di bulan Syawal. Bahkan, oleh mazhab Syafii, hadis ini dikembalikan menjadi dalil kesunahan menikah setelah bulan Ramadhan.
Hal yang sama bahkan diubah Nabi Muhammad Saw dalam segi strategis tempur. Demi menegakkan agama Islam, Nabi tetap menerima tantangan pertempuran di bulan Syawal, di pertarungan Perang Bani Qainuqah dan Perang Uhud yang terjadi pada 17 Syawal 3 H.
Secara garis besar, polemik pengertian bulan syawal hanya terletak pada tradisi bangsa Arab sebelum masuknya Islam. Setelah masuknya Islam, bulan Syawal dimurnikan kembali oleh Nabi Muhammad Saw sebagai bulan yang istimewa. Dalam salah satu hadis diriwayatkan dari Ayyub RA, Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa berpuasa Ramadhan dan meneruskannya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, berarti dia telah berpuasa satu tahun.” (HR Imam Muslim dan Abu Dawud).
Keutamaan puasa enam hari dibulan syawal serupa dengan puasa setahun penuh. Seperti yang dikatakan hadist berikut
“ Barangsiapa Yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa Enam hari di bulan Syawal, Maka dia berpuasa seperti Setahun Penuh .” (H.R. Muslim).
Dilansir dari Merdeka.com. diantara hikmah puasa di bulan Syawal yaitu menyempurnakan ibadah wajib, sebagai tanda diterimanya amalan puasa Ramadhan, mempunyai ganjaran tujuh kali lipat, bisa mendapatkan pertolongan Rasulullah, dan sebagai tanda peningkatan iman seorang Muslim.
Siti Miftakuz Zaqiyah