FORMA(16/08)-Hari ini (16/08) Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya telah memasuki hari ke tiga. Sesuai roundown yang tertulis, para mahasiswa baru diarahkan menuju fakultas masing-masing.

Para panitia PBAK Fakultas Ushuludddin dan Filsafat (FUF) hari ini memberikan beberapa materi, salah satunya yaitu pembedahan tema PBAK Fakultas. Tema yang diusung oleh para panitia FUF ialah “Khilafah Nusantara: Pribumisasi Kepemimpinan Islam.” Banyak pertimbangan di kalangan para SC (Steering Committee) dan panitia PBAK 2019. Mereka sudah mempersiapkan tema tersebut selama dua bulan dan penetapan akhir dilakukan dua minggu sebelum PBAK dimulai dengan melakukan sesi diskusi dan kajian secara maksimal.

Panitia FUF ingin meluruskan pemahaman tentang arti Khilafah. Mereka mengartikan Khilafah adalah sistem ketatanegaraan. Dalam hal ini khilafah yang mereka maksud bukan Khilafah ala HT (Hizbut Tahrir).

“Ketika temen-temen itu terpahamkan dengan apa namanya, Khilafah menurut HT (Hisbut Tahrir) takutnya kami, ketika mereka tidak tahu apa yang mereka ikuti akhirnya menimbulkan efek jangka panjang yang bisa menjadi benih-benih radikalisme, terorisme hinga makar (melawan pemerintah). Tapi tujuan kami ini untuk men-counter.” Papar Ali Ramadhan, Manager Materi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat.

Dema FUF, Ghozali juga berharap agar para mahasiswa baru bisa mencerna dengan baik apa yang disuguhkan oleh panitia SC. Karena para panitia SC memunyai target yang harus tersampaikan kepada para mahasiswa baru

Afrinza, salah satu Mahasiswa baru prodi AFI menuturkan bahwa Khilafah tidak cocok untuk diterapkan di Indonesia karena Indonesia tidak memiliki kepribadian Khilafah.

Sedangkan Zurhotul Maryam, Mahasiswa baru Prodi IAT mengatakan “Khilafah tidak bisa dibumikan di Nusantara. Dengan penjelasan yang kakak sebutkan dan sangat rinci sekali. Tapi hanya ada satu yang saya tidak suka. Pas waktu Sayyidina Umar katanya masih lemah, katanya masih tidak sekokoh gitu. Sedangkan Kyai saya menanamkan Ashabikannujum (sahabatku bagaikan bintang). Maka tidak bisa sahabat satu dengan yang lain dibanding dan disamakan. Sedangkan kita ini pengikut para sahabat, para tabi’in. Kalo tentang pendapat kakak-kakak saya setuju dengan segala dasarnya ya terserah. Cuma itunya loh kok dianggap lemah.”

Setiap tema yang diusung oleh FUF seringkali menjadi viral lantaran sedikit berbeda dengan tema yang diusung oleh Fakultas lain. Untuk mengantisipasi munculnya berita-berita yang miring, para panitia sudah mempersiapkan jawaban secara akademisi dan intelektual. Para panitia juga sebelumnya sudah lebih dulu meng-upload sebuah tulisan tentang isi tema di media Kompas Siana. Khususnya para panitia SC yang sebelumnya sudah mendiskusikan tentang tema tersebut bersama para pakar dan Gus Rofiq (Eks Hizbut Tahrir Indonesia) agar tidak terjadi kesalahpahaman. (Izza/Aisyah)