Reporter : Syafrial A. dan Ismira Oktavianti Putri

Editor: Adi Swandana E. P.

FORMA (14/08) – Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) UIN Sunan Ampel Surabaya (UINSA) hari pertama telah dilaksanakan oleh segenap panitia di Kampus 1 Ahmad Yani dan Kampus 2 Gunung Anyar secara bersamaan pada Senin, 14 Agustus 2023. Euforia tersebut tampak begitu meriah dengan antusias dari para panitia beserta seluruh peserta, tak terkecuali dari barisan mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FUF) yang turut bentangkan beberapa spanduk bertuliskan kritik terhadap birokrat UINSA.

Adanya beberapa spanduk yang dibawa oleh tiap fakultas merupakan arahan dari Dewan Eksekutif Mahasiswa Universitas (DEMA-U). Pasalnya, banyak spanduk yang mengarah pada kritikan terhadap rektor dengan berbagai masalah. Mulai dari keterlambatan informasi acara sampai pembahasan tentang Uang Kuliah Tunggal (UKT) mahasiswa. Spanduk-spanduk tersebut ditulis berdasarkan arahan dari DEMA-U dan Senat Mahasiswa Universitas (SEMA-U), serta kekompakan dari tiap DEMA Fakultas.

Menurut pandangan Abdullah Dzaky sebagai ketua DEMA FUF mengatakan bahwa mahasiswa perlu mengambil sikap dari rektorat yang dirasa tidak jelas dalam mengurus PBAK tahun ini. Dijelaskan bahwa rundown PBAK baru disebar 2 hari sebelum acara pelaksanaan. Sementara persiapan lainnya banyak yang belum terselesaikan.

Peserta mahasiswa baru pun merasa kesal akibat keterlambatan informasi yang disebar oleh pihak rektorat. Hingga para DEMA dan SEMA berinisiatif untuk memberikan surprise di hari pertama PBAK ini dengan spanduk-spanduk bernuansa kritik. Bahkan, DEMA-U dan SEMA-U menurut informasi dari Dzaky tidak diikutsertakan dalam pembuatan konsep PBAK tahun ini. Berbeda dibanding PBAK tahun kemarin yang masih memiliki keterkaitan dengan semua pihak DEMA SEMA universitas.

“Harapan saya pada rektorat, semoga beliau sadarlah kalau apa yang dilakukan saat ini masih banyak merugikan maba (mahasiswa baru) khususnya. Karena dilihat kemarin UKT luar biasa mahalnya hingga nominal 6 juta, padahal latar belakang orang tuanya hanya petani. Dalam memilah dan mengola golongan subsidi UKT golongan 1 sampai 4 itu harus dengan benar. Saya berharap rektorat bisa memperbaiki kinerjanya pada PBAK hari pertama ini,” tutur Dzaky.

Para peserta PBAK pun merasa kecewa akibat melihat sesama mahasiswa baru yang lainnya mengeluh tentang mahalnya tarif UKT tahun ini. Selain UKT, yang dikeluhkan juga tidak hadirnya Rektor UINSA dalam acara PBAK di kampus Ahmad Yani. Mahasiswa baru mengungkapkan bahwa tidak ada yang salah dalam hal protes melalui spanduk-spanduk tertera, sehingga mereka sangat antusias untuk melakukan unjuk rasa di hari pertama PBAK. Mahasiswa baru mengungkapkan bahwa setidaknya bila UKT mahal maka harus ada jaminan fasilitas yang memuaskan.

“Semoga ke depannya, mengerti bagaimana pembagian UKT, bagaimana cara melihat perekonomian dari maba sekarang,” harap Rizal, salah satu peserta PBAK dari FUF.

Namun, lain halnya dengan tanggapan dari ketua pelaksana PBAK FUF Aminullah yang menjelaskan tentang ketidaktahuannya terkait konsep spanduk yang dibawa oleh para mahasiswa di hari ini. Dalam wawancaranya, dirinya memohon maaf atas kekisruhan yang terjadi kali ini akibat banyaknya protes dari kalangan mahasiswa.