/1/
Eyang Sapardi berhasil membuat hujan
di bulan Juni yang syarat dengan kenangan
Guns and Rose dengan senandung melodi
November Rain-nya yang menggetarkan hati
/2/
Diantara kau dan aku
ada sebuah cuaca
Yang sedang menunggu di langit biru
agar kita tak lekas berduka
/3/
Aku mengunjungimu di altar sunyi
dengan wujud bunga melati
untuk menemuimu yang sedang sakit sepi
Konon, sakitmu parah sekali
Akhirnya aku putuskan untuk menulis puisi
puisi itu akan menjadi obat
ketika cemburumu mulai kumat
dan sesekali mungkin akan menjadi seperti malaikat
yang kau kira sedang memotretmu dengan sambaran kilat
/4/
Catatlah namaku
dengan pena bertintakan rindu
bahwa akulah lelaki pertama
yang akan menyaksikan ubanmu di kepala
Sebelum rinai hujan
Sesudah habis rintik penantian
/5/
Akulah hujan di malam hari
Yang membuat suasanamu menjadi sonya-ruri
Teguklah aku sesuai kadar cintamu kepada semesta
Agar bahagia dan sengsara dirasa sama
/6/
Kaulah hujan di hari itu
tulus menyirami jiwaku yang kemarau
dengan aroma yang menyejukkan
tubuh kurus ku kembali memiliki harapan
/7/
Kitalah hujan
Yang menghibur setiap penyesalan
Milik mereka terkungkung oleh bayangan mantan
Manunggaling tresno lan kenangan
Maka cepatlah ucapkan!
“Allaahumma shoyyiban naafi ’an.”
Sebelum mantanmu semakin tak terlupakan.
Nganjuk,10/11/18
DarahKopi