Oleh: Riza Kookie*)

Sumber: Google
World Mental Health Day atau Hari Kesehatan Mental Sedunia diperingati pada hari ini, 10 Oktober 2019. Tak jauh dari peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia, beberapa hari lalu kita telah dikejutkan oleh film Joker yang sukses membuat mental illness kembali diperbincangkan. Film ini bisa dikatakan sukses melatuk hati para penyintas kesehatan mental di seluruh dunia. Buktinya, kita akan sangat dengan mudah menemukan meme atau quotes yang berkaitan dengan Joker bertebaran di media sosial.
Tapi jangan salah, tulisan ini tidak bermaksud untuk me-review film tersebut. Namun dengan banyaknya meme atau quotes yang mengatakan bahwa ada beberapa orang yang “Geli dengan orang yang ‘sok’ mengalami sakit mental“, saya akhirnya tergelitik untuk membuat tulisan ini.
Seperti yang kita tahu (atau saya saja yang tahu) bahwa, kesehatan mental adalah masalah serius yang benar-benar menimpa beberapa orang. Namun sayangnya banyak yang abai pada masalah tersebut.
Contohnya, ketika para penyintas merasa terwakili dengan karakter Joker dan akhirnya berani speak up di media sosial, beberapa orang justru menanggapi para penyintas dengan tanggapan “Alah..sok-sokan sakit mental lu” atau yang lebih parah “Gak usah pura-pura punya mental illness buat dapet perhatian.” Sungguh, saya hanya mampu menggeleng-gelengkan kepala membaca komen tersebut di salah satu postingan instagram. Come on mental illness is a serious problem, Dude!
Oke saya paham bahwa mereka yang bermental kuat, pasti akan dengan mudah menjustifikasi orang-orang yang memiliki mental “tidak cukup kuat”. Berangkat dari pengalaman saya, dulu pun saya begitu. Dulu, ketika zaman jahiliyah masih menyerbu otak saya.
Saya merasa bahwa orang-orang yang depresi ketika mendapat masalah sepele adalah orang-orang yang alay atau lebay. Sampai pada akhirnya saya berteman dengan seorang penyintas kesehatan mental.
Pernah suatu ketika dia mengirim inbox pada saya bahwa dia sudah tidak sanggup hidup karena selalu salah di mata orang tua. Saya yang mengerti keadaannya yang nyatanya tidak separah itu pun merasa geli dengan dia. Wong saya juga sering dimarahin orang tua tapi biasa-biasa aja kok, la dia kok bisa-bisanya berniat bunuh diri?
Saya yang merasa geli dan bingung akhirnya memilih untuk tak menanggapi inbox darinya. Sampai keesokan harinya saya mendapat kabar dari kakaknya bahwa semalam ia telah nekat meminum obat nyamuk. Untung saja dia bisa diselamatkan.
Dari situ saya berpikir bahwa mental illness benar-benar ada dan ternyata efeknya luar biasa bahaya sampai mampu membuat seseorang berpikir untuk menghilang. Saya seperti merasa ditendang oleh Tuhan saat itu. Mental illness memang bukan seberapa sepele masalahnya, namun seberapa besar efeknya. Saya benar-benar dihantui rasa bersalah karena membiarkannya. Untung dia selamat, jika tidak? Betapa berdosanya saya membiarkan seseorang meninggal. Betapa bodohnya saya tidak memikirkan tentang kemanusiaan. Ah.. Saya benar-benar merasa menjadi orang paling jahat ketika itu.
Sebenarnya setelah belajar dari teman-teman di jurusan Psikologi, saya mulai lebih terbuka bahwa kesehatan mental ini sama seperti penyakit fisik pada umumnya yang harus segera ditangani jika tak ingin bertambah parah.
Kesehatan mental juga disebabkan faktor bawaan dan keadaan seperti penyakit fisik. Saya sendiri contohnya, saya sejak umur 4 tahun sudah sering sakit lambung bahkan sampai sekarang pun ketika sudah berumur 20 tahun. Tak dapat dipungkiri, saya terlahir dengan lambung yang sangat rentan. Begitu pula dengan orang-orang yang terlahir dengan mental yang tidak cukup kuat. Pantaskah kita menyalahkan mereka dan menilainya lebay?
Oleh karenanya, stop jika kamu masih menganggap penyintas kesehatan mental hanya cari perhatian atau cuma ikut-ikutan. Butuh keberanian besar bagi mereka untuk berani berkata bahwa “Saya tidak baik-baik saja”. Namun sayangnya kamu dengan teganya mematahkan harapan mereka dengan mengatakan sok dan cari perhatian
Pikir lagi, Dude. Kamu manusia atau bukan?
Selamat hari kesehatan mental sedunia
*(Mahasiswa Program Studi Studi Agama-agama