Penulis: Moh. Faiqul Waffa
Editor: Adi Swandana E. P.
Pengertian kepemimpinan perlu dipahami setiap orang, karena semua orang memiliki kesempatan menjadi seorang pemimpin. Kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang maupun suatu pihak untuk mempengaruhi, memotivasi, dan juga mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi (Juhji, 2020).
Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk membuat keputusan yang tepat, memecahkan masalah, serta mengkomunikasikan ide-ide dengan jelas dan persuasif. Dari makna bahasa tersebut, bisa juga diartikan bahwa kepemimpinan adalah keadaan seseorang yang memimpin orang lain dengan cara memberikan petunjuk, bimbingan atau perintah agar orang tersebut dapat atau mampu mengerjakan sesuatu yang menjadi cita-cita bersama (Zuhdi, 2014).
Dalam konteks ini, filsafat merupakan suatu formula yang begitu penting dalam suatu kepemimpinan. Karena, dengan belajar berpikir secara logis, kritis, sistematis, dan juga komunikatif, maka seseorang dapat menjadi pemimpin yang ideal dan memiliki integritas yang tinggi (Duryat, 2021). Hal demikian kiranya sangat dibutuhkan dalam berbagai bidang di Indonesia terutama pada era saat ini.
Seperti yang kita ketahui, filsafat bukan hanya sekadar suatu mata pelajaran, namun juga sebuah aktivitas untuk memikirkan pertanyaan-pertanyaan besar dalam kehidupan manusia dan mencoba menjawabnya secara rasional, kritis, dan sistematis (Taufik, 2018). Filsafat dapat dipelajari melalui berbagai cara dan sumber, baik secara formal maupun informal, dan lain-lain.
Selain itu, filsafat juga dapat membantu seseorang dalam mengembangkan identitasnya sebagai pemimpin, serta memahami kualitas dan juga nilai-nilai yang sangat penting untuk kepemimpinan yang efektif, seperti kejujuran, integritas, dan juga keadilan. Dalam filsafat, terdapat banyak konsep yang dapat kita implementasikan dalam kepemimpinan, seperti konsep kebijakan, konsep keadilan, serta konsep moralitas.
Adapun berikut adalah beberapa alasan mengapa filsafat menjadi komponen penting dalam kepemimpinan, yaitu; Pertama, memahami nilai-nilai penting dalam kepemimpinan. Kedua, menemukan jati diri seorang pemimpin. Ketiga, membantu mengembangkan karakter kepemimpinan yang kuat. Keempat, mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Kelima, membantu memperluas perspektif sebagai seorang pemimpin. Keenam, membantu memotivasi dan menginspirasi orang lain.
Salah satu contoh kisah nabi yang terkait dengan filsafat dan kepemimpinan adalah kisah Nabi Sulaiman. Dirinya merupakan sosok seorang nabi yang memiliki sekian banyak kelebihan dalam berbagai bidang dan juga memiliki kebijaksanaan yang luar biasa (Makruf, 2022).
Beliau dapat memimpin kerajaannya dengan baik dan mengambil keputusan yang tepat dalam berbagai situasi. Hal tersebut dapat dicapai karena kritisnya pikiran dan juga multi kecerdasan yang beliau miliki. Kisah Nabi Sulaiman ini menunjukkan betapa pentingnya memahami konsep kepemimpinan dari berbagai macam perspektif termasuk filsafat, agar seorang pemimpin memiliki kebijaksanaan dalam kepemimpinannya.
Nabi sulaiman merupakan nabi yang oleh Allah diberi lima keutamaan sekaligus (Shofwan, 2021) yaitu, Nubuwah (kenabian), Al-mulk (kerajaan, kekuasaan), kekayaan yang melimpah ruah, multi kecerdasan dan juga keilmuan, serta Al-hikmah (kebijaksanaan). Meski memiliki keutamaan dan kelebihan yang sudah disebutkan tadi, tidak membuat beliau sombong dan arogan, namun beliau tetap rendah hati, senantiasa adil dan bijaksana, dan juga bersyukur kepada Allah SWT.
Dalam hal kepemimpinan, sangat penting bagi seorang pemimpin untuk memahami posisi, peran, dan tanggung jawabnya. Karena, seorang pemimpin dituntut harus mampu memimpin dengan bijaksana dan memperhatikan kepentingan seluruh pihak yang terlibat. Selain itu, seorang pemimpin yang baik juga harus mempunyai kemampuan untuk memberikan motivasi serta menginspirasi orang lain guna tercapainya tujuan bersama (Hasibuan, 2018).
Melalui pemahaman terhadap peran dan tanggung jawab, serta memiliki kemampuan untuk memotivasi dan menginspirasi orang lain, seorang pemimpin dapat menjadi pemimpin yang efektif dan sukses dalam menjalankan tugasnya. Hal tersebut disebabkan karena kritisnya sebuah pemikiran yang pada akhirnya akan memberikan dampak positif bagi seorang pemimpin tersebut. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita memahami filsafat, yaitu agar kita dapat berpikir secara logis, kritis, sistematis, dan juga komunikatif (Faiz, 2021).
Dari pemaparan di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa dalam konteks ini betapa pentingnya mempelajari serta memahami konsep-konsep filsafat. Karena, dengan memahami hal tersebut, kita dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, memahami nilai-nilai dalam kepemimpinan, serta menemukan jati diri sebagai pemimpin yang berintegritas tinggi, sebagaimana Nabi Sulaiman yang telah dijelaskan di atas tersebut.
Daftar Pustaka
Duryat, Masduki. Kepemimpinan Pendidikan: Meneguhkan Legitimasi Dalam Berkontestasi Di Bidang Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2021.
Faiz, Aiman dan Purwati. “Peran Filsafat Progresivisme Dalam Mengembangkan Kemampuan Calon Pendidik Di Abad-21”. Jurnal Education And Development,Vol. 9, No. 1 (2021).
Hasibuan, Siti Maisarah dan Syaiful Bahri. “Pengaruh Kepemimpinan, Lingkungan Kerja Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja”. Maneggio: Jurnal Ilmiah Magister Manajemen, Vol. 1, No. 1 (2018).
Juhji, dkk. “Pengertian, Ruang Lingkup Manajemen, Dan Kepemimpinan Pendidikan Islam”. Jurnal Literasi Pendidikan Nusantara, Vol. 1, No. 2 (2020).
Makruf, Syahdara Anisa. “Pendidikan Islam Berbasis Profetik Dalam Kisah Nabi Sulaiman”. Hikmah: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 11, No. 1 (2022).
Shofwan, Arif Muzayin. (2021). “Fadilah Kidung Rumeksa Ing Wengi Dalam Tinjauan Hizib Wali Tarekat Nusantara”. Panangkaran: Jurnal Penelitian Agama Dan Masyarakat, Vol. 5, No. 2 (2021).
Taufik, Muhammad. “Ibrahim Mencari Tuhan (Berpikir Kritis Sebagai Karakter Rational Beings)”. Discussion Paper. Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2018.
Zuhdi, Muhammad Harfin. (2014). “Konsep Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam | Akademika : Jurnal Pemikiran Islam”. Akademika : Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 19, No. 1 (2014).