Reporter: Amrina Rosyada

Editor: Moh. Faiqul Waffa

Forma (04/03) Dekanat Fakultas Ushuluddin dan Filsafat pastikan bahwa mahasiswa tidak terdampak efisiensi tahap pertama, namun jika kebijakan ini terus berlanjut Organisasi Mahasiswa (Ormawa) dan Uang Kuliah Tunggal (UKT) terancam akan terdampak.  Hal ini disampaikan oleh Abdul Khadir Riyadi saat diwawancarai pada (24/02) 2025, ia menegaskan bahwa pemangkasan ini hanya dialokasikan untuk operasional fakultas dan tidak akan memengaruhi layanan akademik maupun aktivitas kemahasiswaan dalam waktu dekat.

Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Abdul Khadir Riyadi, menegaskan bahwa pemotongan ini dilakukan dalam tiga tahap dan saat ini masih berada pada tahap pertama.

“Saat ini kami masih bisa memastikan bahwa pemangkasan ini tidak berdampak langsung pada mahasiswa, baik dalam kegiatan organisasi mahasiswa (ormawa) maupun kenaikan UKT. Namun, jika kebijakan ini terus berlanjut, ada kemungkinan pemotongan juga akan menyentuh anggaran kegiatan mahasiswa,” jelasnya.

Dua hal yang menjadi perhatian mahasiswa, yakni Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP), dipastikan tetap aman. UKT tidak mengalami kenaikan, dan beasiswa KIP masih dapat diakses oleh mahasiswa seperti biasa.

Menurut Ade Taufikurrachman, ketua Bidang Tata Usaha dan Administrasi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, mahasiswa tidak perlu khawatir dengan kebijakan ini. “Mahasiswa tidak terkena dampak langsung. UKT tidak akan naik, dan beasiswa seperti KIP tetap diberikan. Namun untuk beasiswa lain, itu tergantung pada pemberi beasiswanya masing-masing,” jelas Ade.

Kepastian ini tentu menjadi kabar baik bagi mahasiswa, terutama yang mengandalkan beasiswa untuk membiayai kuliah. Namun, ada sejumlah perubahan yang harus dihadapi oleh fakultas. Karena sebelumnya diminta oleh Direktorat Jenderal Anggaran untuk memotong anggaran sebesar Rp487 juta dari total Rp1,3 miliar yang sudah dialokasikan. Pemotongan ini dilakukan dalam tiga tahap, dan saat ini masih berada pada tahap pertama.

Salah satu dampak langsung dari pemotongan ini adalah pembatalan satu dari dua seminar nasional yang sebelumnya direncanakan. “Jadi fakultas kita punya dua agenda seminar nasional, dan satu terpaksa harus ditiadakan karena keterbatasan dana. Tapi untuk satunya, tetap akan dilaksanakan karena dana yang digunakan adalah dana kemitraan.”  Jelasnya.   

Selain itu, efisiensi anggaran juga memengaruhi operasional kampus. Seperti di gedung Twin Tower, satu lift terpaksa dimatikan untuk menghemat biaya operasional. Kebijakan ini berlaku untuk semua fakultas yang memiliki lift. Selain itu, mulai pukul 16.30 WIB, seluruh AC di ruangan harus dipadamkan.

Tidak hanya program akademik dan operasional kampus yang terdampak, tunjangan dosen dan tenaga kependidikan juga dipotong. Namun, Dekan FUF menegaskan bahwa pemotongan ini hanya menyasar tunjangan berbasis kinerja (Remon), bukan gaji pokok.

“Jadi remon itu adalah dana yang diberikan berdasarkan penilaian kinerja dosen. Misalkan jika kinerjanya baik mendapat Rp5 juta, jika tidak mungkin hanya Rp2 juta. Tunjangan inilah yang ditiadakan, bukan gaji pokoknya,” tegasnya.

Meski berbagai aspek akademik dan operasional kampus terpangkas, pihak fakultas menegaskan bahwa komitmen terhadap mahasiswa tetap menjadi prioritas utama.