Belum genap membuka mata, saya melihat gadget keluaran Korea berkedip. Ternyata ada sebuah notice dari kekasih setia selain dirinya, ia selalu menemani kegabutan hingga kejenuhan mengisi hari-hari saat libur kuliah. Dengan segenap tenaga saya membuka gadget tersebut, dan saat itu juga mata saya terbelalak. Hal ini bukan lantaran saya mendapat pesan ‘putus’ dari pacar saya, melainkan saya membaca headline youtube CNN Indonesia tentang “negera muslim berbondong-bondong membuang dolar”. Antara mimpi atau tidak, saya berusaha memastikan karena ini ibarat bom waktu yang siap meledak . Saya mengklik notice tersebut ,dan menyimak pemaparan dari presenter cantik yang memaparkan beberapa data, dan beberapa statement para pemimpin yang telah membuat semacam grup WA untuk menentang monopoli terhadap dunia oleh AS (Amerika Serikat).
Saya dibuat tercengang oleh pemaparan presenter tersebut ( bukan karena senyumnya lo, meskipun bodinya okesip sih) tentang upaya pembebasan keuangan dari dominasi dolar AS. Upaya de-dolarisasi ini terjadi akibat proses ketidakjelasan tatanan ekonomi dunia. Kronologinya Saat itu USA yang mempunya predikat The Oportunis One (yak,ela kali aja Mourinho) membuat sebuah kebijakan lucu, dengan mencetak dolar tanpa jaminan emas pada tahun 18 agustus 1987. Setelah kebijakan itu, dolar seperti mak-mak dijalan raya, ia bisa semena-mena terhadap mata uang lainnya. Dengan diback up sebagai pemenang tinju digelanggang perang dunia ke-dua. AS mempunyai modal nekat tersebut untuk mencekram kekuatan moneter dunia, dengan kebijakan konyolnya.
Memang saat itu Negara-negara yang terdampak perang dunia ke-dua sedang loyo-loyonya akhirnya tidak bisa memberikan sebuah perlawanan, dari segi politik ataupun segi militer. Namun jangan senang engkau wahai Emak-emak USA, karena seperti pepatah roda akan berputar pula, tiba-tiba Negara yang kalah, saat perang dunia ke dua bangkit. Rusia, turki, hingga china bersatu. Dipelopori oleh china sebagai penantang USA, di area gelanggang ranah moneter. Bahkan koboi baru Amerika menyatakan perang dingin keuangan dengan china.
Akhirnya china membuat hal ini, sebagai momentum dirinya untuk membangun koalisi. Target utamanya, bagaimana membangun kekuatan moneter untuk tidak bergantung terhadap dolar. Muncullah ide penggunaan dinar, sebagai pengganti dari dolar tersebut. Lalu apa urgensi dinar dimasa yang sudah tidak lagi menggunakan onta dalam perjalanan?. Eits, tunggu dulu dong dinar yang dimaksud disini adalah dimana uang yang beorientasi dalam nilai jaminan emas. Jadi simplenya bergini, ente nabung di suatu bank, sekaligus dengan jaminan emas. Jadi semisal ente punya uang 2,5 juta, ternyata jika itu dibelikan emas maka ente dapat satu gram, nah 2,5 juta yang ada ditabungan ente itu, gak bakalan terkena inflasi model pak harto. Ia akan tetap utuh seperti itu, karena mempunyai sebuah acuan jelas, berupa patokan emas. Tapi kenapa harus emas?. Ya karena emas termasuk logam mulia, yang sejak lama sudah digunakan sebagai alat jual beli.
Disini penulis yang baru bangun dari tidur, manggut-manggut dan mencoba pengamat keuangan amatir. Ada benernya juga nih, mbak-mbak presenter itu. Coba aja, seluruh Negara besar dan kuat bersatu pasti ia akan merebut tatanan moneter dunia. Meski demikian dalam benak penulis tetap sinis dengan realitas social, tapi Plis ya jangan anggap penulis pengikut madzab nihilisme atau pesimistis. Penulis hanya berspekulasi bahwa strategi cemerlang ini tidak lepas dari kepentingan Negara-negara yang ingin ‘menggantikan’ posisi Amerika Serikat saja. Setelah tatanan moneter dunia mengalami revolusi juga, pasti ada diantara serigala berbulu manusia yang akhirnya menggunakan momentum tersebut, untuk memonopoli keadaaan. Karena menurut teori Politik Macheavelli, jangan sekali-sekali memberikan celah untuk perubahan, karena pasti sama juga yang akan terjadi.
Penulis sih hanya menganalogikan seperti ini. Ok panulis kali ini sedang single (ingetlo single, bukan jomblo) dan esok harinya saya pacaran dengan Pevita Pearce,lalu putus gara-gara tidak membalas pesan whatsaap yang ia kirimkan dalam lima menit. Lalu esok harinya saya menikah dengan madona, tidak lama berselang, setelah rumah tangga harmoni, madona mengandung. dengan rasa sangat bahagia saya melayani madona dalam tempo waktu Sembilan bulan sepuluh hari, Lalu tepat pada hari kelahiran anak saya, ia mengalami keguguran dan wafat. Dari analogi ini saya jelas sama-sama patah hati, bedanya antara hubungan saya dan pevita dengan madona, adalah saya sempat menikmati kebahagiaan Sembilan bulan sepuluh hari, dan setelahnya saya harus dirundung lara seumur hidup. Yang mau saya tanyakan disini, apakah de-dolarisasi hanya sebuah kuda troya yang tak ayalnya hubungan saya dengan madona, atau benar-benar agenda messiah untuk menyelamatkan peradapan?.
- *Akary
Pimred Forma 19