Oleh: Lux*)
24 April 2019 kemarin ‘The Universe’ atau bahasa sederhananya biasa kita sebut dengan alam semesta dihebohkan dengan rilisnya film “Avengers: End Game”. Sayangnya dari kurang lebih satu juta penonton Indonesia di tiga hari pertama, tidak banyak yang tahu bahwa film ini bukanlah film mandiri yang ada begitu saja, film ini memiliki alur cukup kompleks yang tergabung dalam MCU (Marvel Cinematics Universe). Kembali lagi sangat disayangkan apabila kita repot-repot datang ke bioskop menghabiskan uang jajan hanya untuk ikut-ikutan trend dan tidak paham jalan cerita dari filmnya, terlebih lagi untuk kalangan mahasiswa. Tetapi dalam tulisan ini saya tidak akan mempermasalahkan hal tersebut, karena setiap orang memiliki haknya masing-masing mengenai bagaimana cara mereka menghamburkan uang.
Kembali ke dalam film “Avengers: End Game”, selain para superhero dan villainnya terdapat hal lain yang menjadi perhatian penonton, yaitu enam Infinity Stones yang digunakan Thanos untuk menghapus setengah dari populasi alam semesta. Saya teringat seminggu yang lalu seseorang mengatakan bahwa si Thanos memiliki batu akik yang hebat dengan kekuatan air, api, tanah, dan udara. Sebenarnya saya ingin mengatakan “Punten, ini Thanos, bukan avatar”, tapi jika dipikir-pikir untuk apa, biarlah beliau punya versi Thanos sendiri.
Dalam tulisan essay deskriptif-argumentatif ini saya ingin menceritakan sedikit tentang enam Infinity Stones yang katanya merupakan pembentuk alam semesta. Kenapa? Pertanyaan ini akan saya jawab di akhir tulisan ini.
The Collector, dalam film “Guardian of The Galaxy” (2014) mengatakan bahwa sebelum alam semesta ini tercipta ada enam singularitas. Singularitas sendiri memiliki banyak arti, dalam ilmu astronomi singularitas memiliki arti dimana titik ruang dan waktu mengalami kelengkungan yang tak terbatas, namun ada pula yang mengatakan singularitas adalah dimana keadaan suatu titik memiliki volume 0. Mungkin sebagai mahasiswa kita bisa sedikit membayangkan alam semesta yang luas ini dulunya merupakan satu titik yang volumenya 0. Kemudian enam singularitas itu meledak dengan dahsyat, yang kita kenal dengan teori big bang. Setalah ledakan itulah keenam sistem singularitas yang tersisa terkumpul menjadi enam Infinity Stones, diantaranya Power Stone, Space Stone, Reality Stone, Time Stone, Soul Stone, dan Mind Stone.
Power Stone adalah batu kekuatan dan memiliki warna ungu dalam film MCU. Batu ini dapat memberi penggunanya kemampuan untuk mengakses dan memanipulasi semua bentuk energi, meningkatkan ketahanan fisik, dan dalam potensi penuh power stone dapat memberi kemahakuasaan kepada penggunanya. Yang kedua adalah Space Stone atau batu ruang dan disimbolkan dengan batu berwarna biru dalam film ini. Batu ini memberi penggunanya kemampuan untuk berada di manapun, memindahkan objek apa saja, mengubah jarak antar objek, dan pada potensi maksimal Space Stone dapat memberi penggunanya kemahahadiran.
Selanjutnya adalah Reality Stone yang merupakan batu realitas, dalam film MCU batu ini berwarna merah. Batu ini memberi penggunanya kemampuan untuk membuat realitas alternatif sesuai yang diinginkan, dalam potensi penuh batu ini memberi penggunanya kemampuan untuk mengubah realitas secara universal. Batu selanjutnya adalah Time Stone (batu waktu) yang berwarna hijau. Batu ini memberi kemampuan penggunanya untuk melihat masa lalu atau masa lampau, menghentikan, memperlambat, mempercepat, atau membalikkan aliran waktu, serta melakukan perjalanan waktu. Pada potensi penuh, batu waktu memberikan kemahatahuan dan kontrol total atas masa lalu, sekarang, dan masa depan.
Yang kelima adalah adalah Soul Stone adalah batu jiwa dengan warna jingga dalam MCU batu ini juga merupakan pintu gerbang menuju alam semesta ideal. Batu ini mengizinkan penggunanya mencuri, mengontrol, memanipulasi, dan mengubah jiwa yang hidup dan mati. Dalam potensi penuh Soul Stone memberikan kendali kepada penggunanya atas semua jiwa dalam alam semesta.
Yang terakhir adalah Mind Stone atau batu pikiran dan memiliki warna kuning dalam MCU, Mind Stone juga merupakan manifestasi dari alam bawah sadar universal. Batu ini memungkinkan penggunanya untuk meningkatkan mental dan mengakses pikiran makhluk lain. Dalam potensi maksimal dengan bantuan Power Stone, Soul Stone dapat mengakses semua pikiran dalam “The Universe” secara bersamaan.
Demikian sedikit penjabaran mengenai enam Infinity Stone dalam MCU, dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa alam semesta dalam MCU dibentuk oleh enam singularitas dengan kekuatan yang berbeda-beda, dan sisa dari sistem singularitas tersebut terpecah menjadi enam batu abadi. Lalu bagaimana jika singularitas yang sangat fiksi tersebut benar adanya?, bagaimana jika sebelum Big Bang memang benar adanya enam singularitas? Dan bagaimana jika sisa dari sistem singularitas memang benar-benar memadat menjadi sesuatu dengan kekuatan yang berbeda?. Memang sangat terlalu abstrak ketika suatu teori disandarkan pada kata ‘jika’. Namun perlu diingat, penemuan-penemuan yang kita nikmati hari ini adalah hasil dari teori gila yang disandarkan kepada kata ‘jika’.
Dalam dunia nyata kita mengenal Big Bang sebagai teori pembentuk alam semesta yang dicetuskan oleh George Lemaitre tahun 1927 dan disempurnakan oleh Edwin Hubble dua tahun setelahnya. Alam semesta dalam teori Big Bang diawali oleh satu titik kecil dengan volume 0. Setelah ledakan, alam semesta terus mengembang sampai titik maksimal, ketika alam semesta berada pada titik maksimal ini lah alam semesta mengalami penyusutan secara cepat dan terjadilah hari kiamat (Big Crunch Teory) . Setelah terjadinya penyusutan dengan cepat alam semesta kembali kedalam volume 0 dan terjadi pengulangan big bang, dan akan terjadi pengulangan secara terus menerus (Big Bounce Teory). Hal ini akan sangat mudah diterima oleh akal, namun sebagian besar pasti akan sangat menolak karena pada akhirnya akan ada namanya kekekalan ruang dan waktu.
Lalu bagaimana jika kita memasukkan teori singularitas milik MCU kedalam teori Big Bang di dunia nyata. Big Bang pertama sangat jelas bisa saja terjadi karena adanya bahan dan daya yang memungkinkan terjadinya Big Bang, yaitu singularitas. Setelah ledakan, singularitas tidak ada lagi, walaupun nantinya akan terjadi Big Crunch atau penyusutan alam semesta sampai volume 0, tidak akan terjadi pengulangan Big Bang yang kedua atau seterusnya karena singularitas sebagai bahan dan daya big bang sudah tidak ada. Dengan begini sudah tidak ada lagi daya, tidak ada lagi ruang, tidak ada realitas, tidak ada waktu, tidak ada lagi jiwa, tidak ada lagi akal, dan pada akhirnya tidak ada Big Bounce atau pengulangan Big Bang.
Mungkin tulisan ini sangat abstrak dan sangat fiksi, namun dalam tulisan ini saya hanya ingin menyampaikan satu hal, “Semua bisa dijadikan sarana berpikir”, bahkan sebuah film fiksi.
(*Mahasiswa Aqidah Filsafat Islam
Penyunting: Fadlilatul Laili Riza Rahmawati