Oleh: Achmad Fikri Haqiqi*)
Satu Minggu yang lalu, tepatnya pada Minggu, 21 Januari 2018 telah terselenggara acara bedah buku Bung: Memoar tentang Mahbub Junaidi dengan tema “Jas Merah” (jangan sekali-kali melupakan sejarah) di gedung Handayani Dinas Pendidikan Lamongan. Acara tersebut diadakan oleh Rayon ad-Dakhil (pendobdak) Unisda, Lamongan. Dimana Acara ini memang telah direncanakan oleh rayon PMII Lamongan selama 1 bulan yang lalu.
Terdapat beberapa pesan moral yang disampaikan oleh pemateri dalam acara tersebut diantaranya, pemateri menyampaikan bahwa dala sebuah organisasi sebagaimana PMII seyogiyanya mempererat persahabatan antar rayon sebagaimana persahabatan yang terjalin antara Pramodya Ananta Toer dan Mahbub Junaidi. Dimana saat itu, meskipun Pram dipenjara karena dia dianggap komunis oleh rezim Orde Baru, Mahbub masih setia berteman dan melindungi Pram.
Dipilihnya buku”Bung” yang ditulis oleh Iwan Rasta bersama anak dari Mahbub Junaidi, yaitu Isfandiari ini bertujuan untuk merefleksikan apa tujuan diberdirikannya PMII di masa awal, dan merekam kembali sejarah Mahbub agar dikenal lebih dalam oleh para kader-kader pergerakan. Peserta yang hadir dapat dikatakan mereka yang berasal dari luar kota, seperti Surabaya, Malang, Madura, Trenggalek, dan Tulungagung.
Iwan Rasta dan Isfandiari merasa sangat terhormat dan mengapresiasi adanya bedah Buku seperti ini, apalagi buku yang dibedah adalah buku langka. Dimana buku ini merupakan sebuah keinginan keluarga pada tahun 1996 untuk membukukan tulisan-tulisan Mahbub yang berserakan di koran-koran. Menurut Iwan Rasta, baginya Mahbub adalah sosok yang cukup menarik untuk dikenal. Iwan juga menambahkan bahwa sosok Mahbub dalam menyampaikan kritikannya pun tidak bagaikan seseorang yang sedang mengkritik (Penulis Satir-Red). Karena justru orang yang dikritiknya dapat tersenyum dan mempertimbangkan kembali terhadap kritikan yang diberikan Mahbub. Menariknya buku Memoar Mahbub ini bukanlah bentuk biografi Mahbub melainkan buku yang diambil dari kehidupannya bersama keluarga, penggemar, sahabat dan orang-orang lain yang ada di dekatnya.
Diakhir tulisan ini, dapat diambil beberapa pelajaran penting untuk mereka yang mengikuti organisasi, khususnya anggota PMII rayon yang hadir dalam acara bedah buku ini, semangat yang dimiliki Mahbuh Junaidi, seyogiyanya mulai ditumbuhkan dalam diri seorang organisator. Sebuah persahabatan antar organisator hendaknya juga mulai diperhatikan. Sehingga organisasi yang mulai menjadi rumah para organisator tetap berdiri kokoh hingga generasi-generasi selanjutnya.
*) Mahasiswa UINSA, Prodi Tasawwuf dan Psikoterapi