Reporter: Rohma Aviva/Zamzam Qodri

Editor: Sabitha Ayu Nuryani

Sumber: Doc. Forma.

FORMA (13/09) – Fakultas Ushuluddin Dan Filsafat (FUF) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya menyelenggarakan Virtual Studium Generale bertajuk “Gerakan Dakwah Salafi dan Fenomena Matinya Kepakaran”. Acara ini menghadirkan dua narasumber sekaligus, yang dilaksanakan pada Selasa, 14 September 2021 mulai pukul 09.20 WIB hingga 12.30 WIB secara online melalui Zoom Meeting yang jumlahnya 500 peserta dan juga di channel YouTube FUF UINSA sejumlah 1.800 penonton.

“Acara seminar sebelumnya tidak sebanyak ini. Tadi kita sediakan 500, ternyata masih banyak lebih ratusan yang WhatsApp ke saya tidak bisa masuk karena sudah full. Tuh, yang nonton di YouTube sudah lebih dari 1.700-an. Tembus 1.800-an,” ucap Kunawi Basyir.

Acara dibuka oleh Kunawi Basyir selaku Dekan FUF dan Masdar Hilmy selaku Rektor UINSA Surabaya. Kunawi menuturkan acara Virtual Studium Generale bertajuk “Gerakan Dakwah Salafi dan Fenomena Matinya Kepakaran” ini merupakan tema yang tidak habis dianalisis/dikritisi. “Acara ini digagas karena membanjirnya gerakan-gerakan keislaman yang kurang menjunjung nilai-nilai keislaman di ranah publik dan hal ini akan mengancam keberadaan Islam itu sendiri sebagai agama rahmatan lil ‘alamin. Saya harap bahwa semua peserta terutama mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat tetap mencermati dari dua narasumber yang ahli di bidangnya ini, sehingga mahasiswa bisa menemukan kegelisahan akademik yang akan bisa ditindaklanjuti untuk skripsi bahkan bisa di artikel-artikel untuk wadah tuntutan kita bersama,” tambahnya.

Sambutan kedua disampaikan oleh Masdar Hilmi selalu Rektor UINSA Surabaya. “Gerakan dakwah Salafi dan fenomena matinya kepakaran terdapat dua hal yang berbeda. Pertama, gerakan dakwah Salafi merupakan keberagamaan Islam di Indonesia yang muncul setelah era Orde Baru, yang salah satunya dakwah Salafi. Dikarenakan para ulama terdahulu yang telah meninggalkan kita merupakan referensi yang dihidupkan kembali oleh kita sebagai penerus ulama. Terdapat kelompok-kelompok yang mengatasnamakan agama dengan Salafi sebagai rujukannya,” ujarnya.

Kholid Syeirazi, Sekjen Ikatan Sarjana NU merupakan narasumber pertama yang memberikan penjelasan terkait Gerakan Dakwah Salafi dan Fenomena Matinya Kepakaran.

“Apa hubungan Gerakan Dakwah Salafi dan Fenomena Matinya Kepakaran? Matinya kepakaran ditandai oleh narasi pengetahuan tanpa penjaga gawang.  Pengetahuan atau ilmu tentang agama pasti hasil dari istinbath ulama. Munculnya gerakan dakwah Salafi karena kelompok Salafi menolak keadaan seperti ini yaitu modernitas. Jadi hubungannya itu adalah munculnya kelompok dalam gerakan dakwah Salafi yang pengetahuannya itu hanya berdasarkan otodidak bukannya malah berguru. Sangat ekstrem dalam pandangan. Semua itu menjadi ancaman untuk bentuknya peradaban,” papar Kholid.

Selanjutnya, narasumber kedua yaitu Robikin Emhas, Ketua PBNU yang menjelaskan tentang Gerakan Dakwah Salafi dan Fenomena Matinya Kepakaran.

Robikin Emhas memaparkan, “Mengapa sangat penting membahas tentang Gerakan Dakwah Salafi dan Fenomena Matinya Kepakaran? Karena menurut saya,  kunci gerakan Salafi yaitu kemurnian ajaran Islam yang hanya berpegang pada Al-Qur’an dan Al-Hadits. Terjadilah kepalsuan dalam berlogika yang dampaknya bisa intoleran dan sangat ekstrem dalam pandangan. Semua itu menjadi ancaman untuk bentuknya peradaban.”

Kunawi menambahkan, “Menurut catatan kami, sementara tidak ada mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat yang bergabung dengan kelompok-kelompok yang kurang tanggung jawab terhadap Islam.” Ia juga mengatakan bahwa ke depannya FUF akan merencanakan webinar kembali.

Iqbal Wian, salah satu mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat yang juga mengikuti Virtual Studium Generale, mengatakan, “Seminar ini membuat saya sadar akan kesalahpahaman kelompok Salafi yang menafsirkan Al-Qur’an secara teksnya saja dan menolak adanya kepakaran dan keulamaan yang sudah terlegitimasi keilmuannya. Harapan saya ke depannya, supaya Fakultas Ushuluddin dan Filsafat sering mengadakan seminar keagamaan seperti ini dan lebih menarik dari ini.”