Pejuang Abadi-ku
Oleh: Ajilni Ilmi
Meratap dengan segala rasa
Bukan pacuan untuknya berhenti
Antah barantah sudah menjadi tempat saingan rindu
Mengupas segala solusi dalam jiwa, lalu menepi tanpa keraguan
Meniti bahkan mencuri dalam patri
Bukan sekedar mengelus secuil batin, namun sunyinya pun sedang menyatu
Mengangalah segala keperluan kasih sayangnya
Terkadang penuh dan sesak
Terkadang gelap bahkan buta
Tak apakah dikau?
“Aku harus kuat bukan? Apalagi demi anak-anakku”
Ah!
Macam peluru tanpa senapan, Macam pisau tanpa arahan
Juang hidupnya bukan sesi permainan, namun segala senyum tetap menetap simpul dalam bibirnya
Ibu? Apakah kau tak ingin berontak untuk ini?
“Mengapa ? karena anakku adalah hebat!”
Menikmati kesendirian dengan tiupan suci milikknya
Dan deminya aku berdiri, dan untuknya bangkit ini tumbuh, dan dengannya bahagia ini tercipta.
Untuknya, ibu.
*Biodata Penulis
Ajilni Ilmi Novia Nurchasanah, merasakan angin bumi pertama kali pada bulan november yang jingga. Dia dilahirkan dari pasangan yang selalu memberinya kejutan pada setiap detik waktu. Setelah menamatkan SDN 11 didesanya yang hijau menimba, ia melanjutkan MTs dan MA Salafiyah Syafi’iyah Tebuireng Jombang Jawa Timur. Setelah mendapat mitisisme diri sebagai salah satu ciptaan Allah, lalu ia melanjutkan Studi di Universitas Negeri Sunan Ampel prodi Ilmu al-Quran dan Tafsir.
No HandPhone:085896778977
Bagus sekali puisinya. Bisakah dijelaskan arti puisi tersebut?
untuk makna puisi bisa langsung ditanya kepenulisnya ya kak.. karena esensinya penulis lebih memahami arti dari apa yng ia tulis 🙂 terimakasih apresiasinya 😉