Doc. Forma

Forma (29/04)-Setelah mengenalkan mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam (AFI) mengenai kontra narasi pada kuliah umum semester lalu dengan menghadirkan Irfan Abu Bakar, Direktur CSRC UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai narasumber, Program studi AFI kembali hadirkan topik serupa pada kuliah umum semester ini.

Senin lalu (29/04/2019), Prodi AFI UIN Sunan Ampel Surabaya mengadakan kuliah umum dengan mengangkat tema “Membangun Kontra-Ekstrimisme; Reaktualisasi Studi Keislaman Multidisipliner” yang diisi oleh salah satu ulama al-Azhar, guru besar, dokter, sekaligus seorang Mursid Tarekat Yusriyyah Syadziliyah, yaitu Prof. Dr. Yousry al-Sayyid Gabr, SpBTKV., Lc. Seperti tahun lalu, kegiatan ini dilaksanakan di Ruang Meeting Senat Lt. 9 Gedung Twin Towers A UINSA.

Kegiatan ini dibuka oleh Wakil Dekan III Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FUF), Dr. Slamet Muliono Redjosari, M.Si dan Kepala Program Studi AFI, Dr. Mukhammad Zamzami, Lc, M.Fil.I.

Selama jalannya kegiatan, Syeikh Yousry didampingi oleh Antoni, Mahasiswa al-Azhar asal Indonesia sebagai penerjemah. Selain diikuti oleh mahasiswa AFI, kegiatan tahunan prodi ini juga dihadiri oleh beberapa mahasiswa dari prodi dan fakultas lain di UINSA. Dengan hadirnya Syeikh Yousry yang merupakan ulama, dosen yang cukup termasyhur di Mesir dan memiliki pengaruh yang cukup besar serta banyak dikagumi oleh mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang belajar di al-Azhar, membuat para alumni yang rindu akan sosoknya ikut menghadiri kegiatan.

Jika semester lalu Irfan Abu Bakar menawarkan kontra narasi dengan berbagai macam perspektif atau Multidisipliner untuk menghadapi narasi-narasi Ekstrimis yang berupa hate speech –salah satunya- yang saat itu banyak dilatarbelakangi oleh sensi agama dan politik di Indonesia, kali ini Syeikh Yousry dihadirkan sebagai penangguh dari kuliah umum sebelumnya dengan menghadirkan khazanah keislaman, khususnya Tasawuf sebagai penawar atau obat untuk melawan gerakan-gerakan Ekstrimisme di Indonesia.

Menurutnya dalam menghadapi Ekstrimisme dapat disembuhkan melalui pendekatan terhadap wilayah-wilayah spiritual yang humanis dengan menggunakan Tasawuf. Dalam ulasannya, Ulama Besar, Dokter sekaligus Mursid asal Mesir ini mengatakan tentang pentingnya peran tazkiya an-nafs (pembersihan jiwa) sebagai penyeimbang ilmu dalam hidup seorang hamba. Tazkiya an-nafs yang berupa akhlak yang mambarengi ilmu akan menciptakan sikap tawassuth atau moderat. Sehingga seorang hamba terhindar dari sikap takabbur yang menyebabkan fanatisme maupun sikap terlalu pasrah diri atau fatalisme. Hal ini dicontohkannya sepertinya lebih baik seorang hamba yang setelah melakukan maksiat kemudian bertaubat meskipun besoknya melakukan maksiat lagi daripada seorang hamba yang beribadah tanpa henti namun terdapat kesombongan di dalam dirinya yang membuatnya merasa lebih baik dari pada hamba yang lainnya. Hal ini yang biasa kita kenal dengan istilah ekstrem kanan dan ekstrem kiri.

Selain menambah wawasan mahasiswa mengenai kontra narasi Ekstrimisme melalui khazanah keislaman, menurut Zamzami, kegiatan ini juga sebagai usaha Prodi AFI untuk mengenalkan mahasiswa tentang profil ulama-ulama moderat al-Azhar yang konsen di bidang Moderasi Islam. Yang kemudian ke depannya diharapkan narasi-narasi ekstrimis yang berkembang di Indonesia dapat disaring oleh Mahasiswa maupun masyarakat luas menggunakan khazanah-khazanah keislaman yang berkiblat kepada Universitas al-Azhar yang memang selama ini menjadi corong moderasi Islam di dunia. (Ana)

 

Penyunting: Fadlilatul Laili Riza Rahmawati