Penulis: Mohamad Refansa, Koor. Divisi Regenerasi Organisasi LPM Forma
Editor: Habib Muzaki
Impian orang sangat banyak seperti keberhasilan yang ingin diraih. Apapun mimpinya itu hak prerogatif seseorang. Entah bagaimana mimpi tersebut terwujud manusia sendiri yang membuktikannya. Di masa kecil aku selalu diajarkan untuk bermimpi tinggi, bercita-cita, bahkan menabung asa agar kelak indah kehidupannya. Saya selalu mengasah keinginan demi membangun mimpi yang sesuai harapan sembari berjuang menuntut ilmu di sekolah dan bermain untuk membentuk karakter.
Pembentukan karakter yang nantinya akan membangun pemikiran yang sesuai dengan pembentukan lingkungan. Lingkungan adalah media belajar menurut saya, hal inilah yang membuat diriku menjadi pemimpi walaupun dari kecil susah tidur. Mimpi saya kecil bahkan tidak bisa dihalusinasikan karena persentase terwujud sedikit. Bahkan mimpiku berubah-ubah seiring dewasa, membuat tidak konsisten pada mimpi sedari kecil hingga lupa seperti apa mimpi saya?
Mimpi itu simpel, seperti penjual bakso yang ingin dagangannya laris, saya yang ingin punya hubungan dengan dia, orang yang berinvestasi di Binomo, Bibit, Cripto, dll, karena ingin trading dan cepat kaya. Mimpi sesimpel itu tidak selalu mimpi tercipta ketika tidur karena mimpi menurut saya adalah harapan baik tentang sesuatu yang ingin dilakukan. Indah bukan?, Ya semua mimpi pasti indah tidak ada orang yang bermimpi buruk; seperti jadi orang gila, orang jomblo seumur hidup, ataupun orang paling miskin di dunia.
Tidak ada yang mau punya mimpi buruk, bahkan kita tertidur dan bermimpi jatuh saja kagetnya bukan main, itu hanya bermimpi buruk di alam bawah sadar kita apalagi bermimpi buruk dalam kehidupan nyata, mungkin berakibat serangan jantung, gagal ginjal, ataupun bunuh diri. Saya sepakat memang mimpi itu harus tinggi karena banyak orang yang mimpinya terwujud tetapi banyak juga orang yang mimpinya tidak terwujud, jika mimpimu tidak terwujud apa konsekuensinya?
Seperti di Jepang tingkat bunuh diri sangat tinggi karena depresi dalam hidup, putus cinta, ataupun hal-hal lain yang membulatkan seseorang untuk mengambil keputusan jangka pendek demi mengakhiri masalahnya, ini contoh di negara Jepang. Beruntung sekali kita tinggal di Indonesia karena kita dapat masalah cukup update di story WhatsApp, Instagram, dll pasti sudah banyak yang membantu memberi saran ataupun menyemangati, terbukti di Indonesia jiwa sosial sangat tinggi terkhusus bagi mereka yang good looking, good money, dan good-good lainnya.
Jika impian kita terwujud pasti sangat menyenangkan; seperti impian youtuber yang terwujud dan menjadi kaya sehingga semua dikatakan, “Wah murah banget”, impian pasangan yang langgeng, mesra, dan tercukupi kebutuhannya hingga kehidupan keluarganya ditayangkan televisi, impian bahagia mempelai suami istri yang pernikahannya didatangi presiden, dll. Sangat menyenangkan bukan?
Namun semua impian yang dipamerkan bukan kesombongan melainkan hasil kerja keras mereka yang ditunjukkan. Tidak mudah mewujudkan mimpi karena banyak sekali tantangannya; seperti seorang youtuber yang menjadi gembel demi impiannya mendapat subscriber terbanyak di Asia Tenggara, impian pemerintah agar menghentikan persebaran virus Covid-19 sehingga mengurung rakyatnya dengan aturan PPKM bahkan mengundur hari libur tahun baru Islam, dll. Banyak lagi tantangannya, apakah kalian sudah siap mencapai mimpimu yang tinggi?.
Aku tidak menyalahkan orang yang punya mimpi tinggi. Aku bahkan mendukung karena banyak hal yang tidak mungkin bisa terjadi; seperti sebuah mimpi Fir’aun membangun piramida di padang pasir, mimpi seorang ketua parpol menguasai kursi jabatan, mimpi youtuber yang pengen punya anak hingga dishare di media sosialnya dan tranding, dll.
Contoh yang aku sebutkan adalah mimpi yang bisa terwujud. Tetapi adapun mimpi yang tidak bisa terwujud seperti Fir’aun menjadi Tuhan, ketua partai politik yang merengek karena keputusan tidak sesuai keinginannya, ataupun sang youtuber yang gagal punya anak karena keguguran, mereka bermimpi tinggi dengan konsekuesi yang tinggi pula.
Aku hanya menyarankan untuk tahu diri dalam bermimpi. Seperti konsep 3S (sadar diri, sadar posisi, sadar muka) agar tidak mudah putus asa dan depresi dalam menjalankan hidup dan mengurangi tingkat bunuh diri di dunia. Meskipun kalian sering dianiaya situasi, diperdaya waktu, jadi korban munafik kondisi, bukan untuk menyerah sebaliknya tetap semangat karena aku masih ingin melihat tarian perjuangan esok hari.