Oleh : Halimah/ Mahasiswa Tasawwuf dan Psikoterapi, FUF
Akhir-akhir ini seringkali kita temui berbagai informasi bohong, terutama di media sosial. Informasi bohong ini biasanya dikenal dengan sebutan berita hoax. Barangkali kita sering mendengar istilah hoax dan bahkan bisa dipastikan kita juga pernah mengkonsumsi berita hoax. Dalam hal ini tidak terlepas dari kaitannya dengan perkembangan teknologi informasi yang kian maju.
Semenjak masa renainsans di Barat, perkembangan teknologi informasi berlomba-lomba mengembangkan sayapnya menguasai belahan dunia. Memang berkembangnya teknologi informasi sangatlah bermanfaat bagi kehidupan manusia. Namun, di sisi lain teknologi juga mengandung nilai-nilai negatif. Seperti halnya membludaknya berita hoax di media sosial tersebut.
Berbicara tentang hoax mau tak mau, suka tak suka hoax digolongkan kepada kebohongan yang seharusnya harus segera ditangani lebih lanjut. Namun, saat ini peraturan mengenai pemberitaan media sosial belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pemberitaan media sosial, adanya hanya perundang-undangan tentang pers dan IT. Jadi mengenai pemberitaan media sosial belum ada peraturannya.
Tak jarang jika kita temui fenomena jurnalisme warga di tengah-tengah masyarakat. Jurnalisme Warga biasa digunakan dalam penyebutan masyarakat yang sekeenaknya mem-posting informasi di media sosial dengan tanpa memperhitungkan kode etik jurnalistik. Nah, kemunculan jurnalisme warga ini juga sangat berpengaruh untuk menyebarkan berita hoax.
Lantas solusi yang tepat untuk menangkal berita hoax ini hendaknya dimulai dari siapa? Solusinya adalah dimulai diri kita sendiri. Sebelum kita membagikan informasi yang kita peroleh dari media sosial, hendaknya kita memeriksanya terlebih dahulu (check and balance). Kita tidak diperkenankan langsung begitu saja percaya kepada berita yang telah sampai kepada kita. Kita harus menggunakan kekritisan dalam membaca berita. Kita juga bisa menggunakan sistem 5W+1 H dalam mengkritisi berita.
Selain memeriksa berita yang kita dapatkan, kita juga bisa mencari sumber asal berita ini. Memang, ada berita yang benar-benar terjadi (fakta), namun sudah basi (terjadi pada masa lalu) dan caption-nya mengandung kebohongan, bahkan sesuatu yang sifatnya mengadu-domba. Maka dari itu perlunya cross-check mengenai kebaruan berita dan kebenarannya.
Untuk menangkal perkembangan hoax kita perlu meningkatkan kualitas literasi kita. Jika lietrasi kita sudah kuat, maka dengan mudah kita dapat membedakan mana yang berita hoax dan mana yang tidak.