Dok. Forma

 

Mahasiswa prodi Studi Agama Agama (SAA) dari semester 1 sampai 7 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya pada tanggal 24 Oktober 2018 mengadakan kunjungan rutin lintas agama di Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) yang bertempat di Ngagel, Surabaya. GKJW Ngagel Surabaya adalah tempat peribadahan umat Kristen Protestan. Berdirinya GKJW dipengaruhi oleh dua tokoh yaitu Johanes Emde dan C L Coolen. Keduanya adalah orang Kristen awam yang tergerak untuk memberitakan Injil Kristus kepada orang – orang yang dijumpainya. Baptisan kudus pertama terjadi pada tanggal 12 Desember 1843 di Surabaya. Sejak itu jumlah mereka terus bertambah dan terbentuklah persekutuan – persekutuan, orang percaya yang kemudian menyatukan diri dalam satu pesekutuan Gerejawi pada tanggal 11 Desember 1931 dengan nama “Pasamuwan – Pasamuwan Kristen ing Tanah Djawi Wetan” nama ini kemudian diubah menjadi “Gereja Kristen Jawi Wetan”.

Keberadaan GKJW menetap hanya di Jawa Timur. Hal ini sesuai dengan isi tata dan pranata GKJW. Dikutip dari bunyi “Gereja Kristen Jawi Wetan adalah bagian dari Gereja yang Esa, yang dilahirkan, ditumbuhkan dan dipelihara oleh Tuhan Allah, Yesus Kristus dan Roh Kudus Jawa Timur”. Meskipun ada banyak warga GKJW yang pindah diluar Jawa Timur, maka mereka akan menjadi anggota mereka bertempat tinggal. GKJW tidak akan membuat cabang diluar Jawa Timur, karena mereka menghormati keberadaan gereja lain, selain itu warga juga tersebar di tempat yang relatif sangat jauh yang secara teknis akan sulit mengaturnya.

Kunjungan lintas agama ini bertujuan untuk membangun dialog antar umat beragama khususnya umat Kristen di Gereja Kristen Jawi Wetan. Gereja yang berdiri pada tahun 1980 ini mengajak kita berdiskusi tentang pentingnya bertoleransi sesama umat beragama.

Pada dasarnya setiap agama mengajarkan dua hal yang mendasar:

  1. Agama kita adalah ajaran yang paling benar.
  2. Toleransi adalah hal terpenting bagi umat beragama.

Bagi GKJW lintas iman diterjemahkan sebagai pro eksistensi, yang mana disetiap jemaat GKJW terdapat komunitas untuk menghadiri hari-hari besar agama lain. Biasanya umat Kristen GKJW mengadakan kunjungan ke beberapa pondok pesantern saat lebaran idul fitri. Hal tersebut bertujuan untuk mengenal lebih dekat dan membangun rasa saling mengasihi terhadap antar umat beragama. Salah satu jemaat Kristen yang sekaligus berperan sebagai bendahara GKJW mengatakan “ Toleransi itu ibarat tubuh. Bagaimana kita bisa makan, berjalan tanpa adanya tangan dan kaki. Toleransi tidak perlu ditunggu, toleransi sudah ada dalam diri kita. Tolerani ada karena kita saling mengasihi.”

GKJW memiliki prinsip “Saya dan Liyan” maksudnya saya adalah diri saya, sedangkan liyan adalah sedulur (saudara), warga GKJW dimana–mana selalu mencari saudara. Penghayatan GKJW liyan merupakan seduluran (bersaudara) bisa satu bangsa, satu suku, satu kemanusiaan, satu misi dan lain – lain. mereka menerapkan prinsip tersebut untuk meraih sebuah toleransi yang mendalam antar umat beragama.

Pengakuan Iman Gereja Kristen Jawi Wetan percaya kepada Tuhan Allah yang menyatakan diri sebagai Allah Trinitas yaitu Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus. GKJW percaya bahwa firman Allah termuat dalam Alkitab yang terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dan bahwa Alkitab adalah kesaksian karya Tuhan Allah. GKJW menerima rumusan Pengakuan Iman Rasuli sebagai salah satu ungkapan kepercayaan. GKJW juga menggunakan Sahadat Kalih Welas adalah Pengakuan Iman Rasuli dalam Bahasa Jawa.

Saat acara kunjungan telah selesai masing masing mahasiswa mendapatkan tugas tertentu sesuai dengan tingkat semester. Salah satunya, mahasiswa pada tinggat semester 1 diberi tugas mengapload foto dimedia sosial seperti facebook, instagram, twitter, dan media sosial lainnya yang bernuansa GKJW. Tugas ini tentu sangatlah mudah, dilihat dari ketenaran yang bisa didapat dimedia sosial. Tanpa diberi tugaspun, mahasiswa zaman sekarang dengan senang hati akan mengapload foto-foto yang dianggap unik, menarik, dan mengundang perhatian khalayak umum. Saat akan mengapload foto mahasiswa diberi satu kalimat yaitu “meskipun kita berbeda, kita tetap bersaudara” yang mana kalimat ini harus dijadikan caption foto tersebut. Benar saja, Foto –foto yang telah diunggah ke media sosial mendapat banyak perhatian dari publik. Komentar-komentar publik didominasi dengan rasa-rasa penasaran, terkejut, dan juga kagum. Hal ini menjadi point penting yang dapat kita ambil sebagai mahasiswa jurusan Studi Agama Agama untuk menjawab rasa penasaran publik dan meluruskan hal-hal negatif seperti  kometar-komentar yang didasari sifat radikalisme.

Di Indonesia menerapkan sikap toleransi merupakan hal yang sangat penting kerena, Indonesia memiliki banyak agama yang dianut oleh masyarakatnya. Banyak manfaat yang  diperoleh dari menerapkan sikap toleransi seperti dapat terhindar dari adanya perpecahan antar umat beragama, dapat mempererat tali silaturahmi, dan pembangunan negara akan lebih terjamin dalam pelaksanaannya, Terciptanya ketentraman dalah hidup bermasyarakat, Lebih mempertebal keimanan. Masyarakat Indonesia perlu memahami konsep toleransi lebih dalam. Sehingga, negara Indonesia akan menjadi Negara yang makmur dan sejahtera. (Ririf)