Hai, Khoirun umat
Saat batu yang diam bershalawat
Saat rerumputan ingin berkhalwat
Langit bergemuruh saat lahirmu
Bumi riang hingga dijaganya agar tetap tenang
Hai, pelita
Kau muhammad didalam pujian
Saat bait-bait barzanji memuji
Saat bait-bait diba’ menjujung tinggi
Hai, muhammad Rosul pembawa selamat
Dulu kau rela dihina, dicaci maki.
Namun tak sepatah kata pun kau berikan untuk mengutuk
Tak seucap serapah pun yang kau lemparkan
Dan tak selayang tangan yang menampar lisan pencaci makimu
Namun sayang kekasih, umatmu kini sudah hilang kendali
Saat namamu diusik mereka seperti cacing yang kepanasan.
Berdali mengaku paling cinta dan ingin bersama mu disorga
Hai, Kekasih lihat umat mu sekarang, berbondong-bondong membawa saudaranya ke neraka
Dengan label kafir,penista agama agar kepalanya bisa jadi pijakan menuju sorga
Apakah ini cinta, wahai sang pelita?
Apakah ini, yang dinamakan meninggikan?
Saat kepala orang lain di injak agar bisa menggapai apa yang ia anggap sebagai sorga
Muhammad puji dan kasih Tuhan padamu.
Dengan komat-kamit lisan kami menbaca wirid
Hai Habibullah, ulurkan tanganmu
Tuntun kami dengan pelitamu
Terangi kami dengan lakumu
Agar kami mencitaimu dengan cinta yang sebenar-benarnya, bukan dengan cinta yang sebuta-butanya
Ajarkan bahwa kasih adalah cinta dan cinta adalah kasih
Agar kami esok, tak mudah melempar laknat
Dan kau tetap abadi sebagai juru selamat
Akary 5 – 12- 19