Oleh: Jogang
Tangisan itu memberi bercak darah
Di pucuk surat isi kitab
Awal kisah
Gelandang manis shuffah mais
Langit-langit menyaksi
Ratusan zikir para sufi
Di bawah pohon mahoni
Ber-tahannus gelap
Bayangan kekasih
Kudekap dia
Kutelanjangi dia
Malam itu
Sadar, sadar, sadar
Hanya mimpi?
Malam itu menjemputku kembali
Pada bekas pijakan kaki
Orang tak dikenal
Ada kegelisahan yang tidak berdetak
Tembang kenangan menyayat
Ketakutan diam-diam
Sepi!
Yang terlihat hanya kegelapan
Pulanglah,
Tidak ada yang menunggu
Fajar pun enggan menampakkan
Senyum sinarnya
Saat malam menjelang lantunan
Kalam berterbangan
Adakah sujudmu yang memanggil
Dan meminta nama seusai
Tasbih berserakan
Di penghujung antara doa dan amarah
Dobrak saja kamar setan
Sedihnya membatu
Tangisnya haru melihat
Tumpukan sampah
Yang masih terbungkus sarung penghalang
Sementara di situ kita bernyanyi
Di tempat yang tak sama
Ada tembang yang bercampur duka
Gamis muslimah menyayat mata
Harum kembang
Bermata sayu
Semisal purnama, bersorban doa
Tersenyum
Semua tentang jalan hidup
Yang tak serupa
Kita masih berserah
Dan mengaji waktu di setiap rukuk dedaunan
Seperti gerak semakin larut
Dalam makna engkau tenggelam
Merapal mantra-mantra rakaat demi rakaat
Mengalir ke sekujur tubuh menjadi mimpi
Saat santri tertidur pulas
Semua terdiam
Melewatinya tepat di depan
Masjid Nurul Ummah bulan lalu
Sengaja kukatakan babi
Dalam tapa abadimu
Langit menasbih
Mengaji tafakkur alam raya tahun baru
Membakar seluruh
Tahannus para sufi
Pecahlah
Lalu kuciumi wangi melati
Dan kita saling berbisik
Membait rindu
Bus kala itu
Di hadap tanah kelahiranmu