Reporter: Azza Afifatul Muna dan Dwi Rachma Aulia
Editor: Adi swandana E.P.
FORMA (25/06) – Gerakan Gusdurian (Gerdu) Suroboyo telah berhasil menyelenggarakan Kelas Pemikiran Gus Dur (KPG) volume keempat pada hari Sabtu (24/06) dengan tema “Gerakan Jaringan Gusdurian”. Acara tersebut bertempat di Aula Pancasila Fakultas Hukum Kampus B Universitas Airlangga (UNAIR) sekaligus menjadi penutup dari event Gerdu Suroboyo dalam rangka mengumpulkan massa dari kampus ke kampus untuk membentengi isu-isu intoleransi.
Koordinator Gerdu Suroboyo, Siti Sumriyah menjelaskan bahwa acara KPG merupakan agenda tahunan yang pada awalnya diadakan selama satu sampai dua hari penuh. Namun, Sumriyah juga menuturkan bahwa animo masyarakat Surabaya yang mayoritas dari kalangan pekerja menjadi faktor dari pelaksanaan KPG tahun ini berkonsep per kampus dan berseri. Alhasil, pihak Gerdu Suroboyo memilih mahasiswa sebagai sasarannya, sehingga konsep pelaksanaannya pun ditujukan ke beberapa kampus di Surabaya. Hal tersebut juga dilandaskan pada tujuan Gerdu Suroboyo yang ingin membentuk mahasiswa sebagai agent of change sekaligus agent of tolerant di masa depan.
“Kami sedang mengumpulkan banyak massa untuk membentengi banyak intoleransi di Surabaya, khususnya pas tahun 2024,” ujar Sumriyah.
Sumriyah juga menjelaskan jika diadakanya KPG ini bermaksud untuk mencari dan merekrut massa yang kemudian bersama-sama menjadi penggerak perdamaian dan toleransi di Surabaya. Selaras dengan hal di atas, ia turut menyebutkan survei data yang menyatakan bahwa Surabaya termasuk ke dalam urutan ke-68 dari 98 daerah yang terdaftar sebagai kota toleransi di Indonesia.
“Menurutku pribadi, angka itu termasuk intoleransi, jadi masuk di kota yang intoleran,” tambahnya.
Selain itu, Sumriyah sendiri juga mengatakan bahwa satu lagi tujuan dari diadakannya KPG di tiap-tiap kampus adalah untuk kaderisasi Gerdu Suroboyo.
“Jadi, kami punya Gerdu Kampus nantinya,” tandas Sumriyah.
Syamsul Arifin, salah satu peserta aktif KPG dari volume satu sampai empat menyampaikan, bahwa acara KPG ini sudah luar biasa. Menurutnya, teman-teman mahasiswa seharusnya tidak perlu menunggu adanya KPG lagi untuk dapat membuat diskusi lanjutan atau mencari tahu secara mandiri tentang pemikiran Gus Dur beserta nilai-nilai perjuangannya. Ia juga memberikan sarannya terhadap acara KPG yang kiranya perlu untuk dievaluasi kembali, khususnya mahasiswa yang masih belum tertib terhadap waktu.
“Ini mungkin yang paling penting adalah kendala soal waktu, yaitu yang teman-teman peserta sendiri sebenarnya,” tutur Syamsul.