Oleh: Aal

Google.com

Tak bisa dihindari lagi dan mau tidak mau kita sudah masuk ke dunia digital yang penuh akan persaingan serta kemajuan. Mungkin tak heran jika pada saat ini banyak warung kopi (Warkop) yang sebelumnya hanya menyediakan makanan dan minuman sekarang bertambah dalam fasilitas, yaitu Wifi. Rasanya ganjil dan tidak nyaman apabila di setiap tempat nongkrong atau Warkop tidak memiliki fasilitas tersebut. Bahkan, tempat yang seperti itu bisa jadi tidak laku lagi di mata pemuda, yang notabenenya pencari Wifi.
Melihat fenomena tersebut, banyak hal yang harus dipertanyakan. Yakni, untuk apa mereka berada di tempat nongkrong yang memiliki Wifi?. Apakah mereka mengerjakan sesuatu yang menguntungkan?. Ataukah hanya sekadar duduk manis dengan penuh santai dan ditemani segelas minuman dingin juga handphone (Hp) di tangannya?. Kemungkinan jawaban yang muncul yakni Pertama, golongan yang menghindari kejenuhan. Karena, di setiap perkataan yang muncul ketika para pemuda jenuh ataupun mobal pasti akan berujung ke tempat tersebut. Kedua, golongan yang ingin melaksanakan kewajibannya sebagai penerus bangsa seperti belajar, mengerjakan tugas, diskusi, dan sebagainya. Ketiga, golongan yang sudah selesai mengerjakan kewajibannya lalu melanjutkan bersantai ria di Warkop.

Berdasarkan golongan pertama, apakah di pikiran mereka alat digital (laptop/ Hp yang didukung dengan fasilitas Wifi) hanyalah sebuah alat untuk bisa menghilangkan jenuh akibat bosan?. Sehingga, hal ini mengacu pada keseharian mereka yang setelah pulang ke rumah langsung pergi ke tempat seperti itu. Bahkan ada yang belum sampai di rumah, tetapi mereka sudah langsung ke tempat itu. Dengan kebiasaan itu, waktu mereka akan habis dan mereka juga tidak akan mendapatkan apa-apa. Mungkin yang didapatkan hanya sebuah kesenangan sementara kemudian hilang kembali.

Sedangkan pada golongan yang kedua, kegiatan yang bermanfaat dan menguntungkan. Mereka yang berada di golongan tersebut sangat perhitungan dengan waktu. Artinya, mereka lebih memilih melaksanakan kewajiban yang menyelimutinya daripada keinginan (seperti bersenang-senang, bersantai ria, dan sebagainya) yang terus mengusik tujuan mereka. Sehingga, segala waktu yang terkuras malah menghasilkan pengetahuan dan tidak terbuang sia-sia.

Di dalam golongan ketiga, mereka akan termasuk juga ke dalam golongan pertama apabila berlama-lama bersantai hanya karena alasan kantuk, jenuh, dan lelah. Hal ini bertolak jauh dengan para pemuda dahulu yang melingkar diskusi untuk melakukan perubahan pada sekitarnya. Tak heran jika Bung karno mengatakan “Aku lebih suka pemuda yang berkelompok kemudian memikirkan bangsa ini daripada pemuda yang kutu buku hanya untuk dirinya sendiri.” Dari statement yang dikeluarkan oleh Bung Karno sudah cukup menjelaskan bahwa betapa pentingnya bergerak untuk menghasilkan sesuatu, ketimbang hanya berjalan di tempat tanpa meghasilkan suatu hasil.

Akan tetapi pemuda sekarang bisa dikatakan sudah tenggelam dengan keberadaan dari dunia digital tersebut. Mereka hanya menggunakannya untuk memenuhi keinginan nafsu belaka tanpa memerhatikan kenapa dunia digital setiap tahunnya mengalami kemajuan dalam segala faktor. Tanpa disadari, mereka hanya terbawa arus pekembangan dan tidak tahu sebab dari derasnya arus tersebut. Padahal secara global kemajuan dunia digital yang selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya sudah memudahkan mereka dalam melakukan keseharian. Sebenarnya mereka hanya perlu bermodalkan pikiran dan pengaplikasian dari pemikiran mereka. Kemudian dikolaborasikan dengan kemajuan digital.

Hal ini akan menimbulkan sebuah dampak positif bahkan sebuah perubahan yang sangat berguna bagi sekitarnya. Sehingga suatu bangsapun bisa berkembang menjadi maju dengan munculnya pemikiran dan adanya gerakan dari para pemuda. Hal itu akan terjadi ketika para pemuda turut berjuang memikirkan dan melakukan pergerakan. Karena pikiran para pemuda sangat penuh dengan ide-ide cemerlang dan gagasan indah untuk menuju ke suatu peradaban yang makmur. Pikiran merekalah yang menggerakkan roda kemajuan dan kemunduran, serta kenyamanan dalam mengarungi kehidupan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, isilah Warkop dengan golongan pemuda tipe yang kedua sebagaimana disebutkan di atas.