Lebaran telah tiba. Namun, tak terbayang sebelumnya, jika lebaran kali ini amatlah berbeda. Bagaimana tidak? Semua memakai masker, shalat berjarak, tidak bisa bersalam-salam sebagai penebus dosa, hanya berdiam diri di rumah sambil menunggu berita pusnahnya corona. Memang sangat membosankan, untuk mereka yang mampu dan merasakan. Apalagi untuk mereka kaum atas yang punya banyak uang. Sedangkan di sisi lain, mereka kaum bawah merasakan tak kuasa menahan lapar. Sungguh mengenaskan, ketika melihat berita rintihan demi rintihan kaum kecil, yang membutuhkan pertolongan.
Kali ini, kita tak begitu tau apa yang sebenarnya mereka rasakan. Apakah mereka dapat merasakan suka cita seperti kita? Entahlah. Meskipun sedikit hambar lebaran kita kali, namun kita masih bisa tertawa dan kenyang dengan kue-kue kering, opor ayam dan masakan lebaran lainnya. Sedangkan mereka, untuk makan dan minum beruntung mendapatkan bantuan. Jika tidak, maka apa yang bisa mereka perbuat? Salah satu jalan pintas dalam mendapatkan rizki adalah dengan mengikuti jalan setan. Ya benar, namun itu bukanlah rizki hakiki. Di mana keberkahan telah terenggut dari esensinya dan menimbulkan nista di mata Sang Kuasa.
Perlu diketahui bahwa jalan pintas tersebut ternyata benar-benar terjadi. Telah tersiar di berbagai media, bahwa tingkat kriminalitas menjelang lebaran dan saat lebaran semakin meningkat. Problematika kehidupan rakyat kecil ditengah pandemi memungkinkan bagi mereka yang nekat untuk masuk ke dalam tipu muslihat. Faktor ekonomi dan sosial menjadi penyebab tertingginya.
Faktor ekonomi akibat pandemi sendiri, awalnya memang sangat terlihat bagi mereka kaum atas. Namun, perlu diperhatikan bahwa mereka dengan tingkat keintelektualan yang notabennya tinggi. Memungkinkan mencari solusi terbaik untuk mengahadapi krisis ekonomi usaha mereka. Apalagi ditambah dengan relasi para petinggi lain yang mungkin saja bersedia membantu mereka dengan prospek yang baik sekaligus atas nama persahabatan. Sedangkan untuk masyarkat kecil, tidak ada corona saja susah, apalagi ada. Pemerintah sudah benar memberikan bantuan, hal tersebut tentu memberikan suntikan terhadap keberlangsungan kehidupan mereka. Namun, kita tidak akan tahu sampai kapan bencana ini akan terhenti. Apalagi ketika lebaran telah datang, apa yang mereka lakukan?
Maling emas, maling mobil, maling tas branded dan barang berharga lainnya, merupakan salah satu jalan yang dipilih oleh sebagian orang yang tak punya pilihan. Meskipun begitu, itu bukalah hal yang dibenarkan. Karena agama dan negara pun tak merestuinya. Apalagi ketika tindakan itu di lakukan di bulan suci dan datangnya lebaran. Hal ini seperti tak menghargai adanya kehadiran Ramadhan dan hari yang fitri bagi umat islam.
Berbeda dengan perekonomian yang semakin tercekik. Faktor sosial yang menjadi penyebab peningkatan problematika di tengah pandemi corona semakin meluas. Dengan adanya social dintancing, PSBB serta informasi peningkatan pasien positif corona, ternyata tidak membuat masyarakat sepenuhnya patuh. Perlu diketahui, bahwa layaknya lebaran di tahun-tahun sebelumnya. Masyarakat akan menyambut dengan suka cita dan hal-hal terbaik yang ingin mereka tampilkan, contohnya adalah pakaian. Meskipun telah ada platform belanja online, tidak membuat masyarakat khususnya kaum menengah ke bawah memilih alternatif tersebut. Sebagaian dari mereka menganggap bahwa lebaran harus menggunakan pakaian baru, karena tak ingin kalah saing dengan tetangga sebelah. Hal inilah yang dapat membuat mall di berbagai kawasan dipenuhi dan membuat kecewa MUI, para medis serta masyarakat patuh lainnya.
Dengan adanya hal tersebut, ada saja sebagian orang yang tak mampu, memaksakan kemampuannya demi menutupi rasa gengsi. Ada pula orang yang melakukan kriminalitas di tengah lebaran, akibat dari menumpuknya hutang-hutang yang belum terlunasi. Sedih rasannya melihat semua kenyataan ini. Seharusnya mereka mengerti dan memahami ujian yang ditimpakan kepada mereka dengan jalan yang benar dan berakhir dengan selamat sampai berakhirnya pandemi ini. Namun, mereka memilih jalan yang salah hanya demi kebebasan sesaat di duniawi.
Menelisik berbagai faktor kriminalitas pada saat leberan di tengah pandemi ini. Ada beberapa pesan dan saran yang mungkin dapat sahabat lakukan, khusunya kepada masyarakat kecil. Pertama, sedekah semampunya. Boleh kita mengusahakan dengan usaha semaksimal mungkin untuk membantu. Tetapi jangan sampai kita melewati batas diri kita sendiri. Salah satu contohnya, ada salah seorang perempuan yang dikabarkan rela menjual keperawanannya, dan mendonasikan 100% hasilnya untuk melawan corona. Niat membantu memang benar, namun cara yang digunakan salah. Terlepas dari kebenaran dirinya akan merelakan sungguh-sungguh atau tidak. Hal ini dapat menimbulkan dampak negatif bagi mereka yang melihatnya. Bisa saja ada sebagian orang yang mendukung dan menirunya. Tentu kita tidak menginginkan hal tersebut terjadi pada gadis-gadis tak berdosa lainnya, yang terhipnotis dengan sifat buruk yang berbalut kedermawanan tersebut.
Kedua, ketika kita telah melakukan sedekah semampunya. Jika kita bisa peduli dan memperhatikan sedikit saja tetangga kita yang kurang mampu, maka lakukanlah. Karena dengan peduli terhadap mereka. Mereka akan merasa bahwa ada yang tetap bersama mereka. Jangan membahas dan membawa status sosial. Karena dalam agama dan anjuran negara pun, kita semua bersaudara. Saat-saat inilah yang terbaik untuk menguuatkan ukhuwah wathaniah dan islamiyah terhadap sesama. Sehingga mereka juga bisa merasakan nikmat yang Allah titipkan pada kita. Namun, perlu diingat, hal ini bukan berarti menyalahi aturan social distancing. Berinteraksi dengan mereka dan memperhatikan mereka. Bukan berarti harus dekat secara kontak fisik. Karena perhatian dan kedekatan batin tidak harus dilakukan secara lahiriyah saja.
Terakhir, berikanlah bantuan terhadap mereka yang meminta jika dirimu sanggup memberinya. Usahakan semaksimal mungkin. Karena dengan begitu, kalian mungkin saja menjadi salah satu alasan bagi mereka yang ingin melakukan kriminalitas, namun memilih untuk membatalkannya. Sehingga terciptalah kerukunan, kedamaian dan ketentraman terhadap sesama. Khususnya ditengah lebaran era corona.
Melalui berbagai hal tersebut, diharapkan tingkat kriminalitas saat lebaran bisa berkurang. Sekaligus membantu sedikit materiel terhadap mereka yang membutuhkan. Lakukan kebaikan dan tanamkan keyakinan yang teguh. Bahwa rejeki telah diperhitungkan. Jangan sampai kita melewati batas kemanusiaan dan mengikuti langkah setan. Hanya demi fatamorgana dunia yang melalaikan.
(Riza R)