Jika  anda mendengar kata “Dosen” apa yang ada dibenak anda? Yah. Dosen adalah sosok penting dalam dunia perkuliahan bagi seorang mahasiswa. Bukan hanya sebagai penyampai ilmu, tetapi juga penentu nilai kelulusan. Ribuan mahasiswa pasti memiliki penilaian yang berbeda-beda terhadap sosok dosen yang mengajarnya entah itu asyik atau membosankan. Namun, saya akan menyampaikan beberapa opini saya pada dosen dalam perkuliahan yang saya tempuh.

Yang pertama mungkin saya akan membahas tentang cara mengajar. Cara mengajar seorang dosen atau biasa juga disebut dengan “kompetensi pedagogik”apakah anda tau apa itu?. Kompetensi pedagogik merupakan salah satu kemampuan  atau cara yang menurut undang-undang mengenai guru dan dosen wajib dimiliki oleh seorang pendidik. Kompetensi pedagogik dengan kata lain adalah bagaimana seorang dosen dapat menguasai kelas dan menyampaikan materi dengan baik. Mungkin banyak mahasiswa beranggapan bahwa dosen  baik dan asyik itu dosen yang tua, lebih berpengalaman dan mengerti apa kemauan mahasiswa dibandingkan dengan dosen yang muda, tidak bagi saya. Menurut saya dosen yang baik adalah dosen yang mengerti bagaimana cara mengontrol kelas, memberikan pembelajaran yang baik dan tepat , dan memberikan suasana nyaman bagi mahasiswa. Namun terkadang ada beberapa dosen bagi saya cukup mengecewakan saya dalam matakuliah saya. Salah satunya yang sering saya alami adalah dosen yang jarang masuk, saya tidak akan munafik pada diri saya sendiri memang enak jika dosen tidak hadir dan pada ahkirnya saya kembali ke aktifitas saya yang lainnya, namun bagaimana dengan UKT saya? Saya bayar mahal-mahal dan dosen tidak masuk? Hanya memberikan tugas atau menyuruh para mahasiswa mempresentasikan materi matakuliah. Jika ini terjadi satu sampai tiga kali mungkin saya bisa memaklumi kesibukan dosen di luar dunia  perkuliahan, dan saya sering juga berusaha menghubungi dosen melalui aplikasi WA tapi apa yang saya dapat terkadang hasilnya nihil entah kenapa banyak dosen yang cuek terhadap keluhan-keluhan mahasiswa. Saya pernah mengalami suatu hal yang bagi saya cukup lucu dalam kuliah, bagaimana bisa dosen memberikan  informasi pada teman saya tapi tidak pada saya padahal saya adalah ketua kelas yang sering menghubungi dosen tersebut, apa karna dia perempuan yang lebih butuh perhatian lebih atau bagaimana? Dan yang membuat saya tidak habis pikir, bagaimana dosen tersebut menyimpan nomor teman saya dan teman saya tidak menyimpan nomor dosen tersebut.

Yang kedua adalah tugas, kebanyakan dosen dibenci karena alasan ini. Beban tugas kuliah yang sulit dan banyak yang diberikan kepada mahasiswa dapat membuat dosen tersebut memiliki gelar “dosen killer”. Gelar ini bukan semata-mata diberikan oleh satu orang mahasiswa saja, tetapi sudah disepakati oleh satu angkatan atau bahkan satu jurusan. Namun pada dasarnya, mahasiswa memahami mengapa seorang dosen memberikan tugas kuliah yang banyak. Hal itu tidak lain agar mahasiswa benar-benar belajar dan memahami materi perkuliahan secara mandiri. Namun bagi para mahasiswa, dosen yang memberi banyak tugas adalah dosen yang tidak memiliki hati atau toleransi. Mungkin saya siap mendapatkan banyak tugas jika saya hanya memiliki satu mata kuliah dalam semester saya. Sesungguhnya mahasiswa berharap dosen akan memberi sedikit toleransi setidaknya dengan tidak memberi terlalu banyak tugas kuliah, karena mahasiswa juga masih harus memikirkan tugas-tugas yang lain, dan saya selaku mahasiswa berharap juga pada dosen untuk menggunakan kalimat yang jelas pada kami tidak ambigu atau multitafsir agar kami bisa memahami maksut tugas tersebut.

Dan yang terahir adalah nilai. Nilai adalah faktor terpenting dalam sebuah kelulusan, seberapa kemapuan kita akan tertulis dalam bentuk angka atau huruf. Hal ini sangat sensitif bagi mahasiswa, dan mahasiswa akan melakukan apapun untuk mendapatkan sebuah nilai dari dosen. Namun terkadang nilai pun bisa di gunakan senjata untuk dosen melawan mahasiswa-mahasiswa, entah itu yang bolos atau yang asal-asalan untuk mengikuti mata kuliah, bahkan terkadang nilai di jadikan alat oleh oknum yang tidak bertanggung jawab untuk mendapatkan apa yang dosen inginkan dari mahasiswanya. Dan dari nilai juga seorang dosen bisa di jadikan sebagai dosen favorit di kampus, mudah dalam memberikan nilai atau mudah di ajak kompromi dengan mahasiswa. Tapi dimana ada dosen yang murah hati selalu ada dosen yang pelit, yakni dosen yang sangat perfeksionis. Dosen yang seperti ini sebenarnya tidak bisa disalahkan karna memaksa mahasiswanya untuk mengerjakan tugas sebaik-bainya untuk lulus, dan terkadang juga hal itu yang membuat mahasiswa mengambil mata kuliah yang sama hanya untuk memperbaiki nilainya. Tentu saja, predikatnya menjadi sedikit buruk dimata mahasiswa.

Sekian dari saya, perlu diingat bahwa ini hanyalah sebuah opini yang mengalir dari dalam diri saya mengenai dosen dalam perkuliahan saya, kurang lebihnya mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan. Terimakasih

 

(Faishol Zahwa, SAA)