Oleh: Jogang

 

sumber: Facebook pribadi

 

Tangisan itu memberi bercak darah

Di pucuk surat isi kitab

Awal kisah

Gelandang manis shuffah mais

Langit-langit menyaksi

Ratusan zikir para sufi

Di bawah pohon mahoni

Ber-tahannus gelap

Bayangan kekasih

 

Kudekap dia

Kutelanjangi dia

Malam itu

Sadar, sadar, sadar

Hanya mimpi?

 

Malam itu menjemputku kembali

Pada bekas pijakan kaki

Orang tak dikenal

Ada kegelisahan yang tidak berdetak

Tembang kenangan menyayat

Ketakutan diam-diam

 

Sepi!

 

Yang terlihat hanya kegelapan

Pulanglah,

Tidak ada yang menunggu

Fajar pun enggan menampakkan

Senyum sinarnya

Saat malam menjelang lantunan

Kalam berterbangan

Adakah sujudmu yang memanggil

Dan meminta nama seusai

Tasbih berserakan

Di penghujung antara doa dan amarah

 

Dobrak saja kamar setan

Sedihnya membatu

Tangisnya haru melihat

Tumpukan sampah

Yang masih terbungkus sarung penghalang

 

Sementara di situ kita bernyanyi

Di tempat yang tak sama

Ada tembang yang bercampur duka

Gamis muslimah menyayat mata

Harum kembang

Bermata sayu

Semisal purnama, bersorban doa

Tersenyum

Semua tentang jalan hidup

Yang tak serupa

Kita masih berserah

Dan mengaji waktu di setiap rukuk dedaunan

 

Seperti gerak semakin larut

Dalam makna engkau tenggelam

Merapal mantra-mantra rakaat demi rakaat

Mengalir ke sekujur tubuh menjadi mimpi

Saat santri tertidur pulas

 

Semua terdiam

Melewatinya tepat di depan

Masjid Nurul Ummah bulan lalu

 

Sengaja kukatakan babi

Dalam tapa abadimu

Langit menasbih

Mengaji tafakkur alam raya tahun baru

Membakar seluruh

Tahannus para sufi

 

Pecahlah

 

Lalu kuciumi wangi melati

Dan kita saling berbisik

Membait rindu

Bus kala itu

Di hadap tanah kelahiranmu