Penulis: Hilaliyah

Editor: Sabitha Ayu Nuryani

Sumber: Dok. pribadi.

Cowok rupawan, primadona sekolahan mendadak menjadi perbincangan hangat di kalangan temannya akan tetapi tidak hanya itu, dia juga terkenal di luar sekolahnya, entah apa yang membuatnya diperbincangkan.
“Ehh, lu tau gak sih, Anak yang namanya Nevan dari sekolah sebelah?” ketus seorang siswa.
“Ohh cowok yang sempat menggemparkan seisi kota itu?” jawab temannya.

Hari demi hari perbincangan itu semakin meluas, dari mulut ke mulut topiknya tetap sama yaitu tentang Nevan, cowok dengan tingkat logika yang tinggi.

Pada suatu hari ketika perbincangan tersebut belum meluas, salah satu sekolah di Kota Jakarta sedang melaksanakan tes peserta didik baru, di sisi lain ada cowok berkulit putih, berbadan tinggi masuk ke dalam ruangan tes. Dia menjadi pusat perhatian di kalangan peserta tes.
“Siapa cowok itu? Seperti di dunia fiksi.” ujar salah satu cewekk peserta tes.
Seketika ruangan menjadi sangat ramai seusai cowok itu masuk, tanpa sadar pengawas tes masuk dengan mengetuk pintu.
Tok, tok, tok. “Selamat pagi, Anak-anak. Kita akan segera memulai sesi tes untuk hari ini, maka dari itu siapkan barang-barang yang sudah ditentukan.” ketus bapak pengawas tes.

Awalan pagi yang cukup singkat namun memberikan cerita bagi si cowok itu, setelah tes pertama selesai maka jam istirahat pun datang. Si cowok tadi bergegas menuju kantin sekolah untuk membeli makanan ringan, akan tetapi di tengah jalan dia selalu dihentikan oleh cewekk yang berlalu lalang.
“Haii, gua Oliv. Ini ada surat buat lu.” ujar cewekk itu sembari menyodorkan surat pada cowok itu. Banyak cewekk yang melakukan hal yang sama yaitu memberikan surat pada cowok itu.
Setelah tes selesai, para peserta diberitahu bahwa pengumuman lolos akan diumumkan tepat tiga hari setelah tes dilaksanakan.

Hari pengumuman lolos pun tiba, cowok itu segera pergi ke sekolah dengan memakai pakaian yang rapi, gaya rambut seperti anak luar negeri, dan kabar bahagianya dia keterima menjadi siswa di sekolah itu.
Masa orientasi siswa pun dimulai, di mana jangka waktu MOS tersebut adalah tiga hari lamanya.
“Haii, Adik-adik. Selamat pagi dan selamat datang di SMAN Jakarta. Saya selaku ketua OSIS mengucapkan, ‘Selamat menjadi bagian dari keluarga besar SMAN Jakarta.’” sambut ketua OSIS membuka MOS di pagi hari itu.
“Oke langsung saja, dari tadi saya melihat ada cowok yang tinggi badannya, postur tubuh seperti di dunia dongeng nihh, kalau boleh silakan maju ke depan.” pinta OSIS pada cowok itu.

Tak lama kemudian, cowok itu berjalan maju ke depan dengan gagahnya.
“Silakan perkenalkan namamu, asal dari mana, dan keterima di jurusan apa?” ketus OSIS itu.
“Perkenalkan nama gua Nevan, berasal dari 2 negara. Pasti pada bingung yaa, mamaku orang Belanda sedangkan papaku asli Indonesia, lalu aku mempunyai 2 kewarganegaraan sampai umur 18 tahun dan sekarang aku memutuskan sekolah di Indonesia sebelum umur 18 tahun. Sudah, apa ada yang ditanyakan lagi?” ujar Nevan.

“Haii, Nevan, udah punya gebetan belum?” tanya salah satu cewek dari barisan paling belakang.
“Lawan ego gua kalau berani.” jawab Nevan dengan tegas.

Semenjak MOS selesai, banyak yang berusaha mendekati Nevan akan tetapi sikap Nevan begitu dingin, tak menanggapi gombalan dari mereka.
Ketika Nevan masuk ruangan kelasnya, suasana kelas menjadi sunyi. Saat Nevan datang, mereka diam tak berkutik karena mereka terpesona melihat Nevan seperti boneka berjalan.
“Nevan, lu dari tadi dilihatin tuh sama Iren.” ketus temannya mengusili Nevan yang dari tadi asyik membaca buku.
“Iiihh apaan sih lu, ganggu gua aja.” jawab Nevan dengan nada sedikit kesal akibat membuyarkan konsentrasinya.

Di sisi lain Nevan yang sangat terkenal, dia sedikit menyimpan misteri. Entah kenapa dia sepulang sekolah selalu membawa tongkat bisbol yang mencurigakan. Dia siswa yang pandai karena baru kelas 1 SMA tapi sudah mengikuti lomba Matematika mewakili sekolahnya, sehingga tidak banyak yang curiga akan Nevan.

Pada suatu ketika, seorang siswi dari sekolah sebelah melihat Nevan keluar dari sebuah gedung kosong dengan membawa tongkat bisbol yang diselimuti kantong plastik warna hitam. Melihat hal itu, siswi tersebut langsung memotret Nevan lalu mem-posting-nya di media sosial dengan hashtag #Nevan.

“Ehh, Van, lu ramai diperbincangkan di media sosial tuhh.” ujar teman kelasnya.

Tak lama kemudian, Nevan pun ikut serta melihat postingan itu dan dengan spontan dia terkejut saat tahu postingan itu ternyata memang benar.

Waduhh jangan sampai gua ketahuan, gua harus mencari cara untuk membantah postingan itu, batin Nevan saat teman-temannya asyik membicarakan hal itu.

Lalu Nevan pun ikut mem-posting foto dia saat bermain bisbol dengan temannya sehingga membuat suasana menjadi sedikit tenang. Saat jam istirahat tiba, Nevan bergegas menuju kantin tapi di tengah jalan dia dihadang oleh sekelompok cowok dari kelas 2.

“Ehh lu yang namanya Nevan? Yang udah mukulin temen gua?” tanya cowok itu, tapi Nevan tak sedikitpun membalas pertanyaan itu sehingga membuat para cowok itu geram melihat Nevan yang seenaknya pergi tanpa menjawab. Dari situ timbullah sebuah perkelahian yang membuat satu sekolah terkejut dengan tingkah laku Nevan.

“Ehh, si Nevan memang pandai, tapi sikapnya terlalu buruk.” ujar seorang siswa dari kelas 2.

Kejadian itu membuat Nevan menjadi perbincangan di kalangan temannya akan tetapi orangtua Nevan membenarkan bahwa Nevan adalah seorang anak yang trauma pem-bully-an. Mungkin itu adalah sebuah alasan yang tepat. Berkat orangtuanya Nevan, dia tidak jadi dikeluarkan dari sekolah dan namanya kembali bersih.

Suatu ketika, teman kelasnya tak sengaja melihat Nevan keluar dari gedung kosong itu lagi dengan keadaan tangan penuh darah sembari memegang tongkat bisbol yang masih bersih. Akan tetapi, sang temannya ini tidak berani untuk memanggil Nevan.

“Nevan, lu semalam dari mana? Ehh, tangan lu kenapa?” tanya temannya yang semalam memergoki dia keluar dari gedung kosong itu lagi.

“Biasa, latihan bisbol sampai tanganku lecet begini.” jawab Nevan dengan sedikit rasa cemas.

Temannya tadi tidak percaya kalau Nevan latihan bisbol padahal sudah malam di tempat kosong sendirian. Dengan memberanikan diri, temannya tadi mengikuti Nevan dari belakang saat hendak pergi ke gedung kosong itu lagi dan benar dugaannya kalau Nevan menyembunyikan sesuatu.

“Nevan ngapain mukul tembok gitu.” ujar temannya dengan terheran-heran.

Dari situlah timbul rasa curiga yang cukup besar di benak temannya Nevan akan tetapi dia tidak cukup berani untuk menanyakan hal itu, karena dia tahu kalau Nevan adalah anak yang cukup dingin.

Apa yang membuat Nevan melakukan hal tersebut? Dan kenapa dia seolah-olah tidak terjadi apa-apa ketika sedang bersekolah? Apa yang disembunyikannya?

Bersambung…