Penulis: Farah Salma Nuraida

Editor: Habib Muzaki

 

Anda pikir kenapa saya mau ribet-ribet ikut organisasi sana-sini, kerja rodi dari pagi sampai malam hari tanpa gaji? Ya salah satunya untuk melupakan anda lah!

***

Melupakan seseorang yang kita cintai merupakan salah satu proses tersulit dalam hidup. Bahkan usaha tersebut kadang harus lebih ekstra keras daripada sebuah usaha untuk masuk PTN (Perguruan Tinggi Negeri). Bagaimana tidak? Ketika seseorang berusaha masuk PTN, ia hanya butuh belajar dan mengingat materi yang penting tanpa menyakiti hati. Sedangkan melupakan seseorang? Kenangan manis yang sekarang terasa menyakitkan akan selalu hinggap di pikiran.

Setiap orang selalu melakukan apapun caranya agar ia terlepas dari bayang masa lalu. Termasuk menyibukkan diri sendiri. Bagi seorang mahasiswa yang biasa saja tanpa ada rasa berambisi, apabila tidak disambi berorganisasi, mungkin akan lebih sering menghabiskan waktunya dengan scroll sosmed, hingga akhirnya bertemu sebuah konten galau yang cukup related dengan kisah hidupnya. Selamat nak, kegalauanmu akan semakin bertambah!

Tapi tenang saja, saya mempunyai sebuah solusi untuk mengatasi kegalauan tak berujung kalian sebagai seorang mahasiswa yang tidak memiliki jiwa ambis dan tidak memiliki pekerjaan sampingan di sela-sela perkuliahan.

Ya, saya akan memperkenalkan kalian dengan organisasi. Apalagi organisasi internal kampus seperti BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa), HIMA (Himpunan Mahasiswa), UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa), dll. Selain membuat kalian berhasil dalam hal melupakan seseorang, kalian akan mendapatkan banyak nilai plusnya.

Mari kita kupas tentang nilai-nilai plus menjadi mahasiswa aktivis selain berhasil move on.

Banyak relasi. Apabila kalian bosan ketika hanya melihat manusia sejurusan kalian saja, maka di suatu organisasi kalian akan menemukan banyak sekali macam manusia dengan tingkah yang tak akan kalian duga sebelumnya.

Bahkan kalian juga memiliki banyak relasi ke dosen-dosen atau para petinggi di kampus lainnya. Karena apa? Ya, tentu saja kalian akan sering berurusan dengan orang-orang penting seperti mereka.

Lebih Menghargai Waktu. Jika sebelumnya kalian sering menunda-nunda untuk mengerjakan tugas kuliah karena merasa banyak waktu yang luang, maka ketika masuk organisasi kalian tidak akan memiliki alasan untuk menundanya.

Akan banyak jobdesk dari organisasi yang menjadi tanggung jawab sehingga membuat kalian merasa “jangan menyia-nyiakan waktu luang karena pekerjaan sangatlah banyak”.

Mengasah softskill. Mungkin cukup banyak diantara kalian yang masih bingung dengan bakat yang dimiliki diri sendiri. Ya, daripada kalian overthinking yang tidak penting dan membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain. Lebih baik kalian mengasah kemampuan karena keterpaksaan.

Kenapa saya katakana dengan keterpaksaan? Ya karena kalian akan dituntut untuk bisa. Contoh umum sajalah yaitu mengasah kemampuan public speaking yang ternyata sangat penting. Apalagi di kalangan mahasiswa skill tersebut sangat diperlukan.

Lalu yang awalnya demam panggung atau grogi saat berbicara di depan umum, malah kalian dipaksa menjadi Master of Ceremony (MC), moderator, sampai dituntut untuk sambutan, dll. Jadi, ya mau tak mau kalian harus bisa karena keterpaksaan. Toh, hal tersebut juga tidak akan merugikan.

Yang saya sebutkan diatas adalah keuntungan-keuntungan cukup meyakinkan. Adapun keuntungan yang remeh dan sedikit sepele. Yaitu untuk menambah koleksi sertifikat dan mengisi CV (Curriculum Vitae). Nantinya kedua hal tersebut akan menjadi sebuah dokumen yang sangat penting di dunia kerja.

Lalu apa kerugian yang akan didapatkan?

Kurang lebih kalian akan menjadi manusia yang super sibuk. Selain banyaknya tugas kuliah yang sangat menumpuk, akan ada tugas-tugas organisasi menunggu. Ibaratnya ya, seperti kerja rodi karena tidak digaji. Tapi kalian tenang saja, saya rasa kesibukan-kesibukan tersebut tidak berjalan setiap hari kok.

Tidak usah khawatir kalian akan kudet sebab tidak scroll sosmed. Saya yakin kalian masih memiliki rasa malas 6/10 yang digunakan untuk menggalau, rebahan, bergosip, jalan-jalan, nongki-nongki hepi, dan menjadi viewers di sosial media. Ya, karena kesibukan organisasi hanya ada di waktu-waktu tertentu ketika ada sebuah event atau acara penting lainnya.

Apakah usaha melupakan seseorang akan berhasil? Saya tidak menjamin 100%. Namun setidaknya waktu mengingat kenangan pahit hanya tersisa 3/10.

Jadi bagaimana? Apakah cara ini bisa dipertimbangkan oleh para kaum mahasiswa pejuang  move on? Belum lagi jika kalian termasuk dalam golongan manusia-manusia produktif. Saya yakin sekali cara ini akan sangat berhasil. Sebab kalian tidak akan memberikan celah untuk menganggur yang akhirnya berakhir menggalau.

Sekian dari saya, tips cara melupakan seseorang dengan gaya, tidak merugikan diri sendiri walaupun ada unsur kerja rodi, dan menjadi manusia yang lebih produktif. Semoga membantu.