Era globalisasi adalah era dimana manusia dapat dengan mudah menggali informasi. Bahkan di era ini muncul adanya peningkatan-peningkatan dalam aspek tertentu. Apalagi di tahun 2018 ini masyarakat suka dengan hal-hal yang berbau awalan e-. Mulai dari e-KTP, e-MONEY, e-BANKING dan sebagainya. Dalam dunia pendidikan atau bahkan non pendidikan sekalipun buku adalah suatu konsumsi wajib bagi setiap orang guna menambah pengetahuan atau sekadar mencari informasi.
Menyoal tentang buku, tahukah kalian bahwa Indonesia sudah mengonsumsi model perbukuan yang baru? E-book. E-book adalah dalam bahasa mudahnya adalah electronic book atau buku elektronik atau juga buku digital yang bisa di akses tanpa batasan waktu dan spesifiknya adalah buku non cetak yang sifatnya dinamis dan benar-benar ringkas, dimana pembaca sangat di bantu dalam membaca buku melalui e-book ini dengan cukup mengaksesnya melalui komputer atau alat elektronik seperti ponsel cerdas, atau tablet dengan menggunakan fitur pintar e-readers. caranya Cukup mengunduhnya di Internet dan buku berwajah digital siap dinikmati. Umumnya e-book berbentuk file doc atau PDF yang berkapasitas sekitar 700MB dengan referensi tak terbatas. Ada juga e-book yang bermodel konten video atau animasi bergerak di dalam teks.
Tiada di pungkiri hal baru yang di konsumsi masyarakat Indonesia ini sudah menjalar karena banyak keuntungan yang di peroleh dari mengakses e-book ini, selain sangat efisien tapi juga tanpa tinta dan paperless. Industri perbukuan berstandar elektronik mulai menongol di buktikannya banyaknya toko buku-toko buku digital misalnya Qbaca, Buqu, Scoop dan lain-lain serta adanya penerbit buku digital seperti Unair Press dan lain-lain. Namun dalam perannya di Negeri tercinta kita ini apakah adanya e-book ini sangat membantu berkembangnya pendidikan di Indonesia?
E-book sangatlah membantu pendidik dan anak didik dalam meningkatkan produktivitas pembelajaran dan menaikkan level pendidikan di Indonesia menjadi sangat modern. Selain itu, tiada batas dalam mengakses e-book sehinga dinilai snagat membantu sekali dalam proses pembelajaaran di karenakan anak didik tidak hanya bergantung pada pendidik saja. Jika kita tengok kembali keuntungan dengan megakses e-book begitu banyaknya, namun sebenarnya e-book di dunia pendidikan saya rasa masih memilliki dua kendala. Pertama, yakni harga dan kedua yakni kebiasaan belajar masyarakat Indonesia itu sendiri. Dalam posisi e-book yang kini mulai menggantikan posisi buku cetak konvensional, pengaksesan e-book bisa di bilang untung-untugan karena mengakses e-book ini harus menggunakan alat elektronik dengan fitur pintar yang bisa di bilang cukup mahal dan pembelajar atau pembaca belum tentu memliki alat caanggih ini. Di lain sisi e-book biasa di akses atau di unduh secara gratis, namun ada jenis buku tertentu yang berbayar, misalnya buku pendidikan. Kemudian masalah kedua yakni kebiasaan belajar masyarakat Indonesia yang terbiasa menggunakan buku konvensional sehingga pengalihan kebiasaan membaca dengan menggunakan e-book masih beelum nyaman. Maka apabila buku versi e-book tidak di buku konvensionalkan maka tidak semua pembaca bisa menikmati buku. Hal ini diperparah dengan tingkat melek teknologi seseorang yang seluruhnya belum terlaksana. Metode belajar masyarakat Indonesia yang sebelumnya masih menggunakan buku konvensional masih menghambat proses pengadopsian e-book. Dalam pengadopsian e-book itu sendiri juga masih mempertimbangkan hal negatif lainnya seperti tidak adanya tulisan cetak, mata pembaca kurang sehat akibat pengaksesan e-book harus selalu menggunakan alat elektronik dan susahnya menulis pada sebuah buku elektronik untuk menandai atau mencatat catatan penting pada sebuah buku(biasanya). Memang dalam perkembangannya e-book sangatlah pesat namun pengadopsian e-book yang mungkin kedepannya akan di soroti adalah bagaimana kelanjutan dari buku konvensional itu sendiri, ataukah benar-benar tergantikan oleh e-book atau tidak, lalu bagaimana dengan para produsen buku cetak yang produknya tersaingi dengan buku digital.
Tidak menutup kemungkinan bahwa sebagian orang masih mempertahankan metode belajar dengan menggunakan buku cetak, merasa nyaman-nyaman saja menggunakannya karena sudah terbiasa. Pada dasarnya setiap orang berbeda dalam setiap aspeknya, maka negara perlu memfasilitasi. Apalagi dalam kegiatan konsumsi buku ini, antara buku elektronik dan buku cetak dalam pengaplikasiaannya berbeda namun sama produkya; buku.

(Alfina DP)