Reporter: Jihan Sajidah, Luluk Farida, Zamzam Qodri
Editor: Sabitha Ayu Nuryani

Sumber: Doc. Forma.
FORMA (03/11) – Kunawi Basyir dikukuhkan sebagai Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya (UINSA) bersama tiga Guru Besar lainnya di Sport Center and Multripose. Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FUF) ini dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Antropologi Agama pada tanggal 3 November 2021. Acara ini dihadiri oleh Masdar Hilmi selaku Rektor UINSA, Guru Besar UINSA Surabaya, dan tamu undangan lainnya.
Di awal acara, Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia (Kemenaker RI) menyampaikan, “Dengan dikukuhkannya keempat Guru Besar ini, akan semakin meningkatkan kualitas akademik UINSA Surabaya untuk terus berkontribusi dalam usaha membangun dan memajukan bangsa yang kita cintai.”
Masdar Hilmi mengucapkan sukses serta selamat kepada empat orang Guru Besar UINSA Surabaya yang baru saja menyampaikan orasi ilmiah di depan para hadirin yang datang di Sport Center and Multripose.
“Ini bisa menjadi obat yang sangat mujarab dan anugerah bagi keluarga besar UINSA Surabaya yang beberapa saat lalu telah kehilangan beberapa guru besar kita, bahkan ada yang baru kita kukuhkan kemudian meninggal dunia. Oleh karena itu, dengan pengukuhan keempat guru besar ini mudah-mudahan bisa menambah kekuatan, peningkatan, serta kualitas akademik di UINSA Surabaya,” ujar Masdar Hilmi.
Kunawi Basyir yang baru saja dikukuhkan sebagai Guru Besar UINSA Surabaya memegang dua strategi untuk merealisasikan revitalisasi budaya dan tradisi lokal, di antaranya:
- Resosialisasi, yaitu bagaimana menyosialisasikan Islam yang ramah dan ini yang ditekankan, dengan meningkatkan budaya dan tradisi lokal seperti upacara-upacara keagamaan. Hal ini merupakan bentuk resosialisasi, jadi tidak mengandalkan deradikalisasi saja.
- Reedukasi, yaitu dengan membangun kurikulum di tingkat SD, SMP, dan SMA. Kurikulum keagamaan harus diarahkan ke dalam wilayah publik, yakni bagaimana kita hidup dengan orang nonmuslim.
“Saya berharap untuk ke depannya, Perguruan Tinggi Agama bisa menyapa ilmu Humaniora seperti apa yang digambarkan Twins Tower. Twins Tower itu kan integrasi keilmuan. Prodi umum harus menyapa ilmu keislaman. Begitu pula sebaliknya, prodi keagamaan (Islam) harus menyapa ilmu umum sehingga kita tahu makna sebenarnya dari Islam,” imbuh Kunawi Basyir.