doc.forma

 

Forma- 09,November 2018, salah satu crew Forma mewawancarai  mengenai  kejujuran para pembeli di kantin tanpa dilayani dalam jual  beli atau bisa dikatakan belajar kejujuran ,adanya kantin kejujuran untuk bakti   sosial ,salah satu manfaatnya ketika ada terkena  musibah atau ada yang yang sakit, tidak ada anggaran khusus,ketika ada dosen yang meninggal dari situ anggaran keluar atau sebagai persedian ,dibentukkan dana sosial dan dana tali asi tujuannya ketika itu dana sosial berasal dari dosen atau  tenaga pendidikan yang mana itu suka rela ,jadi dibuatkan  untuk form  yang mana kesedian untuk dana sosal dan dana tali asi ,ketika itu nominalnya 10.000 ribu untuk potong gaji dan dipotong perbulan,dan dana itu dibagi dua yang pertama dana sosial dan dana tali asi .

”Dengan cara seperti  itu saya setuju selain juga  belajar arti dari kejujuran ,dan juga  tidak mempersulit pembeli agar tidak antri dalam membara dan tidak antri” Ujar salah satu mahasiswa semester satu.

Yang  pertama dana sosial, diberikan  kepada  yang  jadi anggota tadi , dan kalau sakit ataupun meninggal diberikan kesediaan  sekitar 250,000 ribu ,kemudian dengan dana tali asi  biasanya diberikan berupa barang misalnya  ketika lebaran ,dan juga seperti mana dibelikan sepray. Jadi, anggota saja yang dapat ,dan tahun ketiga ini berjalan sampai saat ini  ,jadi berasal dari keprihatinan dari dosen , “Saya usulkan kepemimpinan  itu  dan tidak boleh penarikan dari mahasisiwanya Cuma hanya UKT” Ujar Yazid.

Adanya kulkas disekitar kantin karena susahnya mencari toko untuk membeli minum,ketika ada tamu agar tidak sulit mencari minuman dan juga ketika setelah ujian skripsi biasanya kesusahan dalam mencari minum  seketika itu.Dan awalnya modal itu diberi pinjamkan oleh salah satu dosen yaitu bu Ilmiah dengan modal pertama 3.500,000  ribu ,harga kulkas itu 2.800,000 ribu dan sisanya itu buat jajan lainnya, sedangkan yang jajan-jajan itu masih baru .Dan memberi  kemudahan kepada mahasiswa untuk menampung yang punya kreativitas wirausaha   misalnya  menjual pentol atau tahu bulat dan lain-lainnya.Tapi tetap ,namanya  juga berbisnis dan  disisihkan juga  untuk bayar seadaanya.

“ Uang  itu tidak perlu  dijaga,  dulu kaleng itu sempat  ditaruk di pak kholiq (tata usaha) cuman  saya ngerasa gak enak dengan bagian yang  lain, soalnya riwa-riwi.  Jadi, ketika itu akhirnya musyawarah kembali  dengan bu Ilmiah, terkait dengan keamanan kaleng uang itu dan terbentuknya  tim jujur dan disitu ada harga sendiri-sendiri . Ternyata disitu  terispirasi dlu ketika di Malaysia dan  juga sempat  khawatir dengan dibiarkan celeng itu dan para pemberi  banyar sendiri dan mengabil barang sendiri ,jangan-jangan  mahasisiwa tidak bayar atau melakukan kecurangan ,tapi  tetap sama bu yah dikontrol untuk mengetahui kejujuran para    pembeli ,dan bu yah menghitung uangnya  kalau uangnya besar  dan  sudah banyak  maka dengan tegannya  bu yah segera ambil  dan disetor ke pak Kholiq,  jadi kita hanya menyisishkan uang yang receh-receh saja.” Ujar Yazid

“Kalau  untung  tidaknya,bisa dikatakan untung  ,walaupun harga lebih murah tapi memang harga sudah naik,belanja pun bertambah. Memang  saya inginnya  seperti kantin milik FEBI (Fakultas Ekonomi  dan Bisnis Islam) disitu mahasiswa yang bertanggung jawab ,jadi kita  ingin mereka praktek  jualan,stok itu seharuskan didatangkan kapan dan lain –lainnya . Cuman, karena kita fasilitas kurang  jangankan itu, kelas saja masih kurang  tapi semoga kedepannya bisa lah untuk mewujudkan itu” Tambahnya

 

(Rafi, Lana, Huda)