FORMA (29/10)-Ada keunuikan dalam momentum peringatan Sumpah Pemuda yang dilakukan Mahasiswa Prodi Studi Agama-Agama (SAA) Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA). Tahun ini, mereka mengadakan kunjungan sekaligus memeringati hari Sumpah Pemuda di Klenteng Beon Bio, Kapasan, Surabaya.
Acara yang bertajuk Sarasehan Pemuda dengan tema, “Optimalisasi Nilai Wu Chang Terhadap Pemuda Milenial.” ini dimulai pukul 09.30 sampai pada pukul 11.30. Acara dibuka dengan sambutan Akhmad Shiddiq selaku perwakilan dosen lalu dilanjutkan oleh Akbar Arry selaku Ketua Himaprodi SAA. Disela-sela acara tersebut, para peserta bersama-sama mengikrarkan kembali bait-bait sumpah pemuda.
Pengambilan topik Wu Chang sendiri berasal dari ajaran agama Konghucu yang berarti lima kebajikan. Ini adalah hasil rumusan Dong Zhong Shu, tokoh agama Konghucu di awal Dinasti Han (206 SM-220 M.) Wu Chang berisi kan tentang cinta kasih (Ren), Kebenaran (Yi), Kesucian (Li), Bijaksana (Zhi) dan yang terakhir ialah dapat dipercaya (Xin).
“Lima nilai kebajikan itu sudah sesuai dengan nilai keagamaan di manapun. Karena pada dasarnya semua agama bersifat universal.” Ungkap J.S. Liem Tiong Yang, selaku Humas Klenteng Boen Bio, sekaligus pemateri pada diskusi tersebut. Beliau juga berpesan kepada kita agar menjalankan agama dengan menampilkan sikap yang positif. Agar kedamaian dan toleransi tercermin dari kita sebagai pemuda penerus bangsa.
“Tujuan acara ini adalah untuk membangun harmoni dengan umat agama lain. Kita menjumpai komunitas agama mereka dan juga sebaliknya.” Ujar Akhmad Siddiq, dosen SAA. Beliau juga mengharapkan agar kedepannya acara semacam ini dapat membangun kesaling pahaman antar umat beragama.
Akbar Arry, selaku ketua Himaprodi SAA juga menuturkan, “Acara ini bertujuan untuk memahami nilai-nilai agama Kong Hu Chu yang selaras dengan kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini juga dimaksudkan agar mahasiswa dapat mengetahui ajaran agama lain. Selain itu, juga bertujuan meminimalkan kesalah pahaman yang notabenenya berawal dari kurangnya komunikasi.”
Salah satu mahasiswa yang hadir juga berkomentar, “Acara tadi sangat dibutuhkan untuk menjalin kerukukan antar umat beragama. Salah satu tujuannya agar tidak terjadi perselisihan antar umat beragama.” Ujar Muhammad Nur Alif, salah satu mahasiswa SAA semester satu. (Zaki/Ali)