“Ya Allah pit, sebegitu menyita waktu dan menguras uangmu ya. Okelah, skip skip.” Begitulah kira-kira isi pesan WA dari sahabat karibku itu. Melankolis si perasa mungkin akan memasukkan ke hati (baca: baper) tapi, aku lebih memilih ngeread. Dari sini aku mengambil garis besar sementara bahwa lingkungan hedonism harus bisa aku kendalikan, setidaknya untuk diriku dulu. Perubahan sebesar apapun harus ada yang memulai bukan.
Mulai dari;
Mengurangi barang-barang branded nan elite
Lumrah sebagai wanita menyukai alat make up, bahkan ada qila yang mewajibkan. Make up juga merupakan barang branded. Satu kali dalam 3 bulan saja ada yang sampai menghabiskan kurang lebih 2 juta. Lalu bagaimana dengan baju trend masa kini, tas, sepatu atau yang lainnya. Menyayangkan sekali jika barang yang mengendalikan kita, kita yang menjaga, merawat, membersihkan dengan skala waktu khusus. Seharusnya baran gitu yang membantu meringankan karena itu fungsinya.
Pernah aku mendatangi forum kecil, disana sudah ada seorang wanita ekstrovert tengah memulai presentasi. Judul buku yang dipilihnya yaitu Seni Hidup Minimalis. Dia menjelaskan dengan kemantapan yang luar biasa. Tentang keinginan dia dan harapan-harapannya untuk bumi tercinta ini. Salah satunya, kesadaran kita terkait orang-orang menengah ke bawah yang bahkan kesulitan untuk sekolah. Jangankan sekolah, untuk makan mereka harus membantu orang tuanya memutar otak dan membanting tulang. Seperti inikah keseimbangan sosial di negeri tercinta Indonesia. Baiklah.
Memanfaatkan warung terdekat
Pilihan ini opsional. Mall digemari karena tempat yang bergengsi dan bisa mengambil sendiri. Minimarket perusahaan asing lebih dianggap berkelas dan “Wah”. Tak jarang gengsi ke warung kecil padahal lebih murah. Di sisi lain juga bisa membantu pedagang kecil. Menyetarakan mobilitas ekonomi Negara. Makanan instan sudah tersedia lebih dari ribuan jenis dari berbagai pabrik. Jika bermain dengan kecerdasan orang-orang dulu, kita masih dibawah rata-rata mereka. Pengaruh zat adiktif pada makanan instan menggerus otak dan mengalami degradasi kesehatan serta moral.
Hal ini berimbas juga pada lingkungan, sebab bahan yang digunakan akan lama terurai dan dapat mencemari laut. Akibatnya udara tidak lagi sehat, air bersih malah harus dibeli. Nasib anak cucu kelak, kita tidak bisa menjaminnya toh.
Bermodal pengalaman dan perasaan, pengalaman menjadi salah satu orang yang berkecukupan. Cukup makan sudah Alhamdulillah, kalo pun tidak bisa makanya, puasa dulu atau ngutang dulu. Efektifnya ngisi perut sih gitu. Tidak ada yang akan dipojokkan dari tulisan ini. Kesadaran masing-masing pribadi. Bisa jadi orang-orang hedon berangkat dari orang yang dulunya susah. Nah, sekarang ingin menikmati perjuangannya itu bukan urusan saya. Pandai-pandai berpeka social dan rukun damai dengan mengingatkan. Seperti doa selesai belajar sewaktu SD dulu; surah al-Ashr. “Tuhan maha asyik” kata Rocky Gerung. (Fitri)